Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu Terhadap
(DTDT) Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 1 Banyuasin III
Nama : Devi
Pranita
NIM : 06111003021
PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
PENGARUH
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DUA TINGGAL DUA TAMU (DTDT)
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA NEGERI 1
BANYUASIN III
1. Latar Belakang
Pendidikan
merupakan faktor utama dalam membangun bangsa dan negara sebagaimana yang
tercantum dalam Tujuan Nasional pendidikan Indonesia dalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya. Oleh karena itu
diperlukan peran pedidik yang profesional. Dalam proses belajar mengajar guru harus
memiliki kinerja yang baik dari dituntut agar terus mengembangkan kemampuannya
sesuai dengan perkembangan zaman khususnya dalam bidang pendidikan dan
teknologi. Menurut Undang-Uandang sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
Bab II Pasal 3 berbunyi:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam yang
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu,cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Kenyataan
ini menunjukan betapa pesat dan luasnya perkembangan dan pembaharuan dunia
pendidikan yang dilaksanakan melalui usaha penyempurnaan kurikulum. Usaha
tersebut menuntut adanya barisan pendidik yang tidak hanya bekerja dengan
tugas-tugas rutin, melainkan benar-benar mengerti, mengetahui, serta menjadi
guru yang profesional dan tangguh.
Untuk
mencapai tujuan pembelajaran maka dalam proses belajar mengajar guru harus
memilih model pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran. Proses
belajar mengajar yang baik adalah pembelajaran yang dapat membangkitkan
kegiatan pembelajaran efektif dan tujuan yang akan dicapai dari pembelajaran
serta terlaksana dengan baik sehingga hasil belajar yang diinginkan dapat
tercapai. Kenyataan menujukan bahwa proses belajar mengajar di sekolah masih
memerlukan banyak perbaikan dalm sistem pembelajaran. Salah satunya adalah
dalam hal penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan bersifat
monoton sangat mempengaruhi samangat dan hasil belajar siswa.
Pada
umumnya banyak model mengajar yang efektif dan bervariasi, salah satunya adalah
model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan
model pembelajaran diskusi pada umumnya, karana dalam pembelajaran kooperatif
siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi
kooperatif adalah tanggung jawab individu sakaligus kelompok, sehingga pada
diri siswatumbuh dan berkembang sikap/perilakusaling ketergantungan secara
posotif. Lie (2007:54) menyebutkan:
Ada 14 (empat belas) tehnik yang dapat dilakukan dalam pembelajaran Cooperative Learning diantaranya yaitu
mencari pasangan, bertukar pasangan, berpikir berpasangan ber-empat, berkirim
salam dan soal, dua tinggal dua tamu, keliling kelompok, kancing gemerincing,
keliling kelas, lingkaran kecil lingkaran besar, jigsaw, carita pasangan dan tari bambu.
Pembelajaran yang berkualitas harus mampu memberikan
pengalaman sukses pada
siswa. Pengalaman sukses yang dimaksud adalah adanya perasaan yang menyenangkan
dan membanggakan bagi siswa sebagai akibat telah berhasil menyelesaikan atau memecahkan sesuatu.
Pengalaman sukses yang diperoleh siswa
akan menumbuhkan percaya diri. Pengalaman sukses juga akan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar
lebih lanjut. Sebaliknya, jika siswa tidak
mendapatkan pengalaman sukses dari proses pembelajaran maka siswa akan menemui kegagalan. Sebagaimana kita
ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program
pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh karana itu, setiap perancang harus
mempertimbangakan secara mendalam tentang
rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukan. Proses pembelajaran diharapkan berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja
dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada
hasil (Sugiyanto, 2010: 16).
Proses
pengajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dengan adanya
komunikasi dua arah antara guru dengan siswa
yang tidak hanya menekan apa yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar. Salah satu alternatif
untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model
pembelajaran DTDT.
Penerapan model pembelajaran yang
bervariasi akan mengatasi kejenuhan siswa sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh
terhadap tingkat pemahaman siswa dan hasil belajar siswa (Fitriyanto, 2013:1).
Dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk dapat memaksimalkan kemampuan mereka dangan belajar sesama antara
satu dengan yang lain dan memotivasi peserta didik untuk aktif dalam proses
pembelajaran di kelas. Mengingar banyaknya tehnik dalam pembelajaran
kooperatif, maka peneliti mencoba mnggunakan salah satu tehnik penbelajaran
kooperatif, yaitu Tipe Dua Tinggal
Dua Tamu. Alasan peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe dua
tinggal dua tamu adalah karena model pembelajaran ini menuntut siswa agar dapat
berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam
waktu singkat secara teratur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Masayu Eka Astrida guru Ekonomi kelas X SMA Negeri 1
Banyuasin III proses pembelajaran Ekonomi biasanya hanya disampaikan dengan metode ceramah saja,
sehingga siswa kurang termotivasi untuk
mengikuti proses pembelajarannya, dan berdampak terhadap hasil nilai belajar yang tidak sesuai dengan KKM
(Ketuntasan Kriteria Minimal), dimana 40% siswa
mendapatkan nilai dibawah dari
KKM yang sudah di tentukan untuk
mata pelajaran Ekonomi
yaitu 75. Sehingga
peneliti memilih SMA Negeri1 Banyuasin III untuk menerapkan model pembelajaran
DTDT agar nantinya diharapkan hasil belajar siswa dapat
meningkat dan mencapai KKM
yang ditentukan.
Dalam
uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menerapkan penelitian dengan judul“
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Kooperative Tipe Dua Tinggal Dua Tamu (DTDT) Terhadap Hasi Balajar pada
Matapelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Banyuasin III”.
2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka
permasalahan yang akan diteliti adalah Adakah Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu (DTDT) Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Banyuasin III?
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu
(DTDT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Banyuasin III
4.
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat
Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
mengembangkan ilmu-ilmu pendidikan pada umumnya dan dapat memberikan
pengembangan pengetahuan yang mendukung teori-teori yang berkenaan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu
b.
Manfaat
Praktis
1.
Bagi
Guru Memberikan masukan, saran ,dan informasi dalam menerapkan model-model pembelajaran
khususnya dalam model pembelajaran kooperatif tipe dua tingga dua tamu untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Banyuasin III.
2.
Bagi
Siswa Dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan emosional untuk
bekerja sama dengan siswa lain dalam proses pembelajaran di kelas.
3.
Bagi
Sekolah Diharapkan dapat menjadi sebagai bahan masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran khususnya hasil pembelajaram mata pelajaran ekonomi di
SMA Negeri 1 Banyuasin III.
4.
Bagi
Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan sarta
pengalaman peneliti tentang model pembelajaran kooperatif khususnya tipe DTDT
dalam proses pembelajaran di kelas.
5.
Tinjauan Pustaka
5.1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah sebuah
rancangan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh dalam proses agar
dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan (Wahab,
2009:52). Rusman (2009:5) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum
dan lain lain.
Menurut
Suprijono (2009:96) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dalam merencanakan dan melaksanaakan
aktivitas belajar. Model pembelajaran yang diterapkan dalah jenis pembelajaran
kooperatif dan menunjukan kerja sama kelompok.Model pembelajaran adalah
landasan praktis pembelajaran hasil penurunan teori psikologis pendidikan dan
teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi
kurikulum dan implementasinya pada tingkat operasional kelas (Trianto,
2011:45-46). Menurut Sudrajat ( dikutip
Huda, 2011:102) model pembelajaran memberikan kerangka dan
arah bagi guru untuk mengajar,dengan kata lain model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,metode dan teknik
pembelajaran.
Joyce dan Weil (dikutip
Abimanyu, 2009: 24) menyatakan bahwa Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan dalam proses pembelajaran
unruk melakukan variasi cara mengajar agar pembelajaran tidak kaku dan
membosankan.
5.2.Model Pembelajaran Kooperatif
5.2.1.
Pengertian
Model pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok banyak
digunakan di sekolah dalam upaya melibatkan aktivitas siswa sacara total.
Solihatin (2007:4) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif mengandung
pengertian sabagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dan membantu
diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang
terdiri dua orang atau lebih dimana keberhasilan siswa sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok sendiri. Model pembelajaran
kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam
suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. Hal ini senada yang
dikemukakan oleh Supriyanto (2010:37) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
Slavin
dikutip Solihatin (2007:4) mengatakan bahwa Model pembelajaran kooperatif lebih
dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dangan Model
pembelajaran kooperatif harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan
yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok. Sejalan
dengan hal tersebut, Lie (2007:18) mengungkapkan bahwa model pembelajaran
kooperatif atau disebut juga dengan
model pembalajaran gotong royong merupakan sistem pembelajaran yang
memberikan kesempatan pada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam menyelesaikan tugas-tugas terstuktur.
Djamarah (2012:34) mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran siswa
berperan sebagai subjek sekaligus objek pembelajaran, sehingga inti dari proses
pembelajaran pada dasarnya adalah mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran akan dapat tercapai apabila siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran
kooperatif cukup baik untuk membuat siswa menjadi aktif karena model
pembelajaran diterapkan pada kelompok-kelompok kecil, dimana pada tiap kelompok
terdiri dari siswa-siswa dengan berbagai tingkat kemampuan ,melakukan berbagai
kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran
yang sedang dipelajari
Berdasarkan pendapat pendapat diatas bahwa model pembelajaran kooperatif
ialah model pembelajaran yang kegiatan belajarnya dilakukan bersama-sama secara
kelompok yang terstruktur dengan baik untuk mencapai hasil belajar yang
optimal.
5.2.2.
Unsur-
unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Tidak semua
kelompok belajar bisa dianggap pembelajaran Model pembelajaran kooperatif, karena dalam pembelajaran Model
pembelajaran kooperatif terdapat unsur-unsur yang membedakan dangan kerja
kelompok biasa. Menurut Jhonson (dikutip Lie, 2007:30) untuk mencapai hasil
yang maksimal terdapat lima unsur pembelajaran Model pembelajaran kooperatif
yang harus diterapkan yaitu:
1.
Saling
ketergantungan positif;
Keberhasilan
kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya umtuk menciptakan
kelompok kerja yang efektif. Pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa,
sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang
lain dapat mencapai tujuan mereka.
2.
Tanggungjawab
perorangan;
Unsur ini merupakan
akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat
menurut prosedur model pembelajaran Model pembelajaran kooperatif, setiap siswa
akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang tarbaik.
3.
Tatap
muka;
Satiap kelompok
harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan
interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota.
4.
Komunikasi
antar anggota;
Keberhasilan
kelompok tergantung juga pada kesediaan anggotanya untuk saling mendengar dan
menuntut kemampuan untuk mengemukakan pendapat. Proses ini merupakan proses
bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya penggabungan belajar dan pembinaan.
5.
Evaluasi
proses kelompok
Pengajar perlu
menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok
dan hasil kerja mereka agar selanjutnya dapat bekerja samadenagn lebih efektif.
5.2.3.Teknik Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran
Model pembelajaran kooperatif
pelaksanaanya dapat dipilih oleh guru
dan dimodofikasi sesuai dengan strategi pembelajaran. Tapi guru yanga
baik tidak hanya terpaku pada satu strategi saja. Salah satu tehnik gotong-royong
dapat dipilih dan dimodifikasi dengan tipe : mencari pasangan, kepala bernomor,
bertukar pasangan, berpikir berpasangan ber-empat,berkirim salam dan soal,
kepala bernomor berstruktur,keliling kelompok, dua tinggal dua tamu, kancing
gemerincing, lingkaran kecil lingkaran besar, jigsaw, bercerita pasangan dan tari bambu (Lie, 2007:54).
5.3. Model Pembelajaran Dua Tinggal
Dua Bertamu (DTDT)
5.3.1
Pengertian Dua Tinggal Dua Bertamu
Menurut Lie (2007:61) mengemukakan bahwa model
pembelajaran dua tinggal dua tamu dikembangkan oleh Spencer Kagen (1992) yang
biasa digunakan dengan tehnik kepala bernomor. Tehnik ini bisa digunakan dalam
semua mata pelajaran dan tingkat usia anak didik. Pembelajaran kelompok dengan
cara menyusun siswa bekerja dengan kelompok-kelompok belajar dan memberikan
kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi kepada kelompok
lain, saling membantu memecahkan masalah, dan berprestasi. Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang anggotanya
bersifat heterogen baik dari kemampuan, kecepatan belajar atau dilihat dari
bakat dan minatnya (Suprijono, 2009:94)
Model pembelajaran ini merupakan suatu model
pembelajaran yang melatih siswa berpikir kritis, krestif dan efektif serta
dengan adanya model pembelajaran DTDT ini siswa tersebut memiliki kesempatan
untuk berinteraksi dengan kelompok lain dan membandingkan hasil kerja mereka
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif (Sari, 2011:20). Dengan
tujuan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab,
mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman.
Dalam pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang
diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung
siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang
menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak
materi pada siswa (Suprijono 2009:34).
Model
pembelajaran DTDT dengan group to group exchange ini merupakan
salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang memiliki ciri-ciri mengajak
siswa untuk aktif memecahkan masalah secara bersama-sama agar dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa (Depran 2013:14). Model pembelajaran DTDT ini memberi
kesempatan kepada kelompok untuk mengembangkan hasil informasi dengan kelompok
lainnya ( Hanafiah dan Suhana, 2012:
56). Selain itu,
struktur DTDT ini memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil kesempatan kepada kelompok
lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan individu.
Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang
lain. Padahal dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia
saling bergantung satu dengan yang lainny ( Djamarah,
2012:104)
Bedasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa model pembelajaran DTDT merupakan
model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk berdiskusi dan bekerja sama
dalam kelompok. Model pembelajaran DTDT diharapkan dapat mengupayakan
peningkatan keterampilan berdiskusi siswa yaitu dengan adanya siswa yang
bertamu kekelompok lain, memacu siswa untuk berbicara dan bertanya dan begitu pula dengan siswa yang tinggal
ditempat,terpacu untuk mengutarakan pendapatnya mengenai bahan diskusi yang
sebelumnya telah didiskusikan dengan kelompoknya serta kegiatan tersebut
mengharuskan terjadinya interaksi untuk saling bertukar pendapat bahan diskusi
yang sebelumnya telah didiskusikan antara tinggal dan bertamu.
5.3.2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Bertamu
Menurut
Wijaya (2011:24) ciri-ciri model pembelajaran Dua Tinggal Dua Bertamu, yaitu:
1. siswa
bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. bila mungkin anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda.
4. penghargaan
lebih berorientasi pada kelompok
dari pada individu.
Menurut Kusri
(2013: 10) Ciri-ciri
model pembelajaran DTDT antara lain :
1.
Siswa
bekerja secara kooperatif untuk mendiskusikan materi yang diberikan
2.
Kelompok merupakan variasi dari siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah
3.
Penilaian
difokuskan pada kerja kelompok
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran DTDT ini memiliki ciri-ciri yaitu: siswa belajar dalam kelompok,
kelompok tersebut dibentuk berdasarkan kemampuan yang heterogen agar bisa
saling membantu dalam menyelesaikan masalah dan sistem penilaiannya lebih
menekankan pada penilaian kelompok dari pada individu.
5.3.3. Langkah-langkah Dalam Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe DTDT
Menurut Lie (2007:61) mengemukakan langkah-langkah
model pembelajaran DTDT adalah:
a.
Siswa
bekerja sama dalam kelompok seperti biasa.
b.
Setelah
selesai dua orang dari masing-masing kelompok akan maninggalkan kelompoknya dan
masing-masing bertamu kedua kelompok lainya.
c.
Dua
orang tinggal dalam kelompok bertugas membagi hasil kerja dan informasi ke tamu
mereka
d.
Tamu
mohon diri dan kembali kekelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka
dari kelompok lain.
e.
Kelompok
membahas dan mencocokan hasil-hasil kerja mereka.
Menurut Nurkhasanah (2013: 23) Adapun langkah-langkah pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif tipe DTDT seperti yang diungkapkan, antara
lain:
1.
Guru
membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari
empat siswa.
2.
Guru
memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama
dengan anggota kelompoknya masing-masing.
3.
Siswa
bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang.
4.
Setelah
selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk
bertamu ke kelompok lain.
5.
Dua
orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
mereka ke tamu mereka.
6.
Tamu
mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka
dari kelompok lain.
7.
Kelompok
mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
8.
Masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
Dari langkah-langkah yang disebutkan
maka dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan langkah-langkah yang
dikemukakan oleh Nurkhasanah untuk diterapkan pada kelas eksperimen.
5.3.4. Kelebihan dan Kekurangan Model Dua Tinggal Dua Bertamu
Menurut (Santoso: 2011: 25) Suatu model pembelajaran pasti
memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun
kelebihan dari model Dua Tinggal
Dua Bertamu adalah sebagai berikut.
1) Dapat
diterapkan pada semua kelas/tingkatan
2) Kecenderungan
belajar siswa menjadi lebih bermakna
3) Lebih
berorientasi pada keaktifan.
4) Diharapkan
siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya
5) Menambah
kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
6) Kemampuan
berbicara siswa dapat ditingkatkan.
7) Membantu
meningkatkan minat dan prestasi belajar
Sedangkan
kekurangan dari model Dua Tinggal
Dua Bertamu adalah:
1) Membutuhkan
waktu yang lama
2) Siswa
cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
3) Bagi
guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
4) Guru
cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk
mengatasi kekurangan
pembelajaran kooperatif tipe
DTDT, maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu
mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok
belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi
jenis kelamin, dalam satu kelompk
harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu
kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan
akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan
akademis kurang. Pembentukan kelompok
heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan
pengelolaan kelas karena dengan adanya
satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bias membantu anggota kelompok yang lain.
1.4.
Hasil Balajar.
Hasil
belajar merupakan perubahan yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tergantung pada apa
yang dipelajari oleh pelajar. Oleh karana itu apabila pembelajar menpelajari
pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah
berupa penguasaan konsep (Anni, 2007:5)
Menurut Sudjana (2006:22)
hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar pada hakikatnya ialah perubahan tingkah
laku pada pengertian yang luas mencangkup ranah kognotif, afektif,dan
psikomotorik. Widoyoko (25:2010) menyatakan bahwa proses pembelajaran melibatkan dua subjek,
yaitu guru dan siswa akan menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa akan
menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan
pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan
pembelajaran bersifat non-fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun
kecakapan. Menurut Hamalik
(2008:30) hasil beajar adalah bila seseorang telah belajar akan menjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Sistem
pendidikan nasional dan rumusan tujuan pendidikan; baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional pada umumnya menggunakan klasifikasi hasil belajar Taksonomi Bloom yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu knowledge (pengetahuan), comprehension
(pemahaman), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama
disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi. Ranah psikomotorik berkenan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak yang terdiri atas enam aspek, yaitu gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif
(Sudjana, 2005:30).
Hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apersepsi dan keterampilan. Menurut Gagne ada lima kerterampilan
belajar ditinjau dari segi-segi yang diharapkan dari suatu pengajaran dan
instruksi, kemampuan perlu dibedakan karena kemampuan itu memungkinkan berbagai macam keterampilan manusia dan juga karana kondisi-kondisi untuk
memperoleh berbagai kemampuan:
1.
Informasi
verbal yang disebut juga pengetahuan verbal, pengetahuan verbal ini disimpan
sabagai jaringan proposis, informasi verbal ini diperoleh sebagai hasil belajar
di sekolah dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang,membaca dali berbagai
sumber.
2.
Kemampuan
intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya dengan
mengunakan simbol-simbol atau gagasan-gagasan.
3.
Strategi
kognitif merupakan suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai
kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir.
4.
Keterampilan
motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik tetapi juga kegiatan motorik yang
digabung kemampuan intelektual.
5.
Sikap
merupakan bawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi seseorang
terhadap benda, kejadian-kejadian atau makhluk hidup lainya. (Dahar,
2011:118-124)
Selanjutnya Rusman
(2012:123) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Berdasarkan beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh
siswa setelah mengalami suatu proses pembelajaran dengan berbagai kegiatan
pengukuran, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan tentang tingkat hasil
belajar siswa untuk perubahan tingkah laku berupa prestasi belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3)
menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil proses atau proses pembelajaran.
Dengan demikian hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih
baik bila dibandingkan pada saat pra-belajarnya. Dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesaikannya hasil pelajaran.
Dari
beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar dalah suatu
akibat atau hasil dari kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti
penglaman belajar, biasanya ditujukan dengan nilai tes yang diberikan oleh
guru.
5.5. Mata Pelajaran Ekonomi
5.5.1. Pengertian Ekonomi
Kata ekonomi
berasal dari bahasa latin yaitu oikonomia
yang berasal dari dua kata yaitu oikos
dan nomos. Oikos yang mempunyai arti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan jadi secara garis besar ekonomi adalah
aturan rumah tangga.
Manurung (2006:2)
ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat
dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya yang terbatas dalam
upaya meningkatkan kualitas hidupnya. Solvator dan Dwi Lion (dikutip Barata
(2004:14) Ilmu ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari individu-individu
dan organisasi-organisasi yang berkecimpung dalam kegiaatan produksi, pertukaran
dan konsumsi barang dan jasa.
Sedangkan Sukirno (2010:9) menyatakan bahwa Ilmu ekonomi
adalah suatu studi mengenai individu dan masyarakat dalam membuat pilihan,
dengan atau tanpa menggunakan uang, dengan mengunakan sumber daya yang terbatas
tapi dapat digunakan berbagai cara untuk menghasilkan barang dan jasa,dan
mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi sekarang dan dimasa yang akan
datang kepada berbagai individu dan golongan masyarakat. Menurut
Rasyid (2002:7) Ilmu ekonomi adalah
salah satu cabang ilmu pengetahuan berdaya upaya untuk memberikan pengetahuan
dan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul karena perbuatan
manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan atau mencapai kemakmuran.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan jumlah alat pemuas yang
terbatas.
5.5.2. Fungsi Mata
Pelajaran Ekonomi
Fungsi mata
pelajaran ekonomi adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
berekonomi,dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi,
memahami konsep dan teori serta berlatih memecahkan masalah ekonomi yang
terjadi dilingkungan masyarakat (Depdiknas, 2006:4)
5.5.3. Tujuan mata pelajaran Ekonomi
Mata
pelajaran ekonomi mempunyai beberapa tujuan. Adapun tujuan mata pelajaran
ekonomi adalah peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut: Depdiknas
(2006:1):
1.
Memahami sejumlah
konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan
sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga,
masyarakat dan negara.
2.
Menampilkan sikap
ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami
ilmu ekonomi
3.
Membentuk sikap
bijak, rasional dan bertanggung jawab
dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan
akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri,rumah tangga, masyarakat dan
negara.
4.
Membuat keputusan
yang bertanggung jawab mengenai nilai nilai sosial ekonomi dalam masyarakat
yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Materi
dalam mata pelajaran ekonomi yang hendak diujikan menggunakan model
pembelajaran DTDT adalah sebagai berikut:
a)
Materi
:
Ketenagakerjaan
b)
Kompetensi Inti :
KI 1
|
:
|
Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
|
KI 2
|
:
|
Menghayati,
mengamalkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
|
KI 3
|
:
|
Memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
|
KI 4
|
:
|
Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.
|
c)
Kompetensi
Dasar :
3.1
Menganalisis permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia
4.1
Menyajikan hasil analisis masalah ketenagakerjaan di
Indonesia
5.6. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu Terhadap Hasil
Belajar
Slavin
(dikutip Solihatin 2007:122) mengatakan bahwa
penelitian pembelajaran kooperatif dan hubungannya dengan siswa yang cacat
akademik dengan siswa yang perkembangannya normal secara umum menunjukan bahwa
pembelajaran kooperatif dapat mengatasi hambatan terhadap pertemanan dan
interaksi antar siswa.
Menurut
Sari (2010:32) dalam penelitian yang dilakukan tantang pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe DTDT dalam matapelajaran kewarganegaraan.
Menyatakan adanya pengaruh antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
dua tinggal dua tamu terhadap hasil belajar . Dari data yang diperolehnya
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu. Sebelum
diberikan perlakuan model pembelajaran tersebut nilai rata rata kelas VIII 5
adalah 65,17 sedangkan rata-rata siswa
setelah diterapkan model pembelajaran DTDT meningkat menjadi 68,75 yang pada
intinya ada pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe DTDT terhadap
hasil belajar siswa.
Menurut Jupri (2010:78)
berdasarkan penelitian yang dilakukannya yaitu Penggunaan Model Pembelajaran
Two Stay Two Stray (TSTS) dalam pelajaran matematika ternyata dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C MTs Takwal Ilah Tembalang. Hal ini
ditunjukan dengan meningkatnya hasil belajar setiap siklus yaitu pra siklus
rata-rata hasil belajar siswa 59,63
dengan ketuntasan belajar 49,5% dan mengalami peningkatan saat siklus II yaitu
dengan nilai hasil belajar 75,17 dengan ketuntasan klasikal 85,36%.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa model Pembelajaran DTDT sangat baik diterapkan dalam
pembelajaran. Atau dapat dikatakan bahwa model pembelajaran DTDT dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga penulis tertarik untuk membahas dan
melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran DTDT.
5.7.
Hipotesis
Ha : ρ ≠ 0 : Ada pengaruh penerapan model pembelajaran tipe dua
tinggal dua tamu terhadap hasil belajar siswa pada matapelajaran ekonomi SMA
Negeri 1 Banyuasin III`
Ho : ρ = 0 : Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran
tipe dua tinggal dua tamu terhadap hasil belajar siswa pada matapelajaran
ekonomi SMA Negeri 1 Banyuasin III
6.
Metode Penelitian
6.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah:
1.
Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua
Tinggal Dua Tamu (Variabel Bebas = Variabel X)
2.
Hasil
Belajar Siswa (Variabel Terikat = Variabel Y)
6.2.
Definisi Operasianal Variabel Penelitian
6.2.1 Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe DTDT adalah
pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran kooperatif tipe DTDT ini akan
diterapkan pada kelas X 2 yang
merupakan kelas eksperimen pada mata pelajaran ekonomi dimana dilakukan dengan lima kali pertemuan yaitu
pertemuan pertama pemberian pretest,
dan pertemuan dua ,tiga dan empat guru
memberikan perlakuan Model pembelajaran DTDT serte pada pertemuan Kelima guru memberikan postest.
Adapun
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe DTDT adalah
sebagai berikut: (1) guru membentuk siswa bekerja sama dalam kelompok berempat
yangtersiri dari kemampuan yang heterogen, (2) didalam kelompok guru membagi
sesuai dengan kemampuan kognitif yaitu dua siswa yang bertugas tinggal di
kelompok dan dua siswa yang bertugas sebagai tamu, (3) guru memberikan soal
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan meminta kelompok untuk memjawab
permasalahan yang disajikan dalam soal dengan menggunakan berbagai sumber yang
dimiliki siswa, (4) setelah selesai mendiskusikan jawaban dengan kelompok maka
siswa yang bertugas sebagai tamu di minta bertamu ke kelompok lain untuk
mencari informasi dari kelompok lain tentang soal yng menyangkut
ketenagakerjaan, (5) siswa yang sebagai tamu kembali ke kelompok mereka dan
melaporkan hasil penemuan mereka dan membuat laporan hasil dari tugas yang
diberikan.
6.2.2 Hasil Belajar Siswa pada Matapelajaran Ekonomi
Hasil belajar yang dimaksud disini adalah nilai pretest dan postest yang dilakukan
sebelum dan setelah memberikan perlakuan model DTDT yang
terdiri dari 10
item soal uraian (Essay)
yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya, yang diperoleh siswa SMA Negeri 1 Banyuasin III kelas X 2 setelah mengikuti proses pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran DTDT pada
mata pelajaran Ekonomi dengan materi ketenagakerjaan.
6.3.
Populasi Dan Sampel
6.3.1 Populasi
Pada penelitian ini
yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Banyuasin III dengan jumlah 163 siswa yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel
1 Populasi
Kelas
|
Jumlah
|
X
1
|
32 siswa
|
X2
|
32 siswa
|
X3
|
32 siswa
|
X4
|
35 siswa
|
X 5
|
32 siswa
|
Total
|
163 siswa
|
6.3.2 Sampel
Penarikan
sampel penelitian menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling
yaitu
pengambilan sampel dengan cara
atau pertimbangan tertentu.
Adapun
langkah-langkah penarikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Menentukan populasi penelitian yaitu siswa kelas X dengan jumlah 5 kelas.
2.
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan melihat hasil ulangan ekonomi
semester gasal siswa yang nilai rata-rata kelasnya sama dan masih dibawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). penelitian memilih 1 kelas yang mendapat
nilai rata-rata dibawah KKM untuk menjadi sampel dalam penelitian.
3.
Dari langkah tersebut didapatlah kelas X.2 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 32 siswa.
6.4. Rancangan penelitian
Dalam
penelitian ini menggunakan desain eksperimen
Pre- experimental designs
(Nondesigns). Pada
penelitian ini ada satu sampel
yang di perlakukan sebagai kelas eksperimen dengan cara peneliti sebelum
menerapkan perlakuan peneliti memberikan Pretest
kemudian memberikan Posttest
setelah memberikan perlakuan (One Group
Pretest-Posttest design).
Tabel
3
Desain Penelitian
Desain Penelitian
Kelas
|
Pretest
|
Perlakuan
|
Posttest
|
Eksperimen
|
O1
|
X1
|
O2
|
Sugiyono (2011:79)
Keterangan:
O1 = Pretest
O2 = Posttest
X1 = Perlakuan dengan menggunakan Model pembelajaran TSTS
O1 = Pretest
O2 = Posttest
X1 = Perlakuan dengan menggunakan Model pembelajaran TSTS
Selanjutnya adapun
langkah-langkah eksperimen yang akan dilaksanakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
A. Kelas Eksperimen
1. Tahap Persiapan
a)
Menyusun dan mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran.
b)
Mempersiapkan instrumen yang sudah
divalidasi
c)
Dilakukan pembelajaran sebanyak 5 kali pertemuan.
d)
Pada
pertemuan pertama melakukan Pretest
2. Tahap Pelaksanaan
a)
Pendahuluan (10 menit)
1. Peneliti
memberikan apersepsi
2. Peneliti
menjelaskan tujuan pembelajaran
b)
Kegiatan inti (55 menit)
Eksplorasi
1. Peneliti
melibatkan siswa mencari informasi yang luas tentang materi
pembelajaran
2. Menentukan
langkah-langkah pembelajaran dengan Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu
Elaborasi
1.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
dengan jumlah anggota 4 siswa, 2 siswa bertugas di rumah (two stay dan 2 siswa
bertamu (two stray).
2.
Masing-masing kelompok bertugas untuk
mengamati, mencari dan menanya informasi
tentang materi pembelajaran
3.
Masing-masing kelompok bertugas untuk
menentukan data dan mengumpulkan data melalui studi pustaka
dan sumber lain yang relevan
tentang materi pembelajaran.
4.
Masing-masing kelompok bertugas untuk
melakukan klasifikasi,
menganalisis dan menghubungkan materi
pelajaran
5.
Masing-masing kelompok membuat laporan materi pelajaran
Konfirmasi
1. Peneliti
memberikan klarifikasi tentang materi yang telah dipelajari
2. Peneliti
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa
3. Peneliti
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui
berbagai sumber
4. Peneliti
memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang
telah dilakukan
5. Peneliti
memfasilitasi siswa untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap antara lain dengan peneliti
6.
Peneliti
Memberikan Posttest
c)
Penutup (25 menit)
1. Peneliti
bersama siswa secara klasikal menyimpulkan hasil diskusi
2. Peneliti
mengadakan evaluasi siswa secara individu
3. Peneliti
memberikan tindak lanjut berupa PR
4. Peneliti
menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dating
3. Penyelesaian
1) Pemberian Posttest pada pertemuan ke 5
2)
Observasi dilakukan
oleh guru mata pelajaran yang membantu peneliti untuk mengetahui apakah
pelaksanaan tindakan penerapan model pembelajaran DTDT sesuai dengan rencana yang telah disusun
dan sejauh mana pelaksanaan tindakan telah memperlihatkan indikator keberhasilan.
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
3)
Pelaporan
a) Menganalisis
data yang telah diperoleh pada saat penelitian
b) Menyimpulkan
hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul di kelas eksperimen
6.5. Teknik Pengumpulan Data
6.5.1. Tes
Tes dalam penelitian
ini diadakan dua kali, yaitu : pretest
dan posttest. Pretest dilakukan pada
pertemuan pertama sebelum menerapkan model pembelajaran DTDT untuk mengetahui
tingkat kemampuan awal siswa pada mata pelajaran Ekonomi dan posttest dilakukan pada pertemuan ke 5 setelah di terapkan model
pembelajaran DTDT untuk mengetahui hasil belajar Ekonomi
siswa. Sedangkan jenis tes yang akan digunakan adalah tes harian (formatif)
dalam bentuk instrumen Soal Uraian
(Essay) yang dilakukan pada pokok bahasan sebanyak 10 butir soal.
6.5.1.1 Uji Validitas
Instrument
dapat dikatakan valid jika dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Sebelum diberikan
kepada sampel, soal terlebih dahulu diuji tingkat validitasnya kepada 10
orang responden yang bukan termasuk sampel. Untuk mencari
validitas digunakan rumus Korelasi
Product Moment sebagai berikut:
Dimana:
= koefisien korelasi
= Jumlah skor item
= Jumlah skor total (seluruh item)
n = Jumlah responden
Tabel
1.2
Indeks
Korelasi (r)
Antara 0,800 – 1,000
|
Sangat tinggi
|
Antara 0,600 – 0,799
|
Tinggi
|
Antara 0,400 – 0,599
|
Cukup tinggi
|
Antara 0,200 – 0,399
|
Rendah
|
Antara 0,00 – 0,199
|
Sangat rendah (tidak valid)
|
(Riduwan,
2011:98)
7.6.2.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan denlgan masalah kepercayaan. Untuk
mengukur apakah instrument tes reliable atau tidak, Untuk menguji reliabilitas instrument tes
yaitu menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung
total skor
2. Menghitung
korelasi product moment dengan rumus
:
3. Menghitung
reliabilitas seluruh item dengan rumus
Spearman Brown
yaitu :
4. Mencari
rtabel dengan signifikansi = 0,05 dan dk = n-2
5. Membuat
keputusan dengan membandingkan r11 dengan rtabel dengan
kriteria pengujian jika : r11 > rtabel berarti reliabel dan
r11 <
rtabel berarti tidak reliabel
(Riduwan, 2011:102)
6.5.2. Observasi
Kegiatan Observasi
dilakukan oleh guru mata pelajaran yang membantu peneliti untuk mengetahui
apakah pelaksanaan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe DTDT
sesuai dengan rencana yang telah disusun dan sejauh mana pelaksanaan
pembelajaran telah memperlihatkan indikator keberhasilan. Kegiatan ini
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi yang terdiri dari beberapa aspek yang diamati. Pada setiap observasi,
pengamat atau observer memberikan tanda check
(√) pada aspek yang tampak saat pembelajaran berlangsung. Lembar observasi
mengenai pembelajaran di kelas, dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel
3 Lembar Observasi Aktivitas Peneliti
No
|
Indikator dan deskriptor
|
Pertemuan
|
|||||
1
|
2
|
3
|
|||||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
||
1
|
Perencanaan Pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
a.
Peneliti menyusun
dan menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Peneliti
menyiapkan sumber, bahan, dan alat pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pengelolaan Kelas
|
|
|
|
|
|
|
a.
Peneliti
memberikan apersepsi
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Peneliti
menjelaskan tujuan pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Proses Pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
a.
Peneliti membagi
siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang, 2 orang tinggal
dikelompok, 2 orang bertugas sebagai
tamu.
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Peneliti meminta
kelompok untuk mengamati, menanyakan dan mencari informasi tentang materi
yang dibahas
|
|
|
|
|
|
|
|
c.
Peneliti meminta
Masing-masing kelompok bertugas untuk menentukan data dan mengumpulkan
tentang materi yang dibahas
|
|
|
|
|
|
|
|
d.
Setelah kelompok
selesai bediskusi, maka peneliti meminta dua siswa yang bertugas sebangai
tamu untuk bertamu kekelompok lain dan saling bertukar informasi
|
|
|
|
|
|
|
|
e.
Setelah selesai
dua tamu kembali kekelompok masing masing dan peneliti meminta siswa membuat
laporan kerja mereka
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Proses Penilaian
|
|
|
|
|
|
|
a. Peneliti mengadakan evaluasi secara individu
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 4 Lembar
Observasi Aktivitas Siswa
No
|
Nama
|
Aspek yang diamati
|
Jumlah
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
…
|
|
|
|
|
|
|
|
32
|
|
|
|
|
|
|
|
N
|
|
|
|
|
|
|
|
Adapun beberapa aspek yang akan
diamati adalah sebagai berikut :
Aktivitas siswa :
1. Menyimak
materi yang disampaikan oleh guru
2. Siswa
menyimak pengarahan dari guru
3. Siswa berperan aktif dalam kelompok
4. Siswa mampu berinteraksi dengan kelompok lain dalam
bertukar informasi.
5. Siswa
berani menyatakan pendapatnya
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1. Tehnik Analisis Data Tes
Dalam
penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan teknik analisis data
statistik (kuantitatif). Statistik yang
digunakan adalah statisti Infernsial dimana dalam statistik ini untuk
menganalisis data yang hasilnya berlaku untuk populasi. Statistik inferansial
terbagi dua yairu statistik paramertis dan non parametris. Dalam penelitian
diterapkan statistik parametris karena data yang dihasilkan berbentuk interval
yang berarti diperlukan uji Prasyarat sebelum menguji Hipotesis.
1. Uji
Normalitas Data
Uji normalitas perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah data yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Adapun
langkah-langkah yang digunakan adalah:
1. Mencari
skor terbesar dan terkecil
2. Mencari
nilai Rentangan (R)
R= Skor terbesar-Skor terkecil
3. Mencari
Banyaknya Kelas (BK)
BK= 1+3,3 Log n (Rumus Sturgess)
4. Mencari
nilai panjang kelas (i)
i=
5. Membuat
tabulasi dengan tabel penolong
6. Mencari
rata-rata (mean)
=
7. Mencari
simpangan baku
s=
8. Membuat
daftar frekuensi yang diharapkan
9. Mencari
chi-kuadrat hitung (X2hitung)
X2=
10. Membandingkan
X2hitung dengan X2tabel
Dengan membandingkan X2hitung dengan
X2tabel untuk α=0,05 dan derajad kebebasan (dk) k-
1 kemudian dicari pada tabel chi-kuadrat akan didapat X2tabel dengan
kriteria pengujian:
Jika X2hitung
≥ X2tabel, artinya Distribusi Data Tidak Normal dan
Jika X2hitung ≤
X2tabel, artinya Distribusi Data Normal
(Riduwan,
2012:121-124)
6.3.3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
1.
Ha
= ρ ≠ 0 : Ada pengaruh penerapan model pembelajaran tipe dua
tinggal dua tamu terhadap hasil belajar siswa pada matapelajaran ekonomi SMA
Negeri 1 Banyuasin III
2.
Ho
= ρ = 0 : Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran
tipe dua tinggal dua tamu terhadap hasil belajar siswa pada matapelajaran
ekonomi SMA Negeri 1 Banyuasin III
Adapun teknik analisis
data dalam penelitian ini menggunakan teknik Uji- t adalah
perbedaan hasil belajar kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan melalui Pretest
dan setelah diberi perlakuan melalui Posttest
diperoleh
data yang terdistribusi normal maka rumus statistiknya adalah:
t=
Keterangan:
= harga t yang
dicari
r = harga korelasi
rata-rata sampel 1
rata-rata sampel 2
= jumlah sampel 1
= jumlah sampel 2
varians sampel 1
varians sampel 2
Selanjutnya harga t dibandingkan dengan harga t
tabel menggunakan uji dua fihak pada dk=n1+n2-2
dan taraf signifikansi =
5 %. Adapun ketentuannya sebagai berikut:
a.
Ho
diterima jika t hitung < t tabel maka Ha ditolak
b.
Ha
diterima jika t hitung ≥ t tabel maka Ho
ditolak
(Sugiono, 2010:122)
3.6.3. Teknik
Analisis Data Observasi
Data observasi
digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe DTDT pada
kelas eksperimen. Sugiyono (2011:139), dalam menganalisis data observasi
menggunakan skala Guttman dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Pemberian
tanda contreng (√) pada setiap deskriptor disetiap
lembar observasi
2. Menghitung
rata-rata skor masing-masing indicator untuk
setiap indikator diberi skor sebagai berikut:
a. Skor
0 jika deskriptor tidak tampak
b. Skor
1 jika satu deskriptor tampak
3. menghitung skor
ideal (kriterium) untuk seluruh item.
4. Selanjutnya jumlah
rata-rata jawaban dibandingkan dengan jumlah skor
ideal.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu,
Soli. 2009. Strategi Pembelajaran 3 SKS.
Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Anni, Catharina Tri. 2007. Psikologi Belajar. Samarang:UPT UNNES Pess.
Barata, Atep Adya.
2004. Memahami Ekonomi SMK.
Bandung:Ermico.
Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas.2006. Standar
kompetensi Pembelajaran Ekonomi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Depran, Mulyadi. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Pamulang. Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 2 No.4, hal 14.
Dimyati
dan Mudjiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rieneke Cipta.
Djamarah,
S. Bakrie, dan A.Zain. 2012.Guru dan
Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta : Rineka Cipta.
Djiwandono,Sri Esti Wuryani.
2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Fitriyanto, Dwi Agung.2013. Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SD
Negeri 01 KalitengahBanjarnegara. Jurnal Mimbar PKn Universitas Pendidikan Ganesha, hal 21.
Hamalik. 2008.
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanafiah, Nanang &
Cucu Suhana .2012. Konsep
Strategi Pembelajaran. Bandung : PT
Refika Aditama.
Huda,
Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Jupri. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray (TSTS)Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Segi Empat Kelas VII C MTs Taqwal
Ilah Tembalang. Jurnal Pendidikan
Matematika, hal 78.
Kusri , Imaroh. 2012. Penggunaan Metode Kooperatif Tipe Two Stay Two Sray (TSTS) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan Inflasi dan Indeks Harga Pada Siswa Kelas X Di SMA THERESIANA
Salatiga. Jurnal Pendidikan Volume 3
Nomer 5, hal 10.
Lie, A. 2007. Pembelajaran
Kooperatif. Jakarta: Grasindo.
Mahmud. 2010. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Nurkhamasah, Lina. 2013. Efektivitas Pembelajaran
Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Think
Pair Square Melalui pemanfaatan Peta Konsep Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Pada Pokok Bahasan Sistem Koloid Kelas XI SMA N 4 Magelang Tahun Ajar
2011/1012. Jurnal Pendidikan Kimia Volume
2 No.2, hal 23.
Raharja dan Manurung. 2006. Pengantar Ilmu Ekonomi (Makro Ekonomi dan Mikro Ekonomi). Jakarta: FE Universitas
Indonesia.
Rasyid. 2002. Pengantar
Ilmu Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Riduwan.2011.
Belajar Mudah Penelitian untuk
Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rusman . 2012. Model-model
Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sari, Sartika. 2011. Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Dua Tinggal Dua Tamu Terhadap Hasil
Belajar siswa Pada Matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP N 17
Palembang. Skripsi. Indralaya: FKIP
Universitas Sriwijaya.
Santoso,
Ras Eko Budi. 2011. Model Pembelajaran kooperatif Tipe Two Stay Two
Stray. Jurnal Pendidikan
volume 2 No.4, hal 25.
Slameto.2010. Belajar
Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rinela Cipta.
Solihatin,Etin. 2007. Cooperative
Learning Analisis Model Pembelajaran Ips. Jakarta: Bumi Aksara
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian
Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta. Sinar Baru Algasindo.
Sugiyanto. 2010.
Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sugiyono.
2012.
Statistik untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sukirno, Sadono. Mikro
Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Trianto. 2011. Model
Pembelajaran Terpadu.
Jakarta:Bumi Aksara.
Wahab,
Aziz A. 2009. Metode dan Model-model
Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Widoyoko,
Eko P. 2010. Evaluasi Program
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wijaya, Ning.
2011. Penerapan Model Pembelajaran Model Two Stay Two Stray Untuk
Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Tanjung Rejo
Malang. Jurnal IPA Volume 3 No. 2, hal 24.
Undang-undang
Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 3 Bandung: Citra Umbara, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar