Rabu, 30 April 2014

keterampilan sosial melalui model pembelajaran Time Token



PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah

             Hubungan sebaya sangat penting bagi perkembangan anak. Teman memberikan companionship (perkawanan) dan dukungan memungkinkan anak untuk mengambil bagian di dalam kegiatan-kegiatan sosial-rekresiasonal yang tidak dapat dilakukan sendiri, dimana hal tersebut penting bagi perkembangan keterampilan sosial anak. Dengan berinteraksi dengan teman sebayanya, anak akan belajar tentang bagaimana bergabung dengan kelompok, menjalin pertemanan baru, menangani konflik, dan belajar bekerja sama. Jika anak memiliki keterampilan sosial yang kurang maka mereka akan sulit bergabung dengan kelompok sebayanya, yang pada akhirnya akan menghambat kehidupan sosial anak.
            Keterampilan sosial membantu anak mampu berkomunikasi dengan sesama manusia dan lingkungan di masyarakat secara baik. Keterampilan sosial memang sangat penting. Sebagai contoh, di kalangan remaja, kurangnya keterampilan sosial ditemukan berhubungan dengan depresi dan kecemasan (Tryon dikutip Muijs, 2008:203). Keterampilan sosial diperlukan oleh peserta didik agar kelak mereka mampu bertindak secara rasional dalam menghadapi era global.
Dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran Eknomi, seringkali guru lebih menekankan pada aspek kognitif saja tetapi untuk aspek psikomotor dan aspek afektif masih kurang, khususnya keterampilan sosialnya. Dari permasalahan tersebut terdapat adanya beberapa faktor penyebab. Salah satunya adalah penggunaan metode oleh guru dalam penyampaian materi. Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran lebih dominan menggunakan metode ceramah. Guru lebih banyak menjelaskan materi dengan ceramah dan siswa membaca buku paket sehingga siswa

lebih banyak menjadi pendengar tanpa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini membuat seorang pendidik dituntut harus lebih kreatif dan inovatif lagi menggunakan model-model pembelajaran khususnya untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa.
Menjadi seorang pengajar memang tidak semudah membalikan telapak tangan karena banyak hal yang akan kita temui di lapangan diantanya hambatan-hambatan yang terjadi pada saat mengajar misalnya komunikasi pembelajaran hanya satu arah sehingga kurang adanya timbal balik antara guru dengan siswa untuk aktif dan kreatif dalam menyerap dan mempertajam gagasannya, siswa masih merasa malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka pahami sehingga membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut tentu membuat keterampilan sosial siswa menjadi rendah sehingga keterampilan-keterampilan sosial yang ingin dikembangkan terutama dalam pembelajaran ekonomi menjadi tidak tercapai
Oleh sebab itu dengan adanya model-model pembelajaran yang semakin banyak jenisnya, guru diharapkan bisa mengajar dengan sekreatif mungkin, agar siswa dapat berpartisipasi secara merata di dalam pembelajaran ekonomi. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (dikutip Sanjaya 2008:242) alasan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran yaitu dari  bebarapa hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar, hubungan sosial , menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan kekurangan orang lain.
Model pembelajaran kooperatif memiliki bermacam-macam tipe yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran. Namun, melihat kondisi manajerial waktu oleh guru yang seringkali menjadi kendala terutama dalam diskusi di dalam kelas, tidak semua siswa secara merata dapat mengekspresikan temuan-temuannya. Model pembelajaran kooperatif  time token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Model ini dikembangkan dengan cara menambahkan kupon bicara  pada saat pembelajaran sehingga memberikan kesempatan secara merata bagi setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya yang diharapkan bisa meningkatkan keterampilan sosial peserta didik terutama ketika mengikuti proses pembelajaran ekonomi.

A.    Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan keterampilan sosial ?
2.      Mengapa keterampilan sosial penting bagi siswa?
3.      Bagaimana mengembangkan keterampilan sosial anak dalam pembelajaran ekonomi ?
4.      Apakah yang dimaksud model pembelajaran kooperatif tipe time token Arends ?
5.      Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token Arends dalam pembelajaran ekonomi ?

B.     Tujuan pembahasan makalah
1.      Mengetahui pengertian keterampilan sosial.
2.      Mengetahui pentingnya keterampilan sosial bagi siswa.
3.      Mengetahui cara untuk mengembangkan keterampilan sosial anak dalam pembelajaran ekonomi.
4.      Mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif tipe time token Arends.
5.      Mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token Arends pada pembelajaran ekonomi.










PEMBAHASAN

A.  Pengertian Keterampilan Sosial
Menurut Johnson dikutip Huda (2011:37) salah satu perspektif dalam model pembelajaran kooperatif yaitu perspektif kohesi sosial yang merujuk pada teori interpendensi sosial (social interpendence theory) yang menegaskan bahwa interpendensi sosial menetukan cara-cara kita berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan sosial (social skill) adalah keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku menyimpang dalam proses pembelajaran di kelas (Stahl dikutip Isjoni, 2010:43).
Keterampilan sosial membawa orang untuk lebih berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi dan sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka tidak mencari pelarian ke hal-hal lain yang justru dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Keterampilan sosial meliputi kemampuan untuk memperoleh informasi, berkomunikasi, pengendalian diri, bekerja sama, memecahkan masalah, serta keterampilan dalam membuat keputusan (Gunawan, 2011:23).
            Thalib (2010:159) menjelaskan bahwa keterampilan sosial adalah keterampilan yang meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima umpan balik (feedback), memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (social skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain baik kemampuan berkomunikasi maupun bekerja sama serta kemampuan untuk mengungkapkan pendapatnya  guna memecahkan suatu masalah.
Michelson, dkk (dikutip Siska 2011:2) mengatakan bahwa keterampilan sosial adalah perilaku-perilaku yang dipelajari, yang digunakan individu dalam situasi-situasi interpersonal untuk memperoleh atau memelihara pengukuh dari lingkungannya. Sebagai sebuah kemampuan yang diperoleh melalui proses belajar, maka perkembangan ketrampilan sosial anak tergantung pada berbagai faktor, yaitu faktor keluarga seperti pola asuh orang tua dan stabilitas keluarga, dan faktor lingkungan seperti pengalaman interaksinya serta kualitas hubungan dengan sebaya.
B.  Manfaat keterampilan sosial bagi siswa
   Keterampilan sosial dalam kehidupan sehari-hari juga mulai disadari oleh  kalangan pendidik dan pengembang kurikulum di Indonesia.  Johnson dan Johnson (dikutip Wiyarsi 2011:3) mengemukakan 6 hasil penting dari memiliki keterampilan sosial, yaitu :
1.        Perkembangan Kepribadian dan Identitas. Hasil pertama adalah perkembangan kepribadian dan identitas karena kebanyakan dari identitas masyarakat dibentuk dari hubungannya dengan orang lain. Sebagai hasil dari berinteraksi dengan orang lain, individu mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri.
2.        Mengembangkan Kemampuan Kerja, Produktivitas, dan Kesuksesan Karir. Keterampilan sosial juga cenderung mengembangkan kemampuan kerja, produktivitas, dan kesuksesan karir, yang merupakan keterampilan umum yang dibutuhkan dalam dunia kerja nyata.
3.        Meningkatkan Kualitas Hidup. Meningkatkan kualitas hidup adalah hasil positif lainnya dari keterampilan social karena setiap individu membutuhkan hubungan yang baik, dekat, dan intim dengan individu lainnya.
4.        Meningkatkan Kesehatan Fisik. Hubungan yang baik dan saling mendukung akan mempengaruhi kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan hubungan yang berkualitas tinggi berhubungan dengan hidup yang panjang dan dapat pulih dengan cepat dari sakit.
5.         Meningkatkan Kesehatan Psikologis. Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan psikologis yang kuat dipengaruhi oleh hubungan positif dan dukungan dari orang lain. Ketidakmampuan mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang positif dengan orang lain dapat mengarah pada kecemasan, depresi, frustasi, dan kesepian. Telah dibuktikan bahwa kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain dapat mengurangi distress psikologis, yang menciptakan kebebasan, identitas diri, dan harga diri.
     Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013, keterampilan sosial dalam proses pembelajaran berguna bagi  siswa agar :
1)   Mampu mempelajari hal-hal baru untuk memecahkan masalah sehari-hari,
2)   Memiliki keterampilan berkomunikasi  baik lisan maupun tulisan,
3)   Memahami, menghargai dan mampu bekerjasama dengan  orang lain yang  majemuk,
4)   Mampu mentransformasikan kemampuan akademik dan  beradaptasi dengan perkembangan masyarakat, lingkungan dan perkembangan global  serta aturan-aturan yang melingkupinya, serta keterampilan-keterampilan lainnya yang  relevan.

C.       Mengembangkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran ekonomi
Pelatihan keterampilan sosial merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku yang mulai banyak digunakan, terutama untuk membantu siswa kesulitan bergaul. Keterlibatan yang aktif di dalam proses pembelajaran dapat menjadi faktor penting terjadinya transfer belajar yang optimal dan bukan hanya sebagai penerima informasi yang pasif.
Suprijono (2011:39) mengemukakan bahwa belajar merupakan hubungan timbal balik antara individu dan individu, antara individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, singkatnya belajar adalah sebuah interaksi sosial. Sebagaimana proses belajar, yang menjadi sasaran bukan hanya aspek intelektual atau kognitif saja, akan tetapi juga aspek emosi atau afektif dan psikomotor
Keterampilan sosial siswa disekolah sangat perlu dikembangkan, karena siswa masih pada usia mencari jati diri dan pada saat itu adalah masa membutuhkan teman, sehingga perlu bimbingan dengan ajaran yang memiliki landasan yang benar. Keterampilan sosial yang sangat penting dalam pembelajaran ekonomi ini ternyata secara empirik di lapangan sangat jarang dilakukan oleh guru, padahal guru sering menggunakan metode pendekatan kerja kelompok. Kenyataan ini dipicu oleh ketidak mengertian guru ekonomi terhadap tujuan pembelajaran ekonomi pada umumnya dan pembelajaran ekonomi pada khususnya.
Banyak metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran ekonomi untuk dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa, menurut Suprijono (2011: 89), di antaranya yaitu :
1.      Jigsaw
2.      Think Pair Share
3.      Role playing (permainan peranan) atau sosiodrama
4.      Fish bowl
5.      Snowball Throwing
6.      Time Token Arrends
7.      Buzz Group
Sedangkan menurut Trianto (2009:268) jenis-jenis model kooperatif adalah sebagai berikut :
1.    Student Team Achievement Division (STAD)
2.    Team Game Tournamen (TGT)
3.    Jigsaw
4.    Snowball Throwing
5.    Time Token Arends


D.  Model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends

1.    Pengertian Model Pembelajaran Time Token Arends
Taniredja (2011:72) mengemukakan bahwa model pembelajaran yang mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan menyatukan intelegensi siswa yang berbeda-beda akan dapat membuat siswa mempunyai nilai dalam segi kognitif, afektif dan psikomotor secara merata antara satu siswa dengan siswa yang lain. Model pembelajaran adalah  suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk merencanakan bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di dalam kelas (Joyce and Weil dikutip Rusman 2011:133). Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada interaksi dan kerjasama antar siswa adalah model pembelajaran kooperatif.
Menurut Lie (2007:12) model pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lainnya dalam tugas-tugas yang terstruktur. Model pembelajaran dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik sekaligus keterampilan social termasuk interpersonal skill. Isjoni (2010:12) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran.  
Pengertian model pembelajaran time token Arends itu sendiri adalah salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan  untuk meningkatkan hasil belajar  akademik dan untuk mengajarkan keterampilan sosial/kelompok pada siswa. Menurut Ibrahim (2005:15) Time Token Arends adalah suatu kegiatan khusus yang dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran koooperatif dengan menggunakan kartu-kartu untuk berbicara, time token dapat membantu membagikan peran serta lebih merata pada setiap siswa. Arends (2008:29) menjelaskan bahwa Time Token Arends adalah suatu model pembelajaran kooperatif untuk mengembangkan keterampilan partisipasi atau sosial siswa dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini Time Token Arends membantu pendistribusian partisipasi yang tidak merata pada peserta didik.
Model pembelajaran Time Token Arends ini tepat diterapkan dalam pembelajaran ekonomi. Hal ini dikarenakan dalam langkah-langkah model ini menekankan bahwa semua siswa wajib untuk tampil berbicara. Sehingga siswa akan memperoleh pemahaman yang maksimal. Sudjana (2010: 50) mengartikan pemahaman merupakan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. Untuk itu, perlu adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Tipe hasil belajar pemahaman ini lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Time token Arends adalah salah satu teknik dalam model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media kartu atau kupon yang mengharuskan siswa untuk berpartisipasi secara aktif  sehingga dapat menimbulkan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan sosial siswa tersebut.

2.    Tujuan pembelajaran kooperatif time token
Menurut Suprijono (2011:133) penerapan model pembelajaran time token Arends bertujuan  untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Pramukantoro (2013: 831) menjelaskan bahwa model pembelajaran ini lebih menekankan kepada proses umpan balik kepada siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan mengembangkankannya sesuai dengan pengetahuan siswa tersebut. Kadang- kadang siswa menghindari kerja kelompok karena pemalu. Sering kali siswa- siswa pemalu sangat cerdas, dan mereka mungkin bekerja dengan baik sendirian atau dengan seorang teman akan tetapi, mereka sangat sulit untuk berpartisipasi dalam kelompok.
Kegiatan belajar mengajar di kelas memerlukan suatu model pembelajaran yang tepat agar tercipta kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga materi tersampaikan secara efektif dan efisien. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal. Salah satu model yang dapat diterapkan secara tepat dan melibatkan siswa aktif untuk peningkatan pemahaman siswa di sekolah adalah model pembelajaran kooperatif Time Token Arends ( Wahyuni, 2012:3 ) . Dengan adanya model pembelajaran ini, diharapkan siswa akan termotivasi untuk ikut berperan aktif dalam pembelajaran dan dituntut untuk ikut berbicara. Hal ini bertujuan agar siswa-siswa lain yang selalu diam merasa mempunyai kesempatan untuk berbicara, tidak hanya merasa memiliki kesempatan, siswa-siswa pun diharapkan merasa bertanggung jawab dan memiliki rasa sosial yang tinggi ini karena setiap kelompok akan merasa bersaing dengan kelompok lainnya. Dengan adanya kartu atau kupon disini diharapkan siswa merasa memiliki kesempatan untuk berbicara dan menjelaskan pemahamannya mengenai materi, maupun menjawab soal yang diberikan oleh guru. Kartu ini bisa sebagai media pembelajaran dalam model pembelajaran time token, bisa juga sebagai penghargaan, karena siswa yang telah memberikan kuponnya akan merasa senang dan merasa mampu melakukan tugas yang diberikan guru.

3.      Peranan Guru Dalam  pembelajaran Cooperative Learning tipe time token Arends

Dalam pembelajaran cooperative learning tipe time token Arends guru harus mampu menciptakan kelas sebagai laboratorium demokrasi, supaya peserta didik terlatih dan terbiasa berbeda pendapat. Kebiasaan ini penting di kondisikan sejak di bangku sekolah, agar peserta didik terbiasa berbeda pendapat, jujur, sportif dalam mengakui kekuranganya sendiri dan siap menerima pendapat orang lain yang lebih baik, serta mampu mencari pemecahan masalah. Hal yang perlu dihindari ialah bila perbedaan pendapat itu menjurus pada konflik yang bersifat intrapersonal yang dapat merugikan kesehatan mental siswa. Dalam pengembangan pengalaman belajar, guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi
pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar (Sanjaya, 2010:26).

Menurut Isjoni (2010:62) Sebagai fasilitator seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagai berikut:
a. Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
b. Membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan
     menjelaskan keinginan dan pembicaraanya baik secara individual
     maupun kelompok
c. Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan
    serta membantu kelancaran belajar mereka
d. Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat
     bagi yang lainnya
e. Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran
    dalam bertukar pendapat.
Sebagai mediator, guru berperan sebagai penghubung dalam menjembatani mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui metode time token Arens dengan permasalahan yang nyata ditemukan dilapangan. Di samping itu, guru juga berperan dalam menyediakan sarana pembelajaran, agar suasana pembelajaran tidak monoton dan membosankan. Dengan kreativitasnya, guru dapat mengatasi keterbatasan sarana sehingga tidak menghambat suasana pembelajaran di kelas (Arif dikutip Nurdiana, 2011:26).
Sebagai director-motivator, guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak memberikan jawaban. Disamping itu, sebagai motivator guru berperan seabagi pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi. Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hanafiah, 2009:26).
Sebagai evaluator, guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Penilaian ini tidak hanya pada hasil, tapi lebih ditekankan pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan baik secara perorangan maupun secara kelompok. Alat yang digunakan dalam evaluasi selain berbentuk tes sebagai alat pengumpul data juga berbentuk catatan observasi guru untuk melihat kegiatan siswa di kelas (Isjoni, 2009:64).
Guru mempunyai peranan penting terutama pada saat proses belajar mengajar berlangsung seperti halnya penentuan topik, permasalahan apa saja yang akan didiskusiakan, memberikan saran-saran dan juga kalau sudah selesai guru haruslah memberikan pujian terutama bagi mereka yang telah menyelesaikan tugasnya paling cepat, tepat dan benar. Untuk itu peran-peran seperti diatas sangat penting dalam rangka memberikan semangat dan dorongan belajar kepada siswa dalam rangka mengembangkan keberanian siswa, baik dalam mengembangkan keahlian dalam bekerjasama, berkomunikasi saat bertanya, ataupun mengemukakan pendapat atau menyampaikan permasalahan.

4.  Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe time token Arends
            Suatu model yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya kelebihan dan kekurangan. Demikian halnya dengan model pembelajaran time token Arends juga mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut :
a. Kelebihan model pembelajaran time token Arends
1  Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
2.  Melatih rasa percaya diri siswa dengan terbiasa tampil saat kegiatan belajar.
3. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berbicara didepan banyak orang, serta         mengemukakan ide.
4. Melatih daya ingat siswa dan disiplin dalam memanfaatkan waktu.
5. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi,, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik.
6. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
            Pada intinya kelebihan dari model pembelajaran time token ini yaitu siswa akan lebih terdorong untuk menyampaikan apa yang ada difikirannya karena terkadang banyak siswa yang malu menyampaikan pendapatnya, dengan adanya metode pembelajaran time token Arends ini siswa yang tadinya tidak aktif pun di tuntut untuk ikut berbicara menyampaikan pendapatnya.

b. Kekurangan model pembelajaran time token
1. Pembatasan waktu dalam aktifitas belajar dapat mengurangi kesempatan berfikir siswa untuk mengemukakan pendapatnya secara maksimal.
2.    Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
3.    Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.

E.   Aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe time token Arends dalam pembelajaran ekonomi
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi belajar dimana keberhasilan individu atau pengaruhi keberhasilan kelompok sehingga siswa lebih semangat untuk belajar, karena mereka adalah satu tim yang harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas tersebut (Nurdiana, 2011:142). Untuk lebih memahami seperti apa model pembelajaran time token, berikut ini akan digambarkan langkah-langkah penerapannya pada pembelajaran ekonomi :
1)      Guru menyapa, mengabsen siswa, dan mengkondisikan kelas untuk menunjang proses belajar mengajar.
2)      Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok (cooperative learning)
3)      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai
4)      Guru menyampaikan strategi pembelajaran yang akan di gunakan yaitu pembelajaran kooperatif tipe Time Token dimana setiap siswa diberikan tiga buah kupon, dan ketika siswa mengajukan, menjawab, dan menanggapi pertanyaan siswa harus meletakkan kuponnya ketengah-tengah kelompok.
5)      Guru memotivasi siswa dengan mengaitkan materi dalam mata pelajaran ekonomi misalnya tentang “kelangkaan” dengan kehidupan sehari-hari.
6)      Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengaitkan materi yang akan di berikan dengan materi sebelumnya tentang kelangkaan.
7)      Guru menyampaikan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan siswa. langkah-langkahnya yaitu:
a.       Setiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu lebih kurang 30 detik,
b.       Setiap siswa di beri 3 buah kupon sesuai dengan waktu dan keadaan.
c.       Bila telah selesai berbicara, kupon yang di pegang siswa diserahkan, setiap kali bicara satu kupon.
d.      Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi, sedangkan siswa yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.
e.       Dan seterusnya
8.      Guru menanyakan apakah siswa sudah faham dengan apa yang ia    sampaikan, jika belum ulangi sekali lagi langkah-langkahnya agar siswa bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
9.      Guru menjelaskan materi ekonomi dengan singkat dan tidak bertele-tele.
10.  Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab pertanyaan tersebut  dengan waktu + 30 detik.
11.  Guru memberikan nilai ke setiap siswa sesuai waktu yang digunakan.
12.  Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
13.  Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
14.  Demikian seterusnya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar