PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Hubungan sebaya sangat
penting bagi perkembangan anak. Teman memberikan companionship (perkawanan) dan dukungan memungkinkan anak untuk
mengambil bagian di dalam kegiatan-kegiatan sosial-rekresiasonal yang tidak
dapat dilakukan sendiri, dimana hal tersebut penting bagi perkembangan
keterampilan sosial anak. Dengan berinteraksi dengan teman sebayanya, anak akan
belajar tentang bagaimana bergabung dengan kelompok, menjalin pertemanan baru,
menangani konflik, dan belajar bekerja sama. Jika anak memiliki keterampilan
sosial yang kurang maka mereka akan sulit bergabung dengan kelompok sebayanya, yang
pada akhirnya akan menghambat kehidupan sosial anak.
Keterampilan sosial membantu anak
mampu berkomunikasi dengan sesama manusia dan lingkungan di masyarakat secara
baik. Keterampilan sosial memang sangat penting. Sebagai contoh, di kalangan
remaja, kurangnya keterampilan sosial ditemukan berhubungan dengan depresi dan
kecemasan (Tryon dikutip Muijs, 2008:203). Keterampilan sosial diperlukan oleh peserta didik agar kelak mereka mampu
bertindak secara rasional dalam menghadapi era global.
Dalam proses
pembelajaran terutama dalam pembelajaran Eknomi, seringkali guru lebih
menekankan pada aspek kognitif saja tetapi untuk aspek psikomotor dan aspek
afektif masih kurang, khususnya keterampilan sosialnya. Dari permasalahan tersebut terdapat adanya beberapa
faktor penyebab. Salah satunya adalah penggunaan metode oleh guru dalam
penyampaian materi. Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran lebih dominan
menggunakan metode ceramah. Guru lebih banyak menjelaskan materi dengan ceramah
dan siswa membaca buku paket sehingga siswa
lebih banyak menjadi pendengar tanpa terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini membuat seorang pendidik
dituntut harus lebih kreatif dan inovatif lagi menggunakan model-model
pembelajaran khususnya untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa.
Menjadi seorang pengajar memang tidak semudah
membalikan telapak tangan karena banyak hal yang akan kita temui di lapangan
diantanya hambatan-hambatan yang terjadi pada saat mengajar misalnya komunikasi pembelajaran hanya satu arah sehingga kurang adanya timbal
balik antara guru dengan siswa untuk aktif dan kreatif dalam menyerap dan
mempertajam gagasannya, siswa masih merasa malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang
belum mereka pahami sehingga membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut
tentu membuat keterampilan sosial siswa menjadi rendah sehingga
keterampilan-keterampilan sosial yang ingin dikembangkan terutama dalam
pembelajaran ekonomi menjadi tidak tercapai
Oleh sebab itu dengan adanya model-model pembelajaran
yang semakin banyak jenisnya, guru diharapkan bisa mengajar dengan sekreatif
mungkin, agar siswa dapat berpartisipasi
secara merata di dalam pembelajaran ekonomi. Salah
satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin
(dikutip Sanjaya 2008:242) alasan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam
proses pembelajaran yaitu dari bebarapa
hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar, hubungan sosial , menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan kekurangan orang lain.
Model pembelajaran kooperatif memiliki bermacam-macam tipe yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran. Namun, melihat kondisi
manajerial waktu oleh guru yang seringkali menjadi kendala terutama dalam
diskusi di dalam kelas, tidak semua siswa secara merata dapat mengekspresikan
temuan-temuannya. Model pembelajaran kooperatif
time token
Arends merupakan salah satu contoh kecil
dari penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Model ini dikembangkan dengan cara menambahkan kupon bicara pada saat
pembelajaran sehingga
memberikan kesempatan secara merata bagi setiap siswa untuk mengemukakan
pendapatnya yang diharapkan bisa meningkatkan keterampilan
sosial peserta didik terutama ketika mengikuti proses pembelajaran ekonomi.
A. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan keterampilan
sosial ?
2. Mengapa keterampilan sosial penting bagi
siswa?
3. Bagaimana mengembangkan keterampilan
sosial anak dalam pembelajaran ekonomi ?
4. Apakah yang dimaksud model pembelajaran
kooperatif tipe time token Arends ?
5. Bagaimana penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe time token Arends
dalam pembelajaran ekonomi ?
B.
Tujuan
pembahasan makalah
1. Mengetahui pengertian keterampilan sosial.
2. Mengetahui pentingnya keterampilan sosial
bagi siswa.
3. Mengetahui cara untuk mengembangkan keterampilan
sosial anak dalam pembelajaran ekonomi.
4. Mengetahui pengertian model pembelajaran
kooperatif tipe time token Arends.
5. Mengetahui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe time token Arends pada
pembelajaran ekonomi.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keterampilan Sosial
Menurut Johnson dikutip Huda (2011:37) salah satu
perspektif dalam model pembelajaran kooperatif yaitu perspektif kohesi sosial
yang merujuk pada teori interpendensi sosial (social interpendence theory) yang menegaskan bahwa interpendensi sosial
menetukan cara-cara kita berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan sosial (social
skill) adalah keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan
masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi
timbulnya perilaku menyimpang dalam proses pembelajaran di kelas (Stahl dikutip
Isjoni, 2010:43).
Keterampilan sosial membawa orang
untuk lebih berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan
yang dihadapi dan sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga
mereka tidak mencari pelarian ke hal-hal lain yang justru dapat merugikan diri
sendiri maupun orang lain. Keterampilan sosial meliputi kemampuan untuk memperoleh informasi,
berkomunikasi, pengendalian diri, bekerja sama, memecahkan masalah, serta
keterampilan dalam membuat keputusan (Gunawan, 2011:23).
Thalib (2010:159)
menjelaskan bahwa keterampilan sosial adalah keterampilan yang meliputi
kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri
sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain,
memberi atau menerima umpan balik (feedback), memberi atau menerima
kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada
dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki
ketrampilan sosial (social skill)
untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Dari beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi
dengan orang lain baik kemampuan berkomunikasi maupun bekerja sama serta kemampuan
untuk mengungkapkan pendapatnya guna
memecahkan suatu masalah.
Michelson,
dkk (dikutip Siska 2011:2) mengatakan bahwa keterampilan sosial adalah
perilaku-perilaku yang dipelajari, yang digunakan individu dalam
situasi-situasi interpersonal untuk memperoleh atau memelihara pengukuh dari
lingkungannya. Sebagai sebuah
kemampuan yang diperoleh melalui proses belajar, maka perkembangan ketrampilan
sosial anak tergantung pada berbagai faktor, yaitu faktor keluarga seperti pola asuh orang tua dan stabilitas keluarga, dan
faktor lingkungan seperti pengalaman interaksinya serta kualitas hubungan dengan sebaya.
B. Manfaat keterampilan sosial bagi siswa
Keterampilan sosial
dalam kehidupan sehari-hari juga mulai disadari oleh kalangan pendidik dan pengembang kurikulum di
Indonesia. Johnson dan Johnson (dikutip Wiyarsi 2011:3) mengemukakan 6 hasil penting dari memiliki
keterampilan sosial, yaitu :
1.
Perkembangan Kepribadian dan Identitas. Hasil pertama adalah perkembangan kepribadian
dan identitas karena kebanyakan dari identitas masyarakat dibentuk dari
hubungannya dengan orang lain. Sebagai hasil dari berinteraksi dengan orang
lain, individu mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri.
2.
Mengembangkan Kemampuan Kerja, Produktivitas, dan Kesuksesan Karir. Keterampilan sosial juga cenderung
mengembangkan kemampuan kerja, produktivitas, dan kesuksesan karir, yang
merupakan keterampilan umum yang dibutuhkan dalam dunia kerja nyata.
3.
Meningkatkan Kualitas Hidup. Meningkatkan kualitas hidup adalah hasil positif lainnya dari keterampilan
social karena setiap individu membutuhkan hubungan yang baik, dekat, dan intim
dengan individu lainnya.
4.
Meningkatkan Kesehatan Fisik. Hubungan yang baik dan saling mendukung akan mempengaruhi kesehatan fisik.
Penelitian menunjukkan hubungan yang berkualitas tinggi berhubungan dengan
hidup yang panjang dan dapat pulih dengan cepat dari sakit.
5.
Meningkatkan Kesehatan Psikologis. Penelitian menunjukkan bahwa
kesehatan psikologis yang kuat dipengaruhi oleh hubungan positif dan dukungan
dari orang lain. Ketidakmampuan mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang
positif dengan orang lain dapat mengarah pada kecemasan, depresi, frustasi, dan
kesepian. Telah dibuktikan bahwa kemampuan membangun hubungan yang positif
dengan orang lain dapat mengurangi distress psikologis, yang menciptakan
kebebasan, identitas diri, dan harga diri.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 54 tahun 2013, keterampilan sosial dalam proses pembelajaran berguna bagi siswa agar :
1) Mampu mempelajari hal-hal baru untuk memecahkan masalah sehari-hari,
2) Memiliki keterampilan berkomunikasi
baik lisan maupun tulisan,
3) Memahami, menghargai dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang majemuk,
4) Mampu mentransformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat,
lingkungan dan perkembangan global serta
aturan-aturan yang melingkupinya, serta keterampilan-keterampilan lainnya
yang relevan.
C. Mengembangkan keterampilan sosial siswa dalam
pembelajaran ekonomi
Pelatihan keterampilan sosial merupakan salah satu teknik modifikasi
perilaku yang mulai banyak digunakan, terutama untuk membantu siswa kesulitan bergaul. Keterlibatan
yang aktif di dalam proses
pembelajaran dapat menjadi faktor penting terjadinya transfer
belajar yang optimal dan bukan hanya sebagai penerima informasi yang pasif.
Suprijono (2011:39)
mengemukakan bahwa belajar merupakan hubungan timbal balik antara individu dan
individu, antara individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, singkatnya
belajar adalah sebuah interaksi sosial.
Sebagaimana proses belajar, yang
menjadi sasaran bukan hanya aspek intelektual atau kognitif saja, akan tetapi
juga aspek emosi atau afektif dan psikomotor
Keterampilan sosial siswa disekolah sangat perlu dikembangkan, karena
siswa masih pada usia mencari jati diri dan pada saat itu adalah masa
membutuhkan teman, sehingga perlu bimbingan dengan ajaran yang memiliki
landasan yang benar. Keterampilan sosial yang sangat penting dalam pembelajaran
ekonomi ini ternyata secara empirik di
lapangan sangat jarang dilakukan oleh guru, padahal guru sering menggunakan metode
pendekatan kerja kelompok. Kenyataan ini dipicu oleh ketidak mengertian guru ekonomi terhadap tujuan pembelajaran
ekonomi pada umumnya
dan pembelajaran ekonomi pada
khususnya.
Banyak metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran
ekonomi untuk dapat
mengembangkan keterampilan sosial siswa, menurut Suprijono (2011: 89), di antaranya yaitu :
1. Jigsaw
2. Think Pair Share
3.
Role playing (permainan peranan) atau sosiodrama
4. Fish bowl
5. Snowball Throwing
6. Time Token Arrends
7. Buzz Group
Sedangkan menurut Trianto
(2009:268) jenis-jenis model kooperatif adalah sebagai berikut :
1.
Student Team
Achievement Division (STAD)
2.
Team Game
Tournamen (TGT)
3. Jigsaw
4. Snowball Throwing
5. Time Token Arends
D. Model pembelajaran
kooperatif tipe Time Token Arends
1. Pengertian Model
Pembelajaran Time Token Arends
Taniredja (2011:72) mengemukakan bahwa model pembelajaran
yang mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan menyatukan intelegensi siswa
yang berbeda-beda akan dapat membuat siswa mempunyai nilai dalam segi kognitif,
afektif dan psikomotor secara merata antara satu siswa dengan siswa yang lain. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk merencanakan bahan pembelajaran dan membimbing
pembelajaran di dalam kelas (Joyce and Weil dikutip Rusman 2011:133). Salah
satu model pembelajaran yang menekankan pada interaksi dan kerjasama antar siswa
adalah model pembelajaran kooperatif.
Menurut
Lie (2007:12) model pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lainnya dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Model pembelajaran
dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik sekaligus keterampilan social termasuk interpersonal
skill. Isjoni (2010:12) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pembelajaran.
Pengertian
model pembelajaran time token Arends itu
sendiri adalah salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar akademik dan untuk mengajarkan
keterampilan sosial/kelompok pada siswa. Menurut Ibrahim (2005:15) Time Token Arends adalah suatu kegiatan khusus yang dilakukan oleh
seorang guru dalam pembelajaran koooperatif dengan menggunakan kartu-kartu
untuk berbicara, time token dapat membantu membagikan peran serta lebih
merata pada setiap siswa. Arends (2008:29)
menjelaskan bahwa Time Token Arends adalah suatu model pembelajaran
kooperatif untuk mengembangkan keterampilan partisipasi atau sosial
siswa dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini Time Token Arends membantu
pendistribusian partisipasi yang tidak merata pada peserta didik.
Model pembelajaran Time Token Arends ini tepat diterapkan dalam
pembelajaran ekonomi. Hal ini dikarenakan dalam langkah-langkah model ini
menekankan bahwa semua siswa wajib untuk tampil berbicara. Sehingga siswa akan
memperoleh pemahaman yang maksimal. Sudjana (2010: 50) mengartikan pemahaman
merupakan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. Untuk itu,
perlu adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam
konsep tersebut. Tipe hasil belajar pemahaman ini lebih tinggi satu tingkat
dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Dari
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Time token Arends adalah salah satu
teknik dalam model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media kartu atau
kupon yang mengharuskan siswa untuk berpartisipasi secara aktif sehingga dapat menimbulkan perubahan
tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan sosial siswa
tersebut.
2. Tujuan pembelajaran kooperatif time token
Menurut Suprijono
(2011:133) penerapan model
pembelajaran time token Arends
bertujuan untuk
melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi
pembicaraan atau diam sama sekali. Pramukantoro (2013: 831) menjelaskan bahwa model
pembelajaran ini lebih menekankan kepada proses umpan balik kepada siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan mengembangkankannya
sesuai dengan pengetahuan siswa
tersebut. Kadang- kadang siswa menghindari kerja kelompok karena
pemalu. Sering kali siswa- siswa pemalu sangat cerdas, dan mereka mungkin
bekerja dengan baik sendirian atau dengan seorang teman akan tetapi, mereka sangat sulit untuk berpartisipasi
dalam kelompok.
Kegiatan
belajar mengajar di kelas memerlukan suatu model pembelajaran yang tepat agar
tercipta kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga materi
tersampaikan secara efektif dan efisien. Dengan demikian tujuan pembelajaran
yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal. Salah satu model yang dapat
diterapkan secara tepat dan melibatkan siswa aktif untuk peningkatan pemahaman
siswa di sekolah
adalah model pembelajaran kooperatif Time Token Arends ( Wahyuni, 2012:3 ) . Dengan adanya model pembelajaran ini, diharapkan siswa
akan termotivasi untuk ikut berperan aktif dalam pembelajaran dan dituntut
untuk ikut berbicara. Hal
ini bertujuan agar siswa-siswa lain yang
selalu diam merasa mempunyai kesempatan untuk berbicara, tidak hanya merasa
memiliki kesempatan, siswa-siswa pun diharapkan merasa bertanggung jawab dan
memiliki rasa sosial yang tinggi ini karena setiap kelompok akan merasa
bersaing dengan kelompok lainnya. Dengan adanya kartu atau kupon disini diharapkan siswa merasa memiliki kesempatan untuk berbicara dan menjelaskan
pemahamannya mengenai materi, maupun menjawab soal yang diberikan oleh guru. Kartu ini bisa sebagai media pembelajaran dalam
model pembelajaran time token, bisa
juga sebagai penghargaan, karena siswa yang telah memberikan kuponnya akan
merasa senang dan merasa mampu melakukan tugas yang diberikan guru.
3.
Peranan Guru Dalam pembelajaran Cooperative Learning tipe time token Arends
Dalam pembelajaran cooperative learning tipe time
token Arends guru harus mampu menciptakan kelas sebagai laboratorium demokrasi, supaya
peserta didik terlatih dan terbiasa berbeda pendapat. Kebiasaan ini penting di
kondisikan sejak di bangku sekolah, agar peserta didik terbiasa berbeda
pendapat, jujur, sportif dalam mengakui kekuranganya sendiri dan siap menerima
pendapat orang lain yang lebih baik, serta mampu mencari pemecahan masalah. Hal
yang perlu dihindari ialah bila perbedaan pendapat itu menjurus pada konflik
yang bersifat intrapersonal yang dapat merugikan kesehatan mental siswa. Dalam
pengembangan pengalaman belajar, guru tidak berperan sebagai satu-satunya
sumber belajar yang bertugas menuangkan materi
pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
memfasilitasi agar siswa belajar (Sanjaya, 2010:26).
Menurut Isjoni (2010:62) Sebagai fasilitator
seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagai berikut:
a. Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
b. Membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan
menjelaskan keinginan dan
pembicaraanya baik secara individual
maupun kelompok
c. Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan
serta membantu kelancaran belajar
mereka
d. Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat
bagi yang lainnya
e. Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran
dalam bertukar pendapat.
Sebagai mediator, guru berperan sebagai penghubung
dalam menjembatani mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui
metode time token Arens dengan permasalahan yang nyata ditemukan
dilapangan. Di samping itu, guru juga berperan dalam menyediakan sarana
pembelajaran, agar suasana pembelajaran tidak monoton dan membosankan. Dengan
kreativitasnya, guru dapat mengatasi keterbatasan sarana sehingga tidak
menghambat suasana pembelajaran di kelas (Arif dikutip Nurdiana, 2011:26).
Sebagai director-motivator, guru berperan dalam
membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi
tidak memberikan jawaban. Disamping itu, sebagai motivator guru berperan
seabagi pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi. Motivasi
belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving
force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri
peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan
menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotor (Hanafiah, 2009:26).
Sebagai evaluator, guru berperan dalam menilai
kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Penilaian ini tidak hanya
pada hasil, tapi lebih ditekankan pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan
baik secara perorangan maupun secara kelompok. Alat yang digunakan dalam
evaluasi selain berbentuk tes sebagai alat pengumpul data juga berbentuk
catatan observasi guru untuk melihat kegiatan siswa di kelas (Isjoni, 2009:64).
Guru mempunyai peranan penting terutama pada saat
proses belajar mengajar berlangsung seperti halnya penentuan topik, permasalahan
apa saja yang akan didiskusiakan, memberikan saran-saran dan juga kalau sudah
selesai guru haruslah memberikan pujian terutama bagi mereka yang telah
menyelesaikan tugasnya paling cepat, tepat dan benar. Untuk itu peran-peran seperti diatas sangat penting dalam rangka memberikan
semangat dan dorongan belajar kepada siswa dalam rangka mengembangkan
keberanian siswa, baik dalam mengembangkan keahlian dalam bekerjasama,
berkomunikasi saat bertanya, ataupun mengemukakan pendapat atau menyampaikan
permasalahan.
4. Kelebihan dan
kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe time token Arends
Suatu model yang
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya kelebihan dan
kekurangan. Demikian halnya dengan model pembelajaran time token Arends juga
mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut :
a. Kelebihan model pembelajaran time token Arends
1 Mendorong siswa untuk meningkatkan
inisiatif dan partisipasinya.
2. Melatih rasa percaya diri siswa
dengan terbiasa tampil saat kegiatan belajar.
3. Meningkatkan
kemampuan siswa untuk berbicara didepan banyak orang, serta mengemukakan ide.
4. Melatih daya ingat siswa dan disiplin dalam memanfaatkan waktu.
5. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi,,
memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik.
6. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Pada intinya kelebihan dari model pembelajaran
time token ini yaitu siswa akan lebih terdorong untuk menyampaikan apa yang ada
difikirannya karena terkadang banyak
siswa yang malu menyampaikan pendapatnya, dengan adanya metode pembelajaran time token Arends ini siswa yang tadinya tidak aktif pun di tuntut untuk ikut berbicara
menyampaikan pendapatnya.
b. Kekurangan model pembelajaran time token
1. Pembatasan
waktu dalam aktifitas belajar dapat mengurangi kesempatan berfikir siswa untuk
mengemukakan pendapatnya secara maksimal.
2. Tidak
bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
3. Memerlukan banyak
waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus
berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
E. Aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe time token Arends dalam pembelajaran ekonomi
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi belajar dimana keberhasilan individu atau pengaruhi
keberhasilan kelompok sehingga siswa lebih semangat untuk belajar, karena
mereka adalah satu tim yang harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
tersebut (Nurdiana, 2011:142). Untuk lebih memahami seperti apa model pembelajaran
time token, berikut ini akan digambarkan langkah-langkah penerapannya pada pembelajaran ekonomi :
1)
Guru menyapa, mengabsen
siswa, dan mengkondisikan kelas untuk menunjang proses belajar mengajar.
2)
Guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok (cooperative learning)
3)
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan di capai
4)
Guru menyampaikan
strategi pembelajaran yang akan di gunakan yaitu pembelajaran kooperatif
tipe Time Token dimana setiap siswa diberikan tiga buah kupon,
dan ketika siswa mengajukan, menjawab, dan menanggapi pertanyaan siswa harus
meletakkan kuponnya ketengah-tengah kelompok.
5) Guru memotivasi siswa dengan mengaitkan materi dalam mata pelajaran ekonomi
misalnya tentang “kelangkaan” dengan kehidupan
sehari-hari.
6) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan
mengaitkan materi yang akan di berikan dengan materi sebelumnya tentang kelangkaan.
7) Guru menyampaikan langkah-langkah kerja yang harus
dilakukan siswa. langkah-langkahnya yaitu:
a. Setiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu lebih
kurang 30 detik,
b. Setiap siswa di beri 3 buah kupon sesuai dengan waktu
dan keadaan.
c. Bila telah selesai berbicara, kupon yang di pegang
siswa diserahkan, setiap kali bicara satu kupon.
d. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi, sedangkan siswa yang masih pegang
kupon harus bicara sampai kuponnya habis.
e. Dan seterusnya
8. Guru menanyakan apakah siswa sudah faham dengan apa
yang ia sampaikan, jika belum
ulangi sekali lagi langkah-langkahnya agar siswa bisa mengikuti pelajaran
dengan baik.
9. Guru menjelaskan materi ekonomi dengan singkat dan
tidak bertele-tele.
10. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa
menjawab pertanyaan tersebut dengan waktu + 30 detik.
11. Guru
memberikan nilai ke setiap siswa sesuai waktu yang
digunakan.
12. Bila telah selesai
bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara satu
kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
13. Siswa yang telah habis
kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara
sampai semua kuponnya habis.
14. Demikian seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar