Rabu, 30 April 2014

Model TSTS



PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DUA TINGGAL DUA TAMU (DTDT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA NEGERI 1 BANYUASIN III

1. Latar Belakang
            Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun bangsa dan negara sebagaimana yang tercantum dalam Tujuan Nasional pendidikan Indonesia dalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya. Oleh karena itu diperlukan peran pedidik yang profesional. Dalam proses belajar mengajar guru harus memiliki kinerja yang baik dari dituntut agar terus mengembangkan kemampuannya sesuai dengan perkembangan zaman khususnya dalam bidang pendidikan dan teknologi. Menurut Undang-Uandang sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 berbunyi:
   Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan  kehidupan bangsa dalam yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
            Kenyataan ini menunjukan betapa pesat dan luasnya perkembangan dan pembaharuan dunia pendidikan yang dilaksanakan melalui usaha penyempurnaan kurikulum. Usaha tersebut menuntut adanya barisan pendidik yang tidak hanya bekerja dengan tugas-tugas rutin, melainkan benar-benar mengerti, mengetahui, serta menjadi guru yang profesional dan tangguh.
            Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka dalam proses belajar mengajar guru harus memilih model pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran. Proses belajar mengajar yang baik adalah pembelajaran yang dapat membangkitkan kegiatan pembelajaran efektif dan tujuan yang akan dicapai dari pembelajaran serta terlaksana dengan baik sehingga hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai. Kenyataan menujukan bahwa proses belajar mengajar di sekolah masih memerlukan banyak perbaikan dalm sistem pembelajaran. Salah satunya adalah dalam hal penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan bersifat monoton sangat mempengaruhi samangat dan hasil belajar siswa.
            Pada umumnya banyak model mengajar yang efektif dan bervariasi, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran diskusi pada umumnya, karana dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi kooperatif adalah tanggung jawab individu sakaligus kelompok, sehingga pada diri siswatumbuh dan berkembang sikap/perilakusaling ketergantungan secara posotif. Lie (2007:54) menyebutkan:
Ada 14 (empat belas) tehnik yang dapat dilakukan dalam pembelajaran Cooperative Learning diantaranya yaitu mencari pasangan, bertukar pasangan, berpikir berpasangan ber-empat, berkirim salam dan soal, dua tinggal dua tamu, keliling kelompok, kancing gemerincing, keliling kelas, lingkaran kecil lingkaran besar, jigsaw, carita pasangan dan tari bambu.
Pembelajaran yang berkualitas harus mampu memberikan pengalaman sukses pada siswa. Pengalaman sukses yang dimaksud adalah adanya perasaan yang menyenangkan dan membanggakan bagi siswa sebagai akibat telah berhasil menyelesaikan atau memecahkan sesuatu. Pengalaman sukses yang diperoleh siswa akan menumbuhkan percaya diri. Pengalaman sukses juga akan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar lebih lanjut. Sebaliknya, jika siswa tidak mendapatkan pengalaman sukses dari proses pembelajaran maka siswa akan menemui kegagalan. Sebagaimana kita ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh karana itu, setiap perancang harus mempertimbangakan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukan. Proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Sugiyanto, 2010: 16).

             Proses pengajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan siswa yang tidak hanya menekan apa yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran DTDT. Penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan mengatasi kejenuhan siswa sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa dan  hasil belajar siswa (Fitriyanto, 2013:1).
            Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memaksimalkan kemampuan mereka dangan belajar sesama antara satu dengan yang lain dan memotivasi peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Mengingar banyaknya tehnik dalam pembelajaran kooperatif, maka peneliti mencoba mnggunakan salah satu tehnik penbelajaran kooperatif, yaitu Tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Alasan peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu adalah karena model pembelajaran ini menuntut siswa agar dapat berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Masayu Eka Astrida guru Ekonomi kelas X SMA Negeri 1 Banyuasin III proses pembelajaran Ekonomi biasanya hanya disampaikan dengan metode ceramah saja, sehingga siswa kurang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajarannya, dan berdampak terhadap hasil nilai belajar yang tidak sesuai dengan KKM (Ketuntasan Kriteria Minimal), dimana 40%  siswa mendapatkan nilai dibawah dari KKM yang sudah di tentukan untuk mata pelajaran Ekonomi yaitu 75. Sehingga peneliti memilih SMA Negeri1 Banyuasin III untuk menerapkan model pembelajaran DTDT agar nantinya diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat dan mencapai KKM yang ditentukan.
            Dalam uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menerapkan penelitian dengan judul“ Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperative Tipe Dua Tinggal Dua Tamu (DTDT) Terhadap Hasi Balajar pada Matapelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Banyuasin III”.
2.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang akan diteliti adalah Adakah Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu (DTDT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Banyuasin III?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu (DTDT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Banyuasin III
4. Manfaat Penelitian
a.    Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu-ilmu pendidikan pada umumnya dan dapat memberikan pengembangan pengetahuan yang mendukung teori-teori yang berkenaan dengan model pembelajaran kooperatif tipe DTDT
b.      Manfaat Praktis
1.      Bagi Guru Memberikan masukan, saran ,dan informasi dalam menerapkan model-model pembelajaran khususnya dalam model pembelajaran kooperatif tipe DTDT untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Banyuasin III.
2.      Bagi Siswa Dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan emosional untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam proses pembelajaran di kelas.
3.      Bagi Sekolah Diharapkan dapat menjadi sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya hasil pembelajaram mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Banyuasin III.
4.      Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan sarta pengalaman peneliti tentang model pembelajaran kooperatif khususnya tipe DTDT dalam proses pembelajaran di kelas.

5. Tinjauan Pustaka
5.1. Model Pembelajaran
        Model pembelajaran adalah sebuah rancangan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh dalam proses agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan (Wahab, 2009:52). Rusman (2009:5) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain lain.
           Menurut Suprijono (2009:96) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dalam merencanakan dan melaksanaakan aktivitas belajar. Model pembelajaran yang diterapkan dalah jenis pembelajaran kooperatif dan menunjukan kerja sama kelompok.Model pembelajaran adalah landasan praktis pembelajaran hasil penurunan teori psikologis pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implementasinya pada tingkat operasional kelas (Trianto, 2011:45-46). Menurut Sudrajat ( dikutip Huda, 2011:102) model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar,dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,metode dan teknik pembelajaran.
Joyce dan Weil (dikutip Abimanyu, 2009: 24) menyatakan bahwa Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan dalam proses pembelajaran unruk melakukan variasi cara mengajar agar pembelajaran tidak kaku dan membosankan.
5.2.Model Pembelajaran Kooperatif
5.2.1.      Pengertian Model pembelajaran Kooperatif
           Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok banyak digunakan di sekolah dalam upaya melibatkan aktivitas siswa sacara total. Solihatin (2007:4) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sabagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dan membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dua orang atau lebih dimana keberhasilan siswa sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok sendiri. Model pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. Hal ini senada yang dikemukakan oleh Supriyanto (2010:37) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
            Slavin dikutip Solihatin (2007:4) mengatakan bahwa Model pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dangan Model pembelajaran kooperatif harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok. Sejalan dengan hal tersebut, Lie (2007:18) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan  model pembalajaran gotong royong merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas terstuktur.
Djamarah (2012:34) mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran siswa berperan sebagai subjek sekaligus objek pembelajaran, sehingga inti dari proses pembelajaran pada dasarnya adalah mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan dapat tercapai apabila siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif cukup baik untuk membuat siswa menjadi aktif karena model pembelajaran diterapkan pada kelompok-kelompok kecil, dimana pada tiap kelompok terdiri dari siswa-siswa dengan berbagai tingkat kemampuan ,melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari
           Berdasarkan pendapat pendapat diatas bahwa model pembelajaran kooperatif ialah model pembelajaran yang kegiatan belajarnya dilakukan bersama-sama secara kelompok yang terstruktur dengan baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
5.2.2.      Unsur- unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Tidak semua kelompok belajar bisa dianggap pembelajaran Model pembelajaran kooperatif, karena dalam pembelajaran Model pembelajaran kooperatif terdapat unsur-unsur yang membedakan dangan kerja kelompok biasa. Menurut Jhonson (dikutip Lie, 2007:30) untuk mencapai hasil yang maksimal terdapat lima unsur pembelajaran Model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu:
1.      Saling ketergantungan positif;
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya umtuk menciptakan kelompok kerja yang efektif. Pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
2.      Tanggungjawab perorangan;
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang tarbaik.
3.      Tatap muka;
Satiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
4.      Komunikasi antar anggota;
Keberhasilan kelompok tergantung juga pada kesediaan anggotanya untuk saling mendengar dan menuntut kemampuan untuk mengemukakan pendapat. Proses ini merupakan proses bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya penggabungan  belajar dan pembinaan.
5.      Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja mereka agar selanjutnya dapat bekerja samadenagn lebih efektif.

5.2.3.Teknik Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran Model pembelajaran kooperatif  pelaksanaanya dapat dipilih oleh guru  dan dimodofikasi sesuai dengan strategi pembelajaran. Tapi guru yanga baik tidak hanya terpaku pada satu strategi saja. Salah satu tehnik gotong-royong dapat dipilih dan dimodifikasi dengan tipe : mencari pasangan, kepala bernomor, bertukar pasangan, berpikir berpasangan ber-empat,berkirim salam dan soal, kepala bernomor berstruktur,keliling kelompok, dua tinggal dua tamu, kancing gemerincing, lingkaran kecil lingkaran besar, jigsaw, bercerita pasangan dan tari bambu (Lie, 2007:54).
5.3. Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Bertamu (DTDT)
5.3.1 Pengertian Dua Tinggal Dua Bertamu
            Menurut Lie (2007:61) mengemukakan bahwa model pembelajaran dua tinggal dua tamu dikembangkan oleh Spencer Kagen (1992) yang biasa digunakan dengan tehnik kepala bernomor. Tehnik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan tingkat usia anak didik. Pembelajaran kelompok dengan cara menyusun siswa bekerja dengan kelompok-kelompok belajar dan memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi kepada kelompok lain, saling membantu memecahkan masalah, dan berprestasi. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok  yang anggotanya bersifat heterogen baik dari kemampuan, kecepatan belajar atau dilihat dari bakat dan minatnya (Suprijono, 2009:94)
              Model pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran yang melatih siswa berpikir kritis, krestif dan efektif serta dengan adanya model pembelajaran DTDT ini siswa tersebut memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan kelompok lain dan membandingkan hasil kerja mereka sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif (Sari, 2011:20). Dengan tujuan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Dalam pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa (Suprijono 2009:34).
Model pembelajaran DTDT dengan group to group exchange ini merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang memiliki ciri-ciri mengajak siswa untuk aktif memecahkan masalah secara bersama-sama agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa (Depran 2013:14). Model pembelajaran DTDT ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk mengembangkan hasil informasi dengan kelompok lainnya ( Hanafiah dan Suhana, 2012: 56). Selain itu, struktur DTDT ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil kesempatan kepada kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainny ( Djamarah, 2012:104)
            Bedasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa model pembelajaran DTDT merupakan model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok. Model pembelajaran DTDT diharapkan dapat mengupayakan peningkatan keterampilan berdiskusi siswa yaitu dengan adanya siswa yang bertamu kekelompok lain, memacu siswa untuk berbicara dan bertanya  dan begitu pula dengan siswa yang tinggal ditempat,terpacu untuk mengutarakan pendapatnya mengenai bahan diskusi yang sebelumnya telah didiskusikan dengan kelompoknya serta kegiatan tersebut mengharuskan terjadinya interaksi untuk saling bertukar pendapat bahan diskusi yang sebelumnya telah didiskusikan antara tinggal dan bertamu.
5.3.2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Bertamu
Menurut Wijaya (2011:24) ciri-ciri model pembelajaran Dua Tinggal Dua Bertamu, yaitu:
1.      siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2.      kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.  
3.       bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
4.      penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
Menurut Kusri (2013: 10) Ciri-ciri model pembelajaran DTDT antara lain :
1.      Siswa bekerja secara kooperatif untuk mendiskusikan materi yang diberikan
2.       Kelompok merupakan variasi dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah
3.      Penilaian difokuskan pada kerja kelompok
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran DTDT ini memiliki ciri-ciri yaitu: siswa belajar dalam kelompok, kelompok tersebut dibentuk berdasarkan kemampuan yang heterogen agar bisa saling membantu dalam menyelesaikan masalah dan sistem penilaiannya lebih menekankan pada penilaian kelompok dari pada individu.

5.3.3. Langkah-langkah Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe DTDT
Menurut  Lie (2007:61) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran DTDT adalah:
a.       Siswa bekerja sama dalam kelompok seperti biasa.
b.      Setelah selesai dua orang dari masing-masing kelompok akan maninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua kelompok lainya.
c.       Dua orang tinggal dalam kelompok bertugas membagi hasil kerja dan informasi ke tamu mereka
d.      Tamu mohon diri dan kembali kekelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
e.       Kelompok membahas dan mencocokan hasil-hasil kerja mereka.
Menurut Nurkhasanah (2013: 23) Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe DTDT seperti yang diungkapkan, antara lain:
1.      Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa.
2.      Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.
3.      Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang.
4.      Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.
5.      Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
6.      Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
7.      Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
8.      Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
Dari langkah-langkah yang disebutkan maka dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Nurkhasanah untuk diterapkan pada kelas eksperimen.

5.3.4. Kelebihan dan Kekurangan Model Dua Tinggal Dua Bertamu
Menurut (Santoso: 2011: 25) Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari model Dua Tinggal Dua Bertamu adalah sebagai berikut.
1)      Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
2)      Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
3)      Lebih berorientasi pada keaktifan.
4)      Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya
5)      Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
6)      Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
7)      Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar
Sedangkan kekurangan dari model Dua Tinggal Dua Bertamu adalah:
1)      Membutuhkan waktu yang lama
2)      Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
3)      Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
4)      Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif tipe DTDT, maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bias membantu anggota kelompok yang lain.

1.4.      Hasil Balajar.
            Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh pelajar. Oleh karana itu apabila pembelajar menpelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep (Anni, 2007:5)
           Menurut Sudjana (2006:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar pada hakikatnya ialah perubahan tingkah laku pada pengertian yang luas mencangkup ranah kognotif, afektif,dan psikomotorik. Widoyoko (25:2010) menyatakan bahwa  proses pembelajaran melibatkan dua subjek, yaitu guru dan siswa akan menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa akan menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan pembelajaran bersifat non-fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun kecakapan. Menurut Hamalik (2008:30) hasil beajar adalah bila seseorang telah belajar akan menjadi  perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Sistem pendidikan nasional dan rumusan tujuan pendidikan; baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional pada umumnya menggunakan klasifikasi hasil belajar Taksonomi Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas enam aspek, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 2005:30).
           Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apersepsi dan keterampilan. Menurut Gagne ada lima kerterampilan belajar ditinjau dari segi-segi yang diharapkan dari suatu pengajaran dan instruksi, kemampuan perlu dibedakan karena kemampuan itu memungkinkan  berbagai macam keterampilan  manusia dan juga karana kondisi-kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan:
1.      Informasi verbal yang disebut juga pengetahuan verbal, pengetahuan verbal ini disimpan sabagai jaringan proposis, informasi verbal ini diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang,membaca dali berbagai sumber.
2.      Kemampuan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya dengan mengunakan simbol-simbol atau gagasan-gagasan.
3.      Strategi kognitif merupakan suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir.
4.      Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik tetapi juga kegiatan motorik yang digabung kemampuan intelektual.
5.      Sikap merupakan bawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi seseorang terhadap benda, kejadian-kejadian atau makhluk hidup lainya. (Dahar, 2011:118-124)
Selanjutnya Rusman (2012:123) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengalami suatu proses pembelajaran dengan berbagai kegiatan pengukuran, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan tentang tingkat hasil belajar siswa untuk perubahan tingkah laku berupa prestasi belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil proses atau proses pembelajaran. Dengan demikian hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajarnya. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya hasil pelajaran.
          Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar dalah suatu akibat atau hasil dari kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti penglaman belajar, biasanya ditujukan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.
5.5. Mata Pelajaran Ekonomi
5.5.1.   Pengertian Ekonomi
Kata ekonomi berasal dari bahasa latin yaitu oikonomia yang berasal dari dua kata yaitu oikos dan nomos. Oikos yang mempunyai arti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan jadi secara garis besar ekonomi adalah aturan rumah tangga. Manurung (2006:2) ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya yang terbatas dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya. Solvator dan Dwi Lion (dikutip Barata (2004:14) Ilmu ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari individu-individu dan organisasi-organisasi yang berkecimpung dalam kegiaatan produksi, pertukaran dan konsumsi barang dan jasa.
Sedangkan Sukirno (2010:9) menyatakan bahwa Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu dan masyarakat dalam membuat pilihan, dengan atau tanpa menggunakan uang, dengan mengunakan sumber daya yang terbatas tapi dapat digunakan berbagai cara untuk menghasilkan barang dan jasa,dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi sekarang dan dimasa yang akan datang kepada berbagai individu dan golongan masyarakat. Menurut Rasyid (2002:7) Ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan berdaya upaya untuk memberikan pengetahuan dan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul karena perbuatan manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan atau mencapai kemakmuran. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan jumlah alat pemuas yang terbatas.
5.5.2.    Fungsi Mata Pelajaran Ekonomi
Fungsi mata pelajaran ekonomi adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta berlatih memecahkan masalah ekonomi yang terjadi dilingkungan masyarakat (Depdiknas, 2006:4)
5.5.3.      Tujuan mata pelajaran Ekonomi
         Mata pelajaran ekonomi mempunyai beberapa tujuan. Adapun tujuan mata pelajaran ekonomi adalah peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut: Depdiknas (2006:1):
1.      Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan negara.
2.      Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi
3.      Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggung jawab  dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri,rumah tangga, masyarakat dan negara.
4.      Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Materi dalam mata pelajaran ekonomi yang hendak diujikan menggunakan model pembelajaran DTDT adalah sebagai berikut:
a)   Materi                                            : Ketenagakerjaan
b)      Kompetensi  Inti :
KI 1
:
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2
:
Menghayati, mengamalkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi   atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3
:
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,  serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4
:
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,dan mampu menggunakan metoda sesuai  kaidah keilmuan.

c)      Kompetensi Dasar :
3.1     Menganalisis permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia
4.1     Menyajikan hasil analisis masalah ketenagakerjaan di Indonesia


5.6.  Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif  Tipe Dua Tinggal Dua Tamu Terhadap Hasil Belajar
           Slavin (dikutip Solihatin 2007:122) mengatakan bahwa penelitian pembelajaran kooperatif dan hubungannya dengan siswa yang cacat akademik dengan siswa yang perkembangannya normal secara umum menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dapat mengatasi hambatan terhadap pertemanan dan interaksi antar siswa.
            Menurut Sari (2010:32) dalam penelitian yang dilakukan tantang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe DTDT dalam matapelajaran kewarganegaraan. Menyatakan adanya pengaruh antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu terhadap hasil belajar . Dari data yang diperolehnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu. Sebelum diberikan perlakuan model pembelajaran tersebut nilai rata rata kelas VIII 5 adalah 65,17  sedangkan rata-rata siswa setelah diterapkan model pembelajaran DTDT meningkat menjadi 68,75 yang pada intinya ada pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe DTDT terhadap hasil belajar siswa.
Menurut Jupri (2010:78) berdasarkan penelitian yang dilakukannya yaitu Penggunaan Model Pembelajaran DTDT dalam pelajaran matematika ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C MTs Takwal Ilah Tembalang. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya hasil belajar setiap siklus yaitu pra siklus rata-rata hasil belajar siswa  59,63 dengan ketuntasan belajar 49,5% dan mengalami peningkatan saat siklus II yaitu dengan nilai hasil belajar 75,17 dengan ketuntasan klasikal 85,36%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran DTDT sangat baik diterapkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasi belajar siswa. Atau dapat dikatakan bahwa model pembelajaran DTDT dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga penulis tertarik untuk membahas dan melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran DTDT.

5.7.   Hipotesis
Ha : ρ ≠ 0 : Ada pengaruh penerapan model pembelajaran tipe dua tinggal dua tamu terhadap hasil belajar siswa pada matapelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Banyuasin III`
Ho : ρ = 0 : Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran tipe dua tinggal dua tamu terhadap hasil belajar siswa pada matapelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Banyuasin III
6.         Metode Penelitian
6.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah:
1.      Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif  Tipe Dua Tinggal Dua Tamu (Variabel Bebas = Variabel X)
2.      Hasil Belajar Siswa (Variabel Terikat = Variabel Y)
6.2. Definisi Operasianal Variabel Penelitian
6.2.1  Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu
            Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe DTDT adalah pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe DTDT ini akan diterapkan pada kelas X 2 yang merupakan kelas eksperimen pada mata pelajaran ekonomi dimana dilakukan dengan lima kali pertemuan yaitu pertemuan pertama pemberian pretest, dan  pertemuan dua ,tiga dan empat guru memberikan perlakuan Model pembelajaran DTDT serte  pada pertemuan Kelima guru memberikan postest.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe DTDT adalah sebagai berikut: (1) guru membentuk siswa bekerja sama dalam kelompok berempat yang terdiri dari kemampuan yang heterogen, (2) didalam kelompok guru membagi sesuai dengan kemampuan kognitif yaitu dua siswa yang bertugas tinggal di kelompok dan dua siswa yang bertugas sebagai tamu, (3) guru memberikan soal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan meminta kelompok untuk memjawab permasalahan yang disajikan dalam soal dengan menggunakan berbagai sumber yang dimiliki siswa, (4) setelah selesai mendiskusikan jawaban dengan kelompok maka siswa yang bertugas sebagai tamu di minta bertamu ke kelompok lain untuk mencari informasi dari kelompok lain tentang soal yng menyangkut ketenagakerjaan, (5) siswa yang sebagai tamu kembali ke kelompok mereka dan melaporkan hasil penemuan mereka dan membuat laporan hasil dari tugas yang diberikan.
6.2.2 Hasil Belajar Siswa pada Matapelajaran Ekonomi
Hasil belajar yang dimaksud disini adalah nilai pretest dan postest  yang dilakukan sebelum dan setelah memberikan perlakuan model DTDT yang terdiri dari 10 item soal uraian (Essay) yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya, yang diperoleh siswa SMA Negeri 1 Banyuasin III kelas X 2 setelah mengikuti  proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran DTDT pada mata pelajaran Ekonomi dengan materi ketenagakerjaan.
6.3. Populasi Dan Sampel
6.3.1 Populasi
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Banyuasin III dengan jumlah 163 siswa yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Populasi
Kelas
Jumlah
X 1
32 siswa
X2
32 siswa
X3
32 siswa
X4
35 siswa
X 5
32 siswa
Total
163 siswa
                                                                                                              
6.3.2 Sampel
Penarikan sampel penelitian menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara atau pertimbangan tertentu. Adapun langkah-langkah penarikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.        Menentukan populasi penelitian yaitu siswa kelas X dengan jumlah 5 kelas.
2.        Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan melihat hasil ulangan ekonomi semester gasal siswa yang nilai rata-rata kelasnya masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). penelitian memilih 1 kelas yang mendapat nilai rata-rata dibawah KKM untuk menjadi sampel dalam penelitian.
3.        Dari langkah tersebut didapatlah  kelas X.2 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 32 siswa.

6.4. Rancangan penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan desain eksperimen  Pre- experimental designs (Nondesigns).  Pada penelitian ini ada satu sampel yang di perlakukan sebagai kelas eksperimen dengan cara peneliti sebelum menerapkan perlakuan peneliti memberikan Pretest kemudian memberikan Posttest setelah memberikan perlakuan (One Group Pretest-Posttest design).
Tabel 3
Desain Penelitian
Kelas
Pretest
Perlakuan
Posttest
Eksperimen
O1
X1
O2
Sugiyono (2011:79)
Keterangan:
O1          = Pretest
O2          = Posttest
X1          = Perlakuan dengan menggunakan M
odel pembelajaran TSTS
  Selanjutnya adapun langkah-langkah eksperimen yang akan dilaksanakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
A. Kelas Eksperimen
1. Tahap Persiapan
a)      Menyusun dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran.
b)      Mempersiapkan instrumen yang sudah divalidasi
c)      Dilakukan pembelajaran sebanyak 5 kali pertemuan.
d)     Pada pertemuan pertama melakukan  Pretest
2. Tahap Pelaksanaan
a)      Pendahuluan (10 menit)
1.      Peneliti memberikan apersepsi
2.      Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran
b)      Kegiatan inti (55 menit)
Eksplorasi
1.      Peneliti melibatkan siswa mencari informasi yang luas tentang  materi pembelajaran
2.      Menentukan langkah-langkah pembelajaran dengan Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu
Elaborasi
1.      Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota 4 siswa, 2 siswa bertugas di rumah (two stay dan 2 siswa bertamu (two stray).
2.      Masing-masing kelompok bertugas untuk mengamati,  mencari dan menanya informasi tentang materi pembelajaran
3.      Masing-masing kelompok bertugas untuk menentukan data dan mengumpulkan  data melalui studi pustaka dan sumber lain yang relevan tentang materi pembelajaran.
4.      Masing-masing kelompok bertugas untuk melakukan klasifikasi, menganalisis dan menghubungkan materi pelajaran
5.      Masing-masing kelompok membuat laporan materi pelajaran
Konfirmasi
1.      Peneliti memberikan klarifikasi tentang materi yang telah dipelajari
2.      Peneliti memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa
3.      Peneliti memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber
4.      Peneliti memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan
5.      Peneliti memfasilitasi siswa untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap antara lain dengan peneliti
6.      Peneliti Memberikan Posttest
c)      Penutup (25 menit)
1.      Peneliti bersama siswa secara klasikal menyimpulkan hasil diskusi
2.      Peneliti mengadakan evaluasi siswa secara individu
3.      Peneliti memberikan tindak lanjut berupa PR
4.      Peneliti menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dating
3. Penyelesaian
1)      Pemberian Posttest pada pertemuan ke 5
2)      Observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran yang membantu peneliti untuk mengetahui apakah pelaksanaan tindakan penerapan model pembelajaran DTDT sesuai dengan rencana yang telah disusun dan sejauh mana pelaksanaan tindakan telah memperlihatkan indikator keberhasilan. Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
3)       Pelaporan
a)      Menganalisis data yang telah diperoleh pada saat penelitian
b)      Menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul di kelas eksperimen

6.5.      Teknik Pengumpulan Data
6.5.1. Tes
Tes dalam penelitian ini diadakan dua kali, yaitu : pretest dan posttest. Pretest dilakukan pada pertemuan pertama sebelum menerapkan model pembelajaran DTDT untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa pada mata pelajaran Ekonomi dan posttest dilakukan pada pertemuan ke 5 setelah di terapkan model pembelajaran DTDT untuk mengetahui hasil belajar Ekonomi siswa. Sedangkan jenis tes yang akan digunakan adalah tes harian (formatif) dalam bentuk instrumen Soal Uraian (Essay) yang dilakukan pada pokok bahasan sebanyak 10 butir soal.

6.5.1.1 Uji Validitas
             Instrument dapat dikatakan valid jika dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebelum diberikan kepada sampel, soal terlebih dahulu diuji tingkat validitasnya kepada 10 orang responden yang bukan termasuk sampel. Untuk mencari validitas digunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:
                                           
Dimana:
 = koefisien korelasi
                    = Jumlah skor item
        = Jumlah skor total (seluruh item)
n            = Jumlah responden



Tabel 1.2
Indeks Korelasi (r)
Antara 0,800 – 1,000
Sangat tinggi
Antara 0,600 – 0,799
Tinggi
Antara 0,400 – 0,599
Cukup tinggi
Antara 0,200 – 0,399
Rendah
Antara 0,00 – 0,199
Sangat rendah (tidak valid)
                                                                        (Riduwan, 2011:98)
7.6.2.2 Uji Reliabilitas
            Reliabilitas berhubungan denlgan masalah kepercayaan. Untuk mengukur apakah instrument tes reliable atau tidak,  Untuk menguji reliabilitas instrument tes yaitu menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menghitung total skor
2.      Menghitung korelasi product moment dengan rumus :
3.     Menghitung reliabilitas seluruh item dengan rumus Spearman Brown
yaitu :
4.      Mencari rtabel dengan signifikansi  = 0,05 dan dk = n-2
5.      Membuat keputusan dengan membandingkan r11 dengan rtabel dengan kriteria pengujian jika : r11 >  rtabel  berarti reliabel dan
r11 <  rtabel berarti tidak reliabel
           
                                                                           (Riduwan, 2011:102)
6.5.2.   Observasi
Kegiatan Observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran yang membantu peneliti untuk mengetahui apakah pelaksanaan penerapan  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe DTDT sesuai dengan rencana yang telah disusun dan sejauh mana pelaksanaan pembelajaran telah memperlihatkan indikator keberhasilan. Kegiatan ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri dari beberapa aspek yang diamati. Pada setiap observasi, pengamat atau observer memberikan tanda check (√) pada aspek yang tampak saat pembelajaran berlangsung. Lembar observasi mengenai pembelajaran di kelas, dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 3 Lembar Observasi Aktivitas Peneliti
No


Indikator dan deskriptor
Pertemuan
1
2
3
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
1
Perencanaan Pembelajaran






a.       Peneliti menyusun dan menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran






b.      Peneliti menyiapkan sumber, bahan, dan alat pembelajaran






2


Pengelolaan Kelas






a.       Peneliti memberikan apersepsi






b.      Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran






3
Proses Pembelajaran






a.       Peneliti membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang, 2 orang tinggal dikelompok,  2 orang bertugas sebagai tamu.






b.      Peneliti meminta kelompok untuk mengamati, menanyakan dan mencari informasi tentang materi yang dibahas






c.       Peneliti meminta Masing-masing kelompok bertugas untuk menentukan data dan mengumpulkan tentang materi yang dibahas






d.      Setelah kelompok selesai bediskusi, maka peneliti meminta dua siswa yang bertugas sebangai tamu untuk bertamu kekelompok lain dan saling bertukar informasi






e.       Setelah selesai dua tamu kembali kekelompok masing masing dan peneliti meminta siswa membuat laporan kerja mereka






4
Proses Penilaian






a. Peneliti mengadakan evaluasi secara individu







Tabel 4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No
Nama
Aspek yang diamati
Jumlah
1
2
3
4
5

1







2







3














32







N







Adapun beberapa aspek yang akan diamati adalah sebagai berikut :
Aktivitas siswa :
1.      Menyimak materi yang disampaikan oleh guru
2.      Siswa menyimak pengarahan dari guru
3.      Siswa berperan aktif dalam kelompok
4.      Siswa mampu berinteraksi dengan kelompok lain dalam bertukar informasi.
5.      Siswa berani menyatakan pendapatnya
3.6       Teknik Analisis Data
3.6.1. Tehnik Analisis Data Tes
Dalam penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan teknik analisis data statistik  (kuantitatif). Statistik yang digunakan adalah statisti Infernsial dimana dalam statistik ini untuk menganalisis data yang hasilnya berlaku untuk populasi. Statistik inferansial terbagi dua yairu statistik paramertis dan non parametris. Dalam penelitian diterapkan statistik parametris karena data yang dihasilkan berbentuk interval yang berarti diperlukan uji Prasyarat sebelum menguji Hipotesis.
1.      Uji Normalitas Data
Uji normalitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah:
1.      Mencari skor terbesar dan terkecil
2.      Mencari nilai Rentangan (R)
R= Skor terbesar-Skor terkecil
3.      Mencari Banyaknya Kelas (BK)
BK= 1+3,3 Log n (Rumus Sturgess)
4.      Mencari nilai panjang kelas (i)
i=
5.      Membuat tabulasi dengan tabel penolong
6.      Mencari rata-rata (mean)
=
7.      Mencari simpangan baku
s=
8.      Membuat daftar frekuensi yang diharapkan
9.      Mencari chi-kuadrat hitung (X2hitung)
X2=
10.  Membandingkan X2hitung dengan X2tabel
Dengan membandingkan X2hitung dengan X2tabel untuk α=0,05 dan derajad kebebasan (dk) k- 1 kemudian dicari pada tabel chi-kuadrat akan didapat X2tabel dengan kriteria pengujian:
Jika X2hitung ≥ X2tabel, artinya Distribusi Data Tidak Normal dan
Jika X2hitung ≤ X2tabel, artinya Distribusi Data Normal
                                                                                    (Riduwan, 2012:121-124)
6.3.3.   Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.      Ha =  ρ ≠ 0 : Ada pengaruh penerapan model pembelajaran tipe dua tinggal dua tamu terhadap hasil belajar siswa pada matapelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Banyuasin III
2.      Ho =  ρ = 0 : Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran tipe dua tinggal dua tamu terhadap hasil belajar siswa pada matapelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Banyuasin III
Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik  Uji- t adalah perbedaan hasil belajar kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan melalui Pretest dan setelah diberi perlakuan melalui Posttest diperoleh data yang terdistribusi normal maka rumus statistiknya adalah:
t=
Keterangan:
= harga t yang dicari
r     = harga korelasi                                                                 
rata-rata sampel 1
rata-rata sampel 2
 = jumlah sampel 1
 = jumlah sampel 2
 varians sampel 1
varians sampel 2
Selanjutnya harga t dibandingkan dengan harga t tabel menggunakan uji dua fihak pada dk=n1+n2-2 dan taraf signifikansi  = 5 %. Adapun ketentuannya sebagai berikut:
a.       Ho diterima jika t hitung < t tabel maka Ha ditolak
b.      Ha diterima jika t hitung  ≥ t tabel maka Ho ditolak
 (Sugiono, 2010:122)

3.6.3.   Teknik Analisis Data Observasi
Data observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe DTDT pada kelas eksperimen. Sugiyono (2011:139), dalam menganalisis data observasi menggunakan skala Guttman dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Pemberian tanda contreng (√) pada setiap deskriptor disetiap lembar observasi
2.      Menghitung rata-rata skor masing-masing indicator untuk setiap indikator diberi skor sebagai berikut:
a.       Skor 0 jika deskriptor tidak tampak
b.      Skor 1 jika satu deskriptor tampak
3. menghitung skor ideal (kriterium) untuk seluruh item.
4. Selanjutnya jumlah rata-rata jawaban dibandingkan dengan jumlah skor
ideal.

















DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli. 2009. Strategi Pembelajaran 3 SKS. Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Anni, Catharina Tri. 2007. Psikologi Belajar. Samarang:UPT UNNES Pess.
Barata, Atep  Adya. 2004. Memahami Ekonomi SMK. Bandung:Ermico.
Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas.2006. Standar kompetensi Pembelajaran Ekonomi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Depran, Mulyadi. 2013. Pengaruh  Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Pamulang. Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 2 No.4, hal 14.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneke Cipta.
Djamarah, S. Bakrie, dan A.Zain. 2012.Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Djiwandono,Sri Esti Wuryani. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Fitriyanto, Dwi Agung.2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SD Negeri 01 KalitengahBanjarnegara. Jurnal Mimbar PKn Universitas Pendidikan Ganesha, hal  21.
Hamalik. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana .2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Refika Aditama.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Jupri. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Segi Empat Kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang. Jurnal Pendidikan Matematika, hal 78.
Kusri , Imaroh. 2012. Penggunaan Metode Kooperatif Tipe Two Stay Two Sray (TSTS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Inflasi dan Indeks Harga Pada Siswa Kelas X Di SMA THERESIANA Salatiga. Jurnal Pendidikan Volume 3 Nomer 5, hal 10.
Lie, A. 2007. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Grasindo.
Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Nurkhamasah, Lina. 2013. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif  Tipe Two Stay Two Stray dan Think Pair Square Melalui pemanfaatan Peta Konsep Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pada Pokok Bahasan Sistem Koloid Kelas XI SMA N 4 Magelang Tahun Ajar 2011/1012. Jurnal Pendidikan Kimia Volume 2  No.2, hal 23.
Raharja dan Manurung. 2006. Pengantar Ilmu Ekonomi (Makro Ekonomi dan Mikro   Ekonomi). Jakarta: FE Universitas Indonesia.
Rasyid. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Riduwan.2011. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rusman . 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sari, Sartika. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Dua Tinggal Dua Tamu (DTDT) Terhadap Hasil Belajar siswa Pada Matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP N 17 Palembang. Skripsi. Indralaya: FKIP Universitas Sriwijaya.
­Santoso, Ras Eko Budi. 2011. Model Pembelajaran kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. Jurnal Pendidikan volume 2 No.4, hal 25.
Slameto.2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rinela Cipta.
Solihatin,Etin. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran Ips. Jakarta: Bumi Aksara
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta. Sinar Baru Algasindo.
Sugiyanto. 2010. Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sugiyono. 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:Bumi Aksara.
Wahab, Aziz A. 2009. Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Widoyoko, Eko P. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wijaya, Ning. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Model Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Tanjung Rejo Malang. Jurnal IPA Volume 3 No. 2, hal 24.
Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 3 Bandung: Citra Umbara, 2006.