A.
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
1.
Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Kurikulum 2013
PP
nomor 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar
proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan
pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007
tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses
pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). (Depdiknas, 2011:17)
Berdasarkan
PP 19 Tahun 2005, Pasal 20 dinyatakan bahwa:
”Perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasiaktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi bagi siswa untuk mengembangkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Dalam
rangka pelaksanaan kurikulum tahun 2013, guru harus menyusun RPP dengan
menyesuaikan beberapa komponen dengan dokumen kurikulum
tersebut. Selain itu di dalam rencana
pelaksanaan pembelajarannya harus menerapkan pendekartan scientific dalam penyusunan kegiatan pembelajaran.
2. Merencanakan
Proses Kegiatan Pembelajaran
Diketahui bahwa kurikulum 2013
mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung
dan proses pembelajaran tidak langsung. “Proses pembelajaran langsung adalah
proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan
berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber
belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan
pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan
mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses
pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau
yang disebut dengan instructional effect. Pembelajaran tidak langsung
adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung
tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung
berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan
tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh
mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral
dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan
yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat” (Kemendikbud,
2013: 17-18).
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran
Kurikulum 2013 semua kegiatan yang terjadi selama belajar di sekolah dan di
luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran
untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap. “Baik
pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara
terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan
pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya,
dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi
wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung
berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1
dan KI-2” (Syaodih, 2013: 21). Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman
belajar pokok yaitu:Mengamati, menaya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi,
dan mengkomunikasikan. Kelima pengalaman belajar ini harus tercipta pada saat
kegiatan pembelajaran.
Dalam standar proses pelaksanaan pembelajaran terdiri dari kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1)
Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a) menyiapkan peserta didik
secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b) mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan
materi yang akan dipelajari;
c) mengantarkan peserta didik
kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari
suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan
d) menyampaikan garis besar
cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta
didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara
aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan matapelajaran, yang meliputi
proses observasi/mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan
komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur
untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan
pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik
menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan
latihan lanjutan kepada peserta didik. Dalam setiap kegiatan guru harus
memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja
sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang
tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan
dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio,
lapangan, perpustakaan, musium, dan sebagainya. Sebelum menggunakannya peserta
didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya.
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta
didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya (Widyastono
2014:199-203).
Perlu diingat, bahwa KD-KD
diorganisasikan ke dalam empat KI. KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3
berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berisi KD
tentang penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan
ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum
dalam KI-3, untuk semua matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung,
tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran.
B.
Pendekatan
Saintifik
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Metode scientific pertama kali diperkenalkan
melalui ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada
metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson
dikutip Rohandi 2005:25). Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang
mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode
ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan
terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry”
dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred dikutip Hadiat, 2005:12). Pendekatan pembelajaran berbasis peningkatan
keterampilan proses sains adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses
sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer
dikutip Djohar, 2007:20). Pendekatan ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari
pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan
mengkoordinasikan kegiatan belajar. Menurut
Nur (dikutip Putra, 12:2013) Pendekatan saintifik merupakan pendekatan
pembelajaran dimana peserta didik
diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi
pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh
para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah
yang
artinya peserta didik diarahkan
untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru
yang diperlukan untuk kehidupannya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang
mengintegrasikan keterampilan sains yaitu mencari tahu sendiri fakta-fakta dan
pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran. Pendekatan saintifik
lebih menekankan kepada peserta didik sebagai subyek belajar yang harus
dilibatkan secara aktif.
2. Karakteristik Pendekatan Saintifik
Suatu
pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah. Metode ilmiah pada
dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian spesifik dan detail
untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Demikian diperlukan adanya penalaran
dalam rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian
(method of inquiry) harus berbasis pada
bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.
Oleh karena itu, penerapan pendekatan ilmiah memiliki
beberapa kriteria yang harus dipenuhi diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif
guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5. Mendorong dan
menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir
yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada
konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan
pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem
penyajiannya. (Kemdikbud, 2013: 2-3)
3. Prinsip-Prinsip Pendekatan
Saintifik
Menurut
Husamah dan Setyaningrum (2013: 17) prinsip-prinsip pendekatan saintifik
sebagai berikut:
a. pembelajaran berpusat pada siswa
b. pembelajaran membentuk students’ self concept
c. pembelajaran terhindar dari verbalisme
d. pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
e. pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir siswa
f. pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan
motivasi mengajar guru
g. memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kemampuan dalam komunikasi
h. adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan
prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
4. Tujuan Pendekatan Saintifik
Menurut Nugraha (2005:24) beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa
bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide,
khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa
C.
Langkah-Langkah
Pendekatan Saintifik dalam Kegiatan Pembelajaran Ekonomi
Proses
pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific
appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui
pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar,
kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Langkah-langkah dalam pendekatan saintifik dikatakan sebagai
pembelajaran terhadap pengetahuan ilmiah yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis dalam ilmu-ilmu
social termasuk juga ilmu ekonomi. Dalam pembelajaran ekonomi yang dikehendaki adalah
jawaban mengenai fakta-fakta dalam ekonomi. Menurut Husamah dan Setyaningrum
(2013:4) dalam proses pembelajaran menyentuh tiga
ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang
baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk
hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Contoh dalam pembelajaran
ekonomi pada materi kelangkaan.
Menurut Putra
(2013:89) langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan
sebagai berikut:
a)
Mengamati
(observasi)
Metode
mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan
media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Dalam kegiatan ini hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi
kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat,
menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang
diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
Contohnya menampilkan gambar mengenai kondisi terjadinya kelangkaan.
b)
Menanya
Guru
yang
efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.Pada saat guru bertanya, pada
saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan
baik.Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.Artinya guru
dapat menumbuhkan sikap ingin tahu siswa, yang diekspresikan dalam bentuk
pertanyaan. Misalnya: setelah menampilkan gambar mengenai kondisi kelangkaan
guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik mengapa bisa terjadi
kelangkaan? Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta
didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat
dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang
lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang
ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
c)
Mengumpulkan
Informasi
Kegiatan
ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih
banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan
melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Aktivitas
mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain
buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber
dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap
teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Contohnya memerintahkan peserta didik untuk mengumpulkan informasi mengenai
penyebab kelangkaan baik dari buku cetak maupun sumber lain.
d)
Mengasosiasikan/
Mengolah Informasi/Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud adalah
memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari
keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif
dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar,
yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar
dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak
merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi
penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak,
pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.
Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Contohnya:
setelah peserta didik mengumpulkan informasi, kemudian informasi-informasi
tersebut diolah dan dikaitkan dengan pemecahan masalah kelangkaan.
e)
Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan
saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi.
Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari
keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan
kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan. Contohnya : peserta didik
membuat suatu kesimpulan bagaimana cara memecahkan permasalahan kelangkaan baik
individu maupun secara kelompok.
f)
Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa
yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan
pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil
belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan
“mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran adalah menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya.
Adapun
kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Contohnya : setelah peserta didik menyimpulkan hasil dari pemecahan masalah
kelangkaan tersebut kemudian hasilnya disampaikan dikelas baik secara tertulis
maupun lisan
Daftar
Pustaka
Depdiknas.
2011.Undang-Undang Sisdiknas (UU RI No. 20 Tahun 2003). Jakarta : Sinar ……Grafika.
Depdiknas.
2011.Undang-Undang Sisdiknas (UU RI No. 19 Tahun 2005). Jakarta : Sinar …..Grafika.
Djohar. 2007. Dimensi
Pendidikan Sains. Yogyakarta: IKIP Yogya.
Fauziah, Resti
dkk. 2013. Pembelajaran Saintifik
Elektronika Dasar Berorientasi …..Pembelajaran
Berbasis Masalah. Pembelajaran Saintifik,
165-178.
Gazali, Rahmita Yuliana. 2013.
Penerapan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran
…..Matematika Smp
Kelas Vii Materi Bilangan (Pecahan). Master
Theses, 430-436.
Harjanto. 2010.
Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Hadiat. 2005.
Pendidikan Sains, Teknologi dan Masyarakat di Indonesia. Bandung: …..Depdikbud.
Husamah dan Yanur
Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian …..kompetensi. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Ibrahim, R dan Nana
Saodih S. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Kemdikbud. 2013. Pendekatan
Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran . Jakarta: …..Pusbangprodik.
Kemdikbud. 2013. Pengembangan
Kurikulum 2013. Paparan Mendikbud dalam Sosialisasi
…..Kurikulum 2013. Jakarta :Kemdikbud.
Mangunwijaya, Forum.
2013. Menyambut Kurikulum 2013. Jakarta : Kompas.
Muzamiroh, Mida
Latifatul. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta : Kata Pena.
Nugraha, Ali. 2005.
Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta : …..Depdiknas.
Putra, Sitiatava
Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jakarta : …..Diva Press.
Rohandi, R. 2005.
Pendidikan Sains Yang Humanistik : Memperdayakan Anak Melalui …..Pendidikan Sains.
Yogyakarta : Kanisius.
Syodih, Nana. 2013.
Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Widyastono, Herry. 2014. Pengembangan Kurikulum di
Era Otonomi Daerah. Jakarta: Bumi …..Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar