1. Pengertian
Pemahaman Konsep
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada
tujuan yaitu agar siswa
mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman
ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan pemahaman akan dapat mencapai
pengetahuan prosedur. Menurut Mulyasa (2007: 78) menyatakan bahwa pemahaman
adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Selanjutnya Arikunto (2012:128) mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu
mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat
dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengklasifikasikannya.
Menurut Sudjana
(2011:135) yang dimaksud dengan pemahaman
adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti
dari konsep, situasi, serta fakta yang diketahui, siswa tidak hanya menghafal
secara verbalitas, tetapi mampu memahami memahami konsep dari konsep atau
masalah. Menurut Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan
menjadi tiga yaitu: Menerjemahkan (Translation),
Menginterpretasi, Mengekstrapolasi (kemampuan meramalkan)
Berdasarkan pengertian pemahaman diatas, penulis menyimpulkan pemahaman adalah
suatu cara yang sistematis dalam memahami dan mengemukakan tentang sesuatu yang
diperolehnya.
Menurut Jihad dan Haris (2010:
149) mengemukakan Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan pemahaman konsep akan memudahkan siswa dalam belajar.
Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep
agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain
seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.
Pemahaman konsep merupakan tingkatan
hasil belajar siswa sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian
atau mendefinisikan bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan
kemampuan siswa menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah
memahami konsep atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang
diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang
diberikan tetapi maksudnya sama (Widoyoko 2012:67).
Menurut
Hamalik (2006: 166) untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui dan memahami
konsep paling tidak ada empat yang di perbuatnya yaitu sebagai berikut:
1) Dapat
menyebutkan nama-nama konsep
2)
Dapar menyatakan ciri-ciri konsep
3)
Dapat memilih dan membedakan
contoh-contoh
4) Mampu
memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep
Menurut Sudijono (2011: 102) mengemukakan yang dimaksud pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang
berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar
mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu
mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan
interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur
kognitif yang dimilikinya.
Menurut Husniyah (2013: 12) Mengemukakan bahwa siswa
dikatakan telah memahami suatu konsep jika siswa dapat menjelaskan suatu
informasi dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini siswa dituntut tidak hanya
sebatas mengingat sesuatu bahan pelajaran tetapi juga mampu menjelaskan kembali
informasi yang diperoleh dengan menggunakan kata-katanya sendiri meskipun
penjelasan tersebut susunan kata-katanya tidak sama dengan apa yang diberikan
kepada siswa akan tetapi kandungan maknanya tetap sama.
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan definisi pemahaman konsep
adalah Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu yang
diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang sehingga
orang lain tersebut benar-benar mengerti apa yang disampaikan.
2. Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tounaments (TGT)
a.
Model pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok banyak
digunakan di sekolah dalam upaya melibatkan aktivitas siswa sacara total.
Solihatin (2007:4) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif mengandung
pengertian sabagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dan membantu
diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang
terdiri dua orang atau lebih dimana keberhasilan siswa sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok sendiri. Model pembelajaran
kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam
suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. Hal ini senada yang
dikemukakan oleh Sugiyanto (2010:37) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
Slavin
dikutip Solihatin (2007:4) mengatakan bahwa Model pembelajaran kooperatif lebih
dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dangan Model
pembelajaran kooperatif harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan
hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota
kelompok. Sejalan dengan hal tersebut, Lie (2007:18) mengungkapkan bahwa model
pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan model pembalajaran gotong royong merupakan
sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak didik untuk bekerja
sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas terstuktur.
Pembalajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk
membelajarkan kecakapan akademis
sekaligus keterampilan sosial termasuk kemampuan interpersonal
(Riyanto,2012:265)
Berdasarkan pendapat pendapat diatas bahwa model pembelajaran kooperatif
ialah model pembelajaran yang kegiatan belajarnya dilakukan bersama-sama secara
kelompok yang terstuktur dengan baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
b.
Model Pembelajaran Teams Games Tounaments (TGT)
1.
Pengertian Teams Games Tounaments (TGT)
Menurut Trianto
(2010:83) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dikembangkan
oleh David De Vries dan Keath Edward. Pada model ini siswa memainkan permainan
dengan angggota-anggota tim lain untuk memperoleh pertambahan poin untuk skor
tim mereka.
Menurut
Saco (dikutip Rusman 2011:224),
dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain
untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun
guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang
berkaitan dengan kelompok.
Menurut Huda (2011; 117) dengan TGT siswa dapat menikmati bagaimana suasana
turnamen dan karena berkompetisi dengan kelompok yang memiliki kemampuan
setara,membuat TGT lebih fair
dibandingkan kompetisi dalam pembelajaran tradisional pada umunya.
Isjoni
(2009:10) mengemukakan bahwa TGT adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 atau 6
orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang
berbeda. Menurut Idha (2008: 34) menjelaskan bahwa TGT
telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dan paling cocok digunakan
untuk mengajar pembelajaran yang dirumuskan dengan
tajam dengan satu jawaban benar seperti perhitungan,dan penerapan berarti
matematika dan fakta-fakta serta konsep IPA.
Jarwatik (2012:23) mengemukakan bahwa dalam TGT setiap tim
beranggotakan 4-5 orang yang memiliki kemampuan yang setara atas dasar hasil
tes minggu sebelumnya. Siswa yang berprestasi paling rendah pada tiap kelompok
mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi timnya sebagai siswa
yang berprestasi tinggi. Meskipun keanggotaan tim tetap sama, tetapi tiga orang
yang mewakili tim untuk bertanding dapat berubah berdasarkan penampilan dan
prestasi masing-masing anggota. Sebagai contoh siswa yang berprestasi rendah
yang sebelumnya bertanding
melawan siswa yang kemampuannya setara dapat bertanding melawan siswa yang
berprestasi lebih tinggi ketika mereka menjadi lebih mampu.
Dari
beberapa pengertian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa TGT adalah
salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok yang beranggotakan 3-5 siswa yang memiliki kemampuan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforment.
2.
Langkah- langkah model
pembelajaran TGT.
Menurut Slavin
pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari beberapa langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas
(class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games)/pertandingan
(tournament), dan perhargaan kelompok (team recognition).
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin (2012: 163), maka model
pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki langkah-langkah (sintaks) sebagai
berikut :
a) Tahap penyajian kelas (class
precentation)
Bahan ajar dalam TGT mula-mula diperkenalkan melalui
presentasi kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung
atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, Namun presentasi dapat meliputi
presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini
siswa bekerja lebih dahulu untuk menemukan informasi atau mempelajari
konsep-konsep atas upaya mereka sendiri.
b) Belajar dalam kelompok (teams)
Siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku
atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan
dapat memotivasi
siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa
yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Fungsi utama tim
adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim itu belajar. Secara lebih
spesifik untuk mempersiapkan semua anggota tim agar dapat mengerjakan kuis
dengan baik.
Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, tim tersebut
berkumpul untuk mempelajari LKS atau bahan lain. LKS dapat diperoleh dari hasil
penelitian dan pengembangan sebuah pusat, lembaga atau proyek yang telah punya
LKS siap pakai atau dapat dibuat sendiri oleh guru. Ketika siswa mendiskusikan
masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja tim yang paling sering
dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman
sesama tim membuat kesalahan.
c) Games Tournament
Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah
semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan – pertanyaan
yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan
kelompok. Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil
dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing–masing ditempatkan
dalam meja–meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta
dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam
setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen.
Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan
permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu – kartu soal
untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga
soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan
dengan aturan sebagai berikut.
Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu
pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang
menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan
kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor
undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri
oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.
Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain
akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum
jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya
diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali
memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.
Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis
dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap
peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain,
dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali – kali dengan syarat
bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain,
penantang, dan pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas
untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau
memberikan jawaban pada peserta lain.
Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam
satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin
yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap
pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan
tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok
asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua
kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang
telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh
kelompoknya.
d) Penghargaan
Kelompok (team
recognition)
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok
adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok
dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing – masing
anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian
penghargaan didasarkan atas rata – rata poin yang didapat oleh kelompok
tersebut.
3. Kelebihan dan
Kelemahan Model Pembelajaran TGT
Menurut Slavin (2012:166)
keunggulan dan kelemahan model pembelajaran TGT, sebagai berikut:
1. Kelebihan TGT
a)
Mudah divariasikan dengan berbagai
media pembelajeran.
b)
Meningkatkan rasa percaya diri pada
siswa
c)
Meningkatkan kekompakan antar anggota
d)
Waktu pembelajaran lebih singkat
e)
Keterlibatan siswa lebih optimal
2.
Kelemahan TGT
a)
Memerlukan persiapan yang rumit dalam
pelaksanaanya
b)
Bila adanya persaingan yang negatif
maka hasilnya akan buruk
c)
Bila ada siswa yang malas atau ada yang
ingin berkuasa dalam kelompok maka belajar tidak akan berjalan dengan
semestinya
d)
Adanya siswa yang tidak memanfaatkan
waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar akan mengganggu berjalannya proses
pembelajaran.
3. Mengembangkan
Pemahaman Konsep Melalui Model Pembelajaran TGT pada Materi Pajak.
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi belajar dimana keberhasilan individu atau pengaruhi
keberhasilan kelompok sehingga siswa lebih semangat untuk belajar, karena
mereka adalah satu tim yang harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
tersebut (Nurdiana, 2011:142). Aktivitas
belajar yang dirancang dalam pembelajaran TGT yang memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja
sama, persaingan sehat dan keterlibaran belajar serta dengan model pembelajaran
TGT dapat membantu aktivitas sosial siswa dikelas sehingga siswa diharapkan
akan lebih memahami konsep yang ada pada mata pelajaran Ekonomi (Nurjanah:
2009: 3). Penerapan model pembelajaran TGT diharapkan mampu mengembangkan
kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi pajak, karena dengan model
pembelajaran TGT terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut
1. Penyampaian materi pajak dari
guru
2. Pembentukan kelompok dan
pemberian tugas melalui LKS tentang pajak
3. Permainan dan kompetisi kelompok
untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut tentang pajak
4. Kemudian pemberian penghargaan
oleh guru terhadap kelompok.
Dalam pembelajaran pada materi pajak dengan
menggunakan TGT dapat mengembangkan pemahaman konsep siswa karena siswa setelah
dibekali oleh guru tentang pajak, mengerjakan LKS, dan Menjawab soal dalam
kompetisi, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi pajak (
Darmayati 2010: 81).
Untuk lebih memahami seperti apa model pembelajaran TGT, berikut ini akan digambarkan langkah-langkah penerapannya pada pembelajaran ekonomi khususnya pada materi pajak :
1.
Kegiatan awal
a. Memberi salam dan berdoa
b. Mengecek
atau mengabsen
c. Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
d.
Menjelaskan pentingnya materi yang
akan diajarkan dan memotivasi siswa
e.
Mengingatkan
kembali pengetahuan siswa pada materi sebelumnya
2.
Kegiatan Inti
Fase
1: Penyajian Kelas
a. Guru Menjelaskan materi tentang pajak secara singkat
b. Menjelaskan tentang kegiatan siswa selama
proses pembelajaran
c. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami
Fase 2: Belajar dalam kelompok
a. Membentuk kelompok belajar
masing-masing terdiri dari 5-6 orang
b. Membagikan LKS yang berkaitan
dengan materi pajak ,
menjelaskan cara pengisiannya dan meminta siswa menyelesaikan dengan kerja sama
dalam kelompok
Fase 3: Permainan
a. Menunjuk perwakilan masing-masing
kelompok untuk duduk dalam setiap meja turnamen guna bertanding melawan anggota
kelompok lain
b. Menyampaikan aturan permainan
Fase 4: Pertandingan
a.
Memantau pertandingan yang berlangsung
Fase 5:
Penghargaan Kelompok
a.
Memberikan
penghargaan kepada kelompok sesuai dengan skor yang diperoleh berdasarkan hasil
pertandingan.
3.
Kegiatan akhir
a. Bersama siswa merefleksi kembali hasil jawaban soal-soal dalam permainan/pertandingan dan diskusi kelompok
b. Menginformasikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya
c. Memberikan tugas untuk dikerjakan di
rumah
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.2012. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Darmayati, Rizki. 2010. Efektifitas
Pembelajaran Ekonomi Pada Materi Pajak Dengan Model Pembelajaran Teams Games
Tournement (TGT). Jurnal Pendidikan Vol
4. No 3, hal 80-81.
Daryanto,
H.M.2008. Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Depdiknas.2006. Standar
kompetensi Pembelajaran Ekonomi. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Hamalik,
Oesman. 2006. Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning; Metode, Tehnik,
Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Husniyah, Syifaa. 2013. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT Terhadap Penguasaan Konsep dan Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Dalam
Menjawab Pertanyaan Konsep Tumbuhan di Kelas XII IPA SMAN 2 Sumedang. Jurnal Berkala Biologi Indonesia Volume2 No
2, hal 12.
Idha, Cheiriyah. 2008. Meningkatkan Pemahaman Konsep Mata
Pelajaran Biologi Melalui Performance Assassment. Jurnal Pendidikan Inovatif
volume 3 Nomor 2, hal 34.
Isjoni dan Mohd. Arif Ismail.2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Jarwatik, Imaroh. 2012. Penggunaan Metode Kooperatif
Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Inflasi dan Indeks Harga
Pada Siswa Kelas X Di SMA THERESIANA Salatiga. Jurnal Pendidikan Volume 3 Nomer 5, hal 23.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Lie, Anita. 2007. Pembelajaran
Kooperatif. Jakarta: Grasindo.
Mulyasa, E.2007. Standar
Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bendung: Remaja Rosdakarya.
Nurdiana, Efi. 2011. Penerapan Model Kooperatif dalam
Meningkatkan Hasi Belajar pada Mata pelajaran Ekonomi Kelas VII SMP Negeri 4
Malang. Jurnal Pendidikan Universitas
Malang, hal 142.
Nurjanah. 2009. Model pembelajaran Tipe TGT untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Koperasi Pada Mata Pelajaran IPS. Jurnal
Pendidikan IPS Vol.4 No.3, hal 3.
Purwanto, M.N. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Riyanto,
Yamin.2012. Paradikma Baru Pembelajaran.
Jakarta: Kencana
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Slavin,
Robert E. 2012.
Cooperative Learning: teori, Riset,d an Praktek. Bandung: Nusa Media.
Solihatin,Etin.
2007. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran Ips. Jakarta: Bumi Aksara
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sudjana, Nana.
2006. Penilaian Proses Belajar Mengajar
di Sekolah. Jakarta. Sinar Baru Algasindo.
Sugiyanto. 2010.
Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Trianto. 2010.
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresif. Jakarta: Kencana.
Widoyoko, Eko
Putro. 2012. Evaluasi Program
Pembelajaran Panduan Praktis Bagi Pendidikan dan Calon Pendidik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wiwit, Hermansyah Amir.2012. Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dengan dan Tanpa Menggunakan Media
Animasi Terhadap Hasil Belajar Kimia SMA Negeri 9 Kota Bengkulu. Jurnal Exacta Volume.X No. 1, hal 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar