Kamis, 01 Mei 2014

model Teams GAmes Tournament




1.   Pengertian Pemahaman Konsep
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur. Menurut Mulyasa (2007: 78) menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Selanjutnya Arikunto (2012:128) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengklasifikasikannya.
            Menurut Sudjana (2011:135) yang dimaksud dengan pemahaman  adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti dari konsep, situasi, serta fakta yang diketahui, siswa tidak hanya menghafal secara verbalitas, tetapi mampu memahami memahami konsep dari konsep atau masalah. Menurut Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga yaitu: Menerjemahkan (Translation), Menginterpretasi, Mengekstrapolasi (kemampuan meramalkan)
            Berdasarkan pengertian pemahaman diatas, penulis menyimpulkan pemahaman adalah suatu cara yang sistematis dalam memahami dan mengemukakan tentang sesuatu yang diperolehnya.
                Menurut Jihad dan Haris (2010: 149) mengemukakan Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan pemahaman  konsep akan memudahkan siswa dalam belajar. Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.
          Pemahaman  konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama (Widoyoko 2012:67).
            Menurut Hamalik (2006: 166) untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui dan memahami konsep paling tidak ada empat yang di perbuatnya yaitu sebagai berikut:
1)      Dapat menyebutkan nama-nama konsep
2)      Dapar menyatakan ciri-ciri konsep
3)      Dapat memilih dan membedakan contoh-contoh
4)      Mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep
            Menurut Sudijono (2011: 102) mengemukakan yang dimaksud pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Menurut Husniyah (2013: 12) Mengemukakan bahwa siswa dikatakan telah memahami suatu konsep jika siswa dapat menjelaskan suatu informasi dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini siswa dituntut tidak hanya sebatas mengingat sesuatu bahan pelajaran tetapi juga mampu menjelaskan kembali informasi yang diperoleh dengan menggunakan kata-katanya sendiri meskipun penjelasan tersebut susunan kata-katanya tidak sama dengan apa yang diberikan kepada siswa akan tetapi kandungan maknanya tetap sama.
            Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan definisi pemahaman konsep adalah Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang sehingga orang lain tersebut benar-benar mengerti apa yang disampaikan.
2.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tounaments (TGT)
a.       Model pembelajaran Kooperatif
           Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok banyak digunakan di sekolah dalam upaya melibatkan aktivitas siswa sacara total. Solihatin (2007:4) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sabagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dan membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dua orang atau lebih dimana keberhasilan siswa sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok sendiri. Model pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. Hal ini senada yang dikemukakan oleh Sugiyanto (2010:37) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
            Slavin dikutip Solihatin (2007:4) mengatakan bahwa Model pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dangan Model pembelajaran kooperatif harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok. Sejalan dengan hal tersebut, Lie (2007:18) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan  model pembalajaran gotong royong merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas terstuktur. Pembalajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademis  sekaligus keterampilan sosial termasuk kemampuan interpersonal (Riyanto,2012:265)
           Berdasarkan pendapat pendapat diatas bahwa model pembelajaran kooperatif ialah model pembelajaran yang kegiatan belajarnya dilakukan bersama-sama secara kelompok yang terstuktur dengan baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
b.   Model Pembelajaran Teams Games Tounaments (TGT)
1.   Pengertian Teams Games Tounaments (TGT)
Menurut Trianto (2010:83) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dikembangkan oleh David De Vries dan Keath Edward. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan angggota-anggota tim lain untuk memperoleh pertambahan poin untuk skor tim mereka.
Menurut Saco (dikutip Rusman 2011:224), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok. Menurut Huda (2011; 117) dengan TGT siswa dapat menikmati bagaimana suasana turnamen dan karena berkompetisi dengan kelompok yang memiliki kemampuan setara,membuat TGT lebih fair dibandingkan kompetisi dalam pembelajaran tradisional pada umunya.
            Isjoni (2009:10) mengemukakan bahwa TGT adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 atau 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda.  Menurut Idha (2008: 34) menjelaskan bahwa TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dan paling cocok digunakan untuk mengajar pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar seperti perhitungan,dan penerapan berarti matematika dan fakta-fakta serta konsep IPA.
Jarwatik (2012:23) mengemukakan bahwa dalam TGT setiap tim beranggotakan 4-5 orang yang memiliki kemampuan yang setara atas dasar hasil tes minggu sebelumnya. Siswa yang berprestasi paling rendah pada tiap kelompok mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi timnya sebagai siswa yang berprestasi tinggi. Meskipun keanggotaan tim tetap sama, tetapi tiga orang yang mewakili tim untuk bertanding dapat berubah berdasarkan penampilan dan prestasi masing-masing anggota. Sebagai contoh siswa yang berprestasi rendah yang sebelumnya bertanding melawan siswa yang kemampuannya setara dapat bertanding melawan siswa yang berprestasi lebih tinggi ketika mereka menjadi lebih mampu.
            Dari beberapa pengertian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa TGT  adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 3-5 siswa yang memiliki kemampuan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforment.
2.   Langkah- langkah model pembelajaran TGT.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari beberapa  langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games)/pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin (2012: 163), maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki langkah-langkah (sintaks) sebagai  berikut :
a)      Tahap penyajian kelas (class precentation)
Bahan ajar dalam TGT mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, Namun presentasi dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini siswa bekerja lebih dahulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri.
b)     Belajar dalam kelompok (teams)
Siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Fungsi utama tim adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim itu belajar. Secara lebih spesifik untuk mempersiapkan semua anggota tim agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, tim tersebut berkumpul untuk mempelajari LKS atau bahan lain. LKS dapat diperoleh dari hasil penelitian dan pengembangan sebuah pusat, lembaga atau proyek yang telah punya LKS siap pakai atau dapat dibuat sendiri oleh guru. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama tim membuat kesalahan.
c)      Games Tournament
Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan – pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing–masing ditempatkan dalam meja–meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen.
Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu – kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh  terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut.
Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.
Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap  peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali – kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain.
Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.
d)     Penghargaan Kelompok (team recognition)
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing – masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata – rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut.

3.      Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran TGT
Menurut  Slavin (2012:166) keunggulan dan kelemahan model pembelajaran TGT, sebagai berikut:
1.      Kelebihan TGT
a)      Mudah divariasikan dengan berbagai media pembelajeran.
b)      Meningkatkan rasa percaya diri pada siswa
c)      Meningkatkan kekompakan antar anggota
d)     Waktu pembelajaran lebih singkat
e)      Keterlibatan siswa lebih optimal
2.      Kelemahan TGT
a)      Memerlukan persiapan yang rumit dalam pelaksanaanya
b)      Bila adanya persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk
c)      Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok maka belajar tidak akan berjalan dengan semestinya
d)     Adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar akan mengganggu berjalannya proses pembelajaran.

3.   Mengembangkan Pemahaman Konsep Melalui Model Pembelajaran TGT pada Materi Pajak.
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi belajar dimana keberhasilan individu atau pengaruhi keberhasilan kelompok sehingga siswa lebih semangat untuk belajar, karena mereka adalah satu tim yang harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas tersebut (Nurdiana, 2011:142). Aktivitas belajar yang dirancang dalam pembelajaran TGT yang memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibaran belajar serta dengan model pembelajaran TGT dapat membantu aktivitas sosial siswa dikelas sehingga siswa diharapkan akan lebih memahami konsep yang ada pada mata pelajaran Ekonomi (Nurjanah: 2009: 3). Penerapan model pembelajaran TGT diharapkan mampu mengembangkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi pajak, karena dengan model pembelajaran TGT terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut
1.      Penyampaian materi pajak dari guru
2.      Pembentukan kelompok dan pemberian tugas melalui LKS tentang pajak
3.      Permainan dan kompetisi kelompok untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut tentang pajak
4.      Kemudian pemberian penghargaan oleh guru terhadap kelompok.
Dalam pembelajaran pada materi pajak dengan menggunakan TGT dapat mengembangkan pemahaman konsep siswa karena siswa setelah dibekali oleh guru tentang pajak, mengerjakan LKS, dan Menjawab soal dalam kompetisi, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi pajak ( Darmayati 2010: 81).
Untuk lebih memahami seperti apa model pembelajaran TGT, berikut ini akan digambarkan langkah-langkah penerapannya pada pembelajaran ekonomi khususnya pada materi pajak :
1.   Kegiatan awal
a.       Memberi salam dan berdoa
b.      Mengecek atau mengabsen
c.       Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
d.            Menjelaskan pentingnya materi yang akan diajarkan dan memotivasi siswa
e.     Mengingatkan kembali pengetahuan siswa pada materi sebelumnya
2.    Kegiatan Inti
Fase 1: Penyajian Kelas
a.  Guru Menjelaskan materi  tentang pajak secara singkat
b.  Menjelaskan tentang kegiatan siswa selama proses pembelajaran
c.  Memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami
Fase 2: Belajar dalam kelompok
a.    Membentuk kelompok belajar masing-masing terdiri dari 5-6 orang
b.    Membagikan LKS yang berkaitan dengan materi pajak , menjelaskan cara pengisiannya dan meminta siswa menyelesaikan dengan kerja sama dalam kelompok
Fase 3: Permainan
a.    Menunjuk perwakilan masing-masing kelompok untuk duduk dalam setiap meja turnamen guna bertanding melawan anggota kelompok lain
b.     Menyampaikan aturan permainan
Fase 4: Pertandingan
a.          Memantau pertandingan yang berlangsung
Fase 5: Penghargaan Kelompok
a.       Memberikan penghargaan kepada kelompok sesuai dengan skor yang diperoleh berdasarkan hasil pertandingan.
3.      Kegiatan akhir
a. Bersama siswa merefleksi kembali hasil jawaban soal-soal dalam     permainan/pertandingan dan diskusi kelompok
b.    Menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya
c.     Memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah



DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Darmayati, Rizki. 2010. Efektifitas Pembelajaran Ekonomi Pada Materi Pajak Dengan Model Pembelajaran Teams Games Tournement (TGT). Jurnal Pendidikan Vol 4.  No 3, hal 80-81.
Daryanto, H.M.2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Depdiknas.2006. Standar kompetensi Pembelajaran Ekonomi. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Hamalik, Oesman. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning; Metode, Tehnik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Husniyah, Syifaa. 2013. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Penguasaan Konsep dan Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Dalam Menjawab Pertanyaan Konsep Tumbuhan di Kelas XII IPA SMAN 2 Sumedang. Jurnal Berkala Biologi Indonesia Volume2 No 2, hal 12.
Idha, Cheiriyah. 2008. Meningkatkan Pemahaman Konsep Mata Pelajaran Biologi Melalui Performance Assassment. Jurnal Pendidikan Inovatif volume 3 Nomor 2, hal 34.
Isjoni dan Mohd. Arif Ismail.2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Jarwatik, Imaroh. 2012. Penggunaan Metode Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Inflasi dan Indeks Harga Pada Siswa Kelas X Di SMA THERESIANA Salatiga. Jurnal Pendidikan Volume 3 Nomer 5, hal 23.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Lie, Anita. 2007. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Grasindo.
Mulyasa, E.2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bendung: Remaja Rosdakarya.
Nurdiana, Efi. 2011. Penerapan Model Kooperatif dalam Meningkatkan Hasi Belajar pada Mata pelajaran Ekonomi Kelas VII SMP Negeri 4 Malang. Jurnal Pendidikan Universitas Malang, hal 142.
Nurjanah. 2009. Model pembelajaran Tipe TGT untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Koperasi Pada Mata Pelajaran IPS. Jurnal Pendidikan  IPS Vol.4 No.3,  hal 3.
Purwanto, M.N. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Riyanto, Yamin.2012. Paradikma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Slavin, Robert E. 2012. Cooperative Learning: teori, Riset,d an Praktek. Bandung: Nusa Media.
Solihatin,Etin. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran Ips. Jakarta: Bumi Aksara
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta. Sinar Baru Algasindo.
Sugiyanto. 2010. Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
Widoyoko, Eko Putro. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis Bagi Pendidikan dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wiwit, Hermansyah Amir.2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dengan dan Tanpa Menggunakan Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Kimia SMA Negeri 9 Kota Bengkulu. Jurnal Exacta Volume.X No. 1, hal 2.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar