A. Definisi Pembelajaran Terintegrasi
Pembelajaran
merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk
mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu. Proses
pembelajaran mempunyai tujuan agar siswa dpat mencapai kompetensi seperti yang
diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut proses pembelajaran perlu dirancang
secara sistematis (Pribadi, 2009: 10). Integrasi memiliki sinonim dengan perpaduan,penyatu
atau pengggabungan dari dua objek atau lebih (Wedawaty,2009:26).
Pembelajaran
terpadu adalah kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata
pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dengan
cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran yang
disajikan setiap pertemuan. (Wahab, 2008:3)
Menurut
Subroto dan Herawati (2007:19) pembelajran terpadu adalah pembelajaran yng
diawali dari suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok
bahasan, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara
spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan
beragam pengalaman belajar anak maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Pembelajaran
terapadu sebagai suatu konsep dapat
dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan
beberapa bidang studi untuk berpengalaman bermakna kepada anak ddik. Dikatakan
bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang mereka pahami (Trianto, 2007:57).
Pembelajaran
terpadu akan terjadi jika kejadian yang wajar atau eksplorasi suatu topic
merupakan inti dalam pengembangan kurikulum. Dengan berperan secara aktif di
dalam eksplorasi tersebut, siswa akan mempelajari materi ajar dan proses belajar
beberapa bidang studi dalam waktu yang bersaman.
B. Manfaat Pembelajaran Terintegrasi
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Sukayati
(2012:3) Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, anatara lain sebagai berikut:
a.
Dunia anak adalah dunia nyata
Tingkatan
perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata. Dalam
kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri.
Mereka melihat obyek atau peristiwa yang didalamnya memuat sejumlah konsep atau
materi beberapa mata pelajaran.
b.
Proses pemahaman anak terhadap suatu
konsep dalam suatu peristiwa atau obyek lebih terorganisir
Proses
pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu objek sangat bergantung pada
pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya. Masing-masing anak selalu
membangun sendiri pemahaman terhadap konsep baru. Anak dapat gagasan baru jika
pengetahuan yang disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah
dimilikinya.
c.
Pembelajaran akan lebih bermakna
Pembelajaran
akan lebih bermakna jika pelajaran yang sudah bdipelajari siswa dapat
memanfaatkan untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran terapadu
sangat berpeluang untuk memanfaatkan
pengetahuan sebelumnya.
d.
Memberi peluang siswa untuk
mengembangkan kemampuan diri
Pengajaran
terpadu member peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan
secara bersamaan. Ketiga ranah sasaran pendidikan itu meliputi sikap (jujur,
teliti, tekun, terbuaka terhadap gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh, memanfaatkan
dan memilih informasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan kepemimpinan) dan
ranah kognitif (pengetahuan).
e.
Memperkuat kemampuan yang diperoleh
Kemampuan
yang diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang
diperoleh dari mata pelajaran lain.
f.
Efesiensi waktu
Guru dapat lebih
menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar. Tidak hanya siswa, guru pun
dapat belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep sulit yang akan diajarkan.
Pembelajaran terpadu dalam kenyataannya memiliki beberapa
kelebihan. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008), pembelajaran terpadu
memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Pengalaman
dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.
2. Kegiatan
yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
3. Kegiatan
belajar bermakna bagi anak sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
4. Keterampilan
berfikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
5. Kegiatan
belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan anak.
6. Keterampilan
social anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan social
ini antara lain adalah kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat
orang lain.
C. Mengembangkan Pembelajaran
Terintegrasi Dalam Pembelajaran IPS Terpadu
Menurut
Isriani hardini dan Dewi puspitasari (2012:172) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Pada jenjang SMP/MTs mata
pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui
mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta
damai (BSNP, 2006).
Menurut
martoella (dikutip trianto, 2010:172) mengatakan bahwa pembelajaran pendidikan
IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”. Pada
dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan member bekal
kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat,
minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Untuk
mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kemampuan guru untuk memilih dan menggunkan
berbagai model pembelajaran. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model
pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya meteri
pembelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas
yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat
tercapai (Usman, 2011:8).
Dengan
demikian merupakan hal yang sangat penting bagi para pengajar untuk mempelajari
dan menambah wawasan tentang model pembelajaran yang telah diketahui. Karena
dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru akan merasakan
adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran dapat dicapai dan
tuntas sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan
standar nasional pendidikan, substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada tingkat
SD/MI dan SMP/MTs merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu. Pembelajaran pada mata
pelajaran IPA Terpadu dan IPS Terpadu dilaksanakan melalui model Pembelajaran
Tematik. (Departemen Pendidikan Nasional, 2008)
D. Model Pembelajaran tematik
1. Definisi
model pembelajran tematik
Menurut Aunurrahman
(2009:146) model pembelajaran adalah seperangkat rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas
pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain dalam melakasanakan
aktivitas-aktivitas pembelajaran.
Pembelajaran tematik
merupakan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam memberikan
pengalam bermaknakepada siswa. Keterpaduan pembelajaran dapat dilihat dari
aspek proses dan waktu, aspek kurikulum, aspek pembelajarn (Muslich, 2006: 6).
Pembelajarn tematik
merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction)
yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara
individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta
prinsip-prinsip keilmuan secara holistic, bermakna dan autentik (Rusman, 2012:254).
Pembelajaran tematik
pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006:5).
Pembelajaran tematik
dimaknai sebgai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.
Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalam implementasi kurikulum,
menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika
dalam pendidikan (Pebri, 2012: 22).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa dengan model pembelajaran tematik, peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,
menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya.
Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan berbagai konsep
yang dipelajari dengan cara memadukan Kompetensi Dasar. Karena mata pelajaran
IPS Terpadu itu sendiri merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya.
2. Klasifikasi
Pengintegrasian tema
Menurut Trianto (2010: 37-38)
pada model pembelajaran tematik dibedakan berdasarkan pola pengintegrasian
materi atau tema. Secara umum pola pengintegrasian materi atau tema pada model
pembelajaran tematik tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga klasifikasi
pengintegrasian kurikulum, yaitu:
a. Pengintegrasian
di dalam disiplin ilmu, yaitu mengintegrasikan dua atau lebih bidang ilmu yang
serumpun.
b. Pengintegrasian
beberapa disiplin ilmu, yaitu model pembelajaran tematik yang mentautkan antara
displin ilmu yang berbeda (antar disiplin ilmu).
c. Pengintegrasian
di dalam satu dan beberapa disiplin ilmu, yaitu model pembelajaran tematik yang
paling kompleks karena mentautkan antar
displin ilmu yang serumpun sekaligus bidang ilmu yang berbeda.
3. Pengintegrasian
di dalam satu disiplin ilmu pengetahuan social
Pada
pendekatan pembelajaran tematik,
pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu pengetahuan sosial dibagi
menjadi tiga, yaitu (Ahmadi,2011:76)
a. Model
integrasi berdasarkan topic.
b. Model
integrasi berdasarkan potensi utama.
c. Model
integrasi berdasarkan permasalahan.
4. Keunggulan
dan Kekurangan Pembelajaran Tematik
Menurut
Suryosubroto (2009:136) pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa
keuntungan dan juga kelemahan. Keuntungan yang dimaksud, yaitu:
a. Menyenangkan
karena bertolakdari minat dan kebutuhan siswa.
b. Pengalaman
dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
c. Hasil
belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
d. Menumbukan
keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap
terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik disamping memiliki
keuntungan sebagaimana telah dipaparkan diatas, juga terdapat beberapa
kekurangan. Kekurangan yang ditimbulkannya, yaitu:
a. Guru
dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.
b. Tidak
setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada
dalam mata pelajaran secara tepat.
E. Aplikasi Model Pembelajaran Tematik
Pada Mata Pelajaran IPS
Wahidmurni (2010:87) Langkah
penerapan model pembelajaran tematik pada mata pelajaran IPS yaitu :
1. Perencanaan
Keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat
dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan
kemampuan). Untuk menyususn perencanaan pembelajaran terpadu perlu dilakukan
langkah-langkah berikut :
a. Pemetaan
Kompetensi Dasar
Langkah
pertama dalam pengembangan model pembelajaran terpadu adalah melakukan pemetaan
pada semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bidang kajian IPS per kelas
yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan utuh. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pemetaan ini
antara lain dengan:
1) Mengidentifikasi
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS yang dapat
dipadukan dalam satu tingkat kelas yang sama; dan
2) Menentukan
tema/topik pengikat antar-Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
b. Penentuan
Topik atau Tema
Keterpaduan dalam
pembelajaran IPS dapat dilakukan berdasarkan topik yang terkait, misalnya
‘Kegiatan ekonomi penduduk’. Kegiatan ekonomi penduduk dalam contoh yang
dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS.
Kegiatan ekonomi penduduk dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi
fisisgeografis yang tercakup dalam disiplin Geografi.
Secara sosiologis,
Kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi sosial di masyarakat
atau sebaliknya. Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi penduduk
selalu mengalami perubahan. Selanjutnya penguasaan konsep tentang jenis-jenis
kegiatan ekonomi sampai pada taraf mampu menumbuhkan krteatifitas dan
kemandirian dalam melakukan tindakan ekonomi dapat dikembangkan melalui
kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi. Skema berikut memberikan gambaran
keterkaitan suatu topik/tema dengan berbagai disiplin ilmu.
Topik/tema yang
ditentukan harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan. Dengan
demikian, dalam satu mata pelajaran IPS pada satu tingkatan kelas terdapat
beberapa topik yang akan dibahas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penentuan topik/tema pada pembelajaran IPS Terpadu antara lain meliputi hal-hal
berikut.
1) Topik,
dalam pembelajaran IPS Terpadu, merupakan perekat antar-Kompetensi Dasar yang
terdapat dalam satu rumpun mata pelajaran IPS.
2) Topik
yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat
dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi
peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat. Hal ini
agar pembelajaran yang dilakukan dapat lebih bermakna bagi peserta didik;
misalnya, untuk kelas VII disajikan dua contoh topik/tema yaitu: Kegiatan
ekonomi penduduk dan Bali sebagai tujuan wisata.
3) Dalam
menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi
prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antara Kompetensi
Dasar pada satu rumpun yang telah dipetakan. Contohnya, Pemberlakuan Otonomi
Daerah, Pertumbuhan Industri, Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Pasca
Gempa Bumi dan Tsunami, Penyakit Folio, Penyakit Busung Lapar, Gempa Bumi di
Yogyakarta, Masalah semburan lumpur di Sidoarjo.
c. Penjabaran
Kompetensi Dasar ke Dalam Indikator
Setelah melakukan
langkah Pemetaan Kompetensi Dasar dan Penentuan Topik/Tema sebagai pengikat
keterpaduan, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam
indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan
silabus.
d. Penyusunan Silabus
Hasil
seluruh proses yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya dijadikan
sebagai dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran terpadu. Komponen
penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompetensi IPS (Sosiologi, Sejarah,
Geografi, dan Ekonomi), Kompetensi Dasar, Indikator, Pengalaman belajar,
alokasi waktu, dan penilaian.
e. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)/Skenario Pembelajaran
Setelah
teridentifikasi peta Kompetensi Dasar dan topik yang terpadu, selanjutnya
adalah menyusun desain/rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pembelajaran IPS
Terpadu, sesuai dengan Standar Isi, keterpaduan terletak pada strategi
pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah
ditentukan dalam Standar Isi.
Rencana
pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar
peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu.
Komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar yang
hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat
media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang
digunakan.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan (Awal)
Kegiatan
pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan kegiatan awal yang
harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran
terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang
efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran
dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran terpadu
ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut
relative singkat, berkisar antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat
tersebut diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan
baik, sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu peserta didik sudah
siap untuk mengikuti pelajaran dengan seksama.
Kegiatan
utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya untuk
menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan
kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test).
Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa
kehadiran peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan
belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang
demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan
perhatian peserta didik. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan
dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah
dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik,
dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan
penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa peserta didik
yang dianggap mewakili seluruh peserta didik, bisa juga penilaian awal ini
dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi.
b.
Kegiatan Inti
Pembelajaran
Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka
pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan
pengalaman belajar peserta didik (learning experiences).
Pengalaman belajar tersebut bisa dalam bentuk kegiatan tatap muka dan
nontatap muka. Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentukbentuk interaksi
langsung antara guru dengan peserta didik, sedangkan pengalaman belajar
nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik
dalam berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru-peserta
didik.
Kegiatan inti dalam pembelajaran terpadu bersifat
situasional, dalam arti perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi
tempat proses pembelajaran itu berlangsung. Terdapat beberapa kegiatan
yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu. Kegiatan
paling awal yang perlu dilakukan guru adalah memberitahukan tujuan atau
Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik beserta garisgaris besar
materi/bahan pembelajaran yang akan dipelajari. Hal ini perlu dilakukan agar
peserta didik mengetahui sejak awal kemampuan-kemampuan apa saja yang akan
diperolehnya setelah proses pembelajaran berakhir. Cara yang cukup praktis untuk
memberitahukan tujuan atau kompetensi tersebut kepada peserta didik bisa dilakukan
dengan cara tertulis atau lisan, atau kedua-duanya. Guru menuliskan tujuan/kompetensi
tersebut di papan tulis dilanjutkan dengan penjelasan secara lisan mengenai
pentingnya tujuan/kompetensi tersebut dikuasai peserta didik.
Kegiatan lainnya di awal kegiatan inti pembelajaran
terpadu yaitu menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dialami
peserta didik. Dalam tahapan ini guru perlu menyampaikan kepada peserta
didik tentang kegiatan-kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta
didik dalam mempelajari tema/topik, atau materi pembelajaran terpadu.
Kegiatan belajar yang ditempuh peserta didik dalam pembelajaran terpadu
lebih diutamakan pada terjadinya proses belajar yang berkadar aktivitas
tinggi. Pembelajaran berorientasi pada aktivitas peserta didik, sedangkan
guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan-kemudahan
kepada peserta didik untuk belajar. Peserta didik diarahkan untuk
mencari dan menemukan sendiri apa yang dipelajarinya, sehingga prinsipprinsip
belajar dalam teori konstruktivisme dapat dijalankan.
Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan
pembelajaran terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah
laku peserta didik. Penyajian bahan pembelajaran harus dilakukan secara
terpadu melalui penghubungan konsep dari mata pelajaran satu dengan
konsep mata pelajaran lainnya. Dalam hal ini, guru harus berupaya
menyajikan bahan pelajaran dengan strategi mengajar yang bervariasi,
yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru. Kegiatan
pembelajaran terpadu bisa dilakukan melalui kegiatan pembelajaran secara klasikal,
kelompok, dan perorangan.
c.
Kegiatan Akhir
(Penutup) dan Tindak Lanjut
Kegiatan
akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk
menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta
didik dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh
berdasarkan pada proses dan hasil belajar peserta didik. Waktu yang
tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh karena itu guru perlu
mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan
akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu di antaranya:
1. melaksanakan
dan mengkaji penilaian akhir;
2. melaksanakan
tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang
harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap
sulit oleh peserta didik, membaca materi pelajaran tertentu, dan memberikan
motivasi atau bimbingan belajar; dan
3. mengemukakan
topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang, dan menutup kegiatan
pembelajaran.
3. Penilaian
Objek dalam penilaian
pembelajaran terpadu mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar
peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan
penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil
belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar
tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi-kompetensi yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali
melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati.
Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya,
hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar.
Penilaian yang
dikembangkan mencakup teknik, bentuk dan instrumen yang digunakan terdapat pada
lampiran.
a. Teknik Penilaian
Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam
melaksanakan penilaian tersebut. Teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk jenis
tagihan tes yaitu kuis dan tes harian. Sedangkan untuk jenis tagihan nontes,
teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan yaitu observasi, angket,
wawancara, tugas, proyek, dan portofolio.
b.
Bentuk
Instrumen
Bentuk instrumen merupakan alat yang digunakan dalam
melakukan penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta
didik. Bentuk-bentuk instrumen yang dikelompokkan menurut jenis tagihan dan
teknik penilaian adalah:
1. Tes:
isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, uraian, dan unjuk kerja
2. Nontes:
panduan observasi, kuesioner, panduan wawancara, dan rubrik.
c. Instrumen
Instrumen merupakan
alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi. Apabila
penilaian menggunakan tehnik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja dan tugas
rumah yang berupa proyek, harus disertai rubrik penilaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar