Jumat, 02 Mei 2014

PemBelajaran Terintegrasi



A.  Definisi Pembelajaran Terintegrasi
Pembelajaran merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu. Proses pembelajaran mempunyai tujuan agar siswa dpat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematis (Pribadi, 2009: 10). Integrasi  memiliki sinonim dengan perpaduan,penyatu atau pengggabungan dari dua objek atau lebih (Wedawaty,2009:26).
Pembelajaran terpadu adalah kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran yang disajikan setiap pertemuan. (Wahab, 2008:3)
Menurut Subroto dan Herawati (2007:19) pembelajran terpadu adalah pembelajaran yng diawali dari suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Pembelajaran terapadu sebagai suatu konsep dapat  dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk berpengalaman bermakna kepada anak ddik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami (Trianto, 2007:57).
Pembelajaran terpadu akan terjadi jika kejadian yang wajar atau eksplorasi suatu topic merupakan inti dalam pengembangan kurikulum. Dengan berperan secara aktif di dalam eksplorasi tersebut, siswa akan mempelajari materi ajar dan proses belajar beberapa bidang studi dalam waktu yang bersaman.

B.  Manfaat Pembelajaran Terintegrasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Sukayati (2012:3) Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, anatara lain sebagai berikut:
a.    Dunia anak adalah dunia nyata
Tingkatan perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat obyek atau peristiwa yang didalamnya memuat sejumlah konsep atau materi beberapa mata pelajaran.
b.    Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa atau obyek lebih terorganisir
Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu objek sangat bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya. Masing-masing anak selalu membangun sendiri pemahaman terhadap konsep baru. Anak dapat gagasan baru jika pengetahuan yang disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
c.    Pembelajaran akan lebih bermakna
Pembelajaran akan lebih bermakna jika pelajaran yang sudah bdipelajari siswa dapat memanfaatkan untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran terapadu sangat  berpeluang untuk memanfaatkan pengetahuan sebelumnya.
d.   Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri
Pengajaran terpadu member peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah sasaran pendidikan itu meliputi sikap (jujur, teliti, tekun, terbuaka terhadap gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh, memanfaatkan dan memilih informasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan kepemimpinan) dan ranah kognitif (pengetahuan).
e.    Memperkuat kemampuan yang diperoleh
Kemampuan yang diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran lain.
f.     Efesiensi waktu
Guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar. Tidak hanya siswa, guru pun dapat belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep sulit yang akan diajarkan.
          Pembelajaran terpadu dalam kenyataannya memiliki beberapa kelebihan. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008), pembelajaran terpadu memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.
2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
3. Kegiatan belajar bermakna bagi anak sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
4. Keterampilan berfikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
5. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan anak.
6. Keterampilan social anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan social ini antara lain adalah kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain.

C.  Mengembangkan Pembelajaran Terintegrasi Dalam Pembelajaran IPS Terpadu
Menurut Isriani hardini dan Dewi puspitasari (2012:172) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (BSNP, 2006).
Menurut martoella (dikutip trianto, 2010:172) mengatakan bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan member bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kemampuan guru untuk memilih dan menggunkan berbagai model pembelajaran. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya meteri pembelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai (Usman, 2011:8).

Dengan demikian merupakan hal yang sangat penting bagi para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model pembelajaran yang telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran dapat dicapai dan tuntas sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan standar nasional pendidikan, substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada tingkat SD/MI dan SMP/MTs merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu. Pembelajaran pada mata pelajaran IPA Terpadu dan IPS Terpadu dilaksanakan melalui model Pembelajaran Tematik. (Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

D.  Model Pembelajaran tematik
1.    Definisi model pembelajran tematik
Menurut Aunurrahman (2009:146) model pembelajaran adalah seperangkat rencana atau pola yang dapat digunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain dalam melakasanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran.
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam memberikan pengalam bermaknakepada siswa. Keterpaduan pembelajaran dapat dilihat dari aspek proses dan waktu, aspek kurikulum, aspek pembelajarn (Muslich, 2006: 6).
Pembelajarn tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistic, bermakna dan autentik (Rusman, 2012:254).
Pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006:5).
Pembelajaran tematik dimaknai sebgai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalam implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan (Pebri, 2012: 22).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran tematik, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan berbagai konsep yang dipelajari dengan cara memadukan Kompetensi Dasar. Karena mata pelajaran IPS Terpadu itu sendiri merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.

2.    Klasifikasi Pengintegrasian tema
Menurut Trianto (2010: 37-38) pada model pembelajaran tematik dibedakan berdasarkan pola pengintegrasian materi atau tema. Secara umum pola pengintegrasian materi atau tema pada model pembelajaran tematik tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga klasifikasi pengintegrasian kurikulum, yaitu:
a.    Pengintegrasian di dalam disiplin ilmu, yaitu mengintegrasikan dua atau lebih bidang ilmu yang serumpun.
b.    Pengintegrasian beberapa disiplin ilmu, yaitu model pembelajaran tematik yang mentautkan antara displin ilmu yang berbeda (antar disiplin ilmu).
c.    Pengintegrasian di dalam satu dan beberapa disiplin ilmu, yaitu model pembelajaran tematik yang paling kompleks karena mentautkan antar  displin ilmu yang serumpun sekaligus bidang ilmu yang berbeda.

3.    Pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu pengetahuan social
Pada pendekatan pembelajaran tematik,  pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu pengetahuan sosial dibagi menjadi tiga, yaitu (Ahmadi,2011:76)
a.    Model integrasi berdasarkan topic.
b.    Model integrasi berdasarkan potensi utama.
c.    Model integrasi berdasarkan permasalahan.

4.    Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik
Menurut Suryosubroto (2009:136) pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan dan juga kelemahan. Keuntungan yang dimaksud, yaitu:
a.    Menyenangkan karena bertolakdari minat dan kebutuhan siswa.
b.    Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
c.    Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
d.   Menumbukan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik disamping memiliki keuntungan sebagaimana telah dipaparkan diatas, juga terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan yang ditimbulkannya, yaitu:
a.    Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.
b.    Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.

E.  Aplikasi Model Pembelajaran Tematik Pada Mata Pelajaran IPS
Wahidmurni (2010:87) Langkah penerapan model pembelajaran tematik pada mata pelajaran IPS yaitu :
1.    Perencanaan
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Untuk menyususn perencanaan pembelajaran terpadu perlu dilakukan langkah-langkah berikut :
a.    Pemetaan Kompetensi Dasar
Langkah pertama dalam pengembangan model pembelajaran terpadu adalah melakukan pemetaan pada semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bidang kajian IPS per kelas yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pemetaan ini antara lain dengan:
1)   Mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS yang dapat dipadukan dalam satu tingkat kelas yang sama; dan
2)   Menentukan tema/topik pengikat antar-Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
b.    Penentuan Topik atau Tema
Keterpaduan dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan berdasarkan topik yang terkait, misalnya ‘Kegiatan ekonomi penduduk’. Kegiatan ekonomi penduduk dalam contoh yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS. Kegiatan ekonomi penduduk dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisisgeografis yang tercakup dalam disiplin Geografi.
Secara sosiologis, Kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi sosial di masyarakat atau sebaliknya. Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi penduduk selalu mengalami perubahan. Selanjutnya penguasaan konsep tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi sampai pada taraf mampu menumbuhkan krteatifitas dan kemandirian dalam melakukan tindakan ekonomi dapat dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi. Skema berikut memberikan gambaran keterkaitan suatu topik/tema dengan berbagai disiplin ilmu.


Topik/tema yang ditentukan harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPS pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPS Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut.
1)   Topik, dalam pembelajaran IPS Terpadu, merupakan perekat antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu rumpun mata pelajaran IPS.
2)   Topik yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat. Hal ini agar pembelajaran yang dilakukan dapat lebih bermakna bagi peserta didik; misalnya, untuk kelas VII disajikan dua contoh topik/tema yaitu: Kegiatan ekonomi penduduk dan Bali sebagai tujuan wisata.
3)   Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antara Kompetensi Dasar pada satu rumpun yang telah dipetakan. Contohnya, Pemberlakuan Otonomi Daerah, Pertumbuhan Industri, Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Pasca Gempa Bumi dan Tsunami, Penyakit Folio, Penyakit Busung Lapar, Gempa Bumi di Yogyakarta, Masalah semburan lumpur di Sidoarjo.
c.    Penjabaran Kompetensi Dasar ke Dalam Indikator
Setelah melakukan langkah Pemetaan Kompetensi Dasar dan Penentuan Topik/Tema sebagai pengikat keterpaduan, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus.
d.   Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran terpadu. Komponen penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompetensi IPS (Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi), Kompetensi Dasar, Indikator, Pengalaman belajar, alokasi waktu, dan penilaian.
e.    Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/Skenario Pembelajaran
Setelah teridentifikasi peta Kompetensi Dasar dan topik yang terpadu, selanjutnya adalah menyusun desain/rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pembelajaran IPS Terpadu, sesuai dengan Standar Isi, keterpaduan terletak pada strategi pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam Standar Isi.
Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar yang hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan.

2.    Pelaksanaan Pembelajaran
a.    Kegiatan Pendahuluan (Awal)
Kegiatan pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran terpadu ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut relative singkat, berkisar antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik, sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu peserta didik sudah siap untuk mengikuti pelajaran dengan seksama.
Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa peserta didik yang dianggap mewakili seluruh peserta didik, bisa juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi.

b.    Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning experiences). Pengalaman belajar tersebut bisa dalam bentuk kegiatan tatap muka dan nontatap muka. Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentukbentuk interaksi langsung antara guru dengan peserta didik, sedangkan pengalaman belajar nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru-peserta didik.
Kegiatan inti dalam pembelajaran terpadu bersifat situasional, dalam arti perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat proses pembelajaran itu berlangsung. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu. Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru adalah memberitahukan tujuan atau Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik beserta garisgaris besar materi/bahan pembelajaran yang akan dipelajari. Hal ini perlu dilakukan agar peserta didik mengetahui sejak awal kemampuan-kemampuan apa saja yang akan diperolehnya setelah proses pembelajaran berakhir. Cara yang cukup praktis untuk memberitahukan tujuan atau kompetensi tersebut kepada peserta didik bisa dilakukan dengan cara tertulis atau lisan, atau kedua-duanya. Guru menuliskan tujuan/kompetensi tersebut di papan tulis dilanjutkan dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya tujuan/kompetensi tersebut dikuasai peserta didik.
Kegiatan lainnya di awal kegiatan inti pembelajaran terpadu yaitu menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik. Dalam tahapan ini guru perlu menyampaikan kepada peserta didik tentang kegiatan-kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema/topik, atau materi pembelajaran terpadu. Kegiatan belajar yang ditempuh peserta didik dalam pembelajaran terpadu lebih diutamakan pada terjadinya proses belajar yang berkadar aktivitas tinggi. Pembelajaran berorientasi pada aktivitas peserta didik, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada peserta didik untuk belajar. Peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang dipelajarinya, sehingga prinsipprinsip belajar dalam teori konstruktivisme dapat dijalankan.
Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan pembelajaran terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik. Penyajian bahan pembelajaran harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep dari mata pelajaran satu dengan konsep mata pelajaran lainnya. Dalam hal ini, guru harus berupaya menyajikan bahan pelajaran dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru. Kegiatan pembelajaran terpadu bisa dilakukan melalui kegiatan pembelajaran secara klasikal, kelompok, dan perorangan.

c.    Kegiatan Akhir (Penutup) dan Tindak Lanjut
          Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar peserta didik. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu di antaranya:
1.    melaksanakan dan mengkaji penilaian akhir;
2.    melaksanakan tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik, membaca materi pelajaran tertentu, dan memberikan motivasi atau bimbingan belajar; dan
3.    mengemukakan topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang, dan menutup kegiatan pembelajaran.

3.    Penilaian
Objek dalam penilaian pembelajaran terpadu mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar.
Penilaian yang dikembangkan mencakup teknik, bentuk dan instrumen yang digunakan terdapat pada lampiran.
a.    Teknik Penilaian
Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan penilaian tersebut. Teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk jenis tagihan tes yaitu kuis dan tes harian. Sedangkan untuk jenis tagihan nontes, teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan yaitu observasi, angket, wawancara, tugas, proyek, dan portofolio.
b.      Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen merupakan alat yang digunakan dalam melakukan penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. Bentuk-bentuk instrumen yang dikelompokkan menurut jenis tagihan dan teknik penilaian adalah:
1.    Tes: isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, uraian, dan unjuk kerja
2.    Nontes: panduan observasi, kuesioner, panduan wawancara, dan rubrik.
c.       Instrumen
Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi. Apabila penilaian menggunakan tehnik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja dan tugas rumah yang berupa proyek, harus disertai rubrik penilaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar