ANALISIS
KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X DI SMA NEGERI 2
TANJUNG RAJA
1.
Latar
belakang
Pendidikan yang menjadi pondasi kuat berkembangnya
suatu negara adalah pendidikan yang bermutu. Sudradjad (2005:17) menyatakan
bahwa “pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan manusia
dengan pribadi yang integral (integrated personality) yaitu mereka yang
mampu mengintegrasikan iman, ilmu, dan amal”. Pengertian ini merujuk pada
pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 yang berbunyi:
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negaranya.
Pendidikan
merupakan faktor utama dalam membangun bangsa dan negara sebagaimana yang
tercantum dalam Tujuan Nasional pendidikan Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya. Menurut Undang-Undang sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 berbunyi:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam yang
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu,cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Salah
satu lembaga formal yang berperan dalam mewujudkan tujuan tersebut yaitu
sekolah. Sekolah sebagai tempat seseorang untuk mendapatkan ilmu diluar dari
lingkungan keluarga dan masyarakat. sekolah merupakan lembaga yang memang
dirancang khusus untuk pengajaran para peserta didik (siswa) di bawah
pengawasan para guru dan peserta didik akan dibekali ilmu melalui pembelajaran
yang dilakukan dikelas.
Dalam
proses pembelajaran tidak pernah lepas dari peran seorang guru. Guru sebagai
seseorang yang memengang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa. Seorang guru harus mampu membuat pembelajaran di kelas
berkesan untuk peserta didik agak materi yang diberikan dapat diterima dengan
baik oleh peserta didik. Namun seorang guru juga harus mengetahui
kemampuan-kemampuan apa saja yang dimiliki peserta didik yang harus
dikembangkan dan digali dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar.
Hasil
belajar yang diperoleh peserta didik dari pembelajaran harus dapat memenuhi
tiga aspek. Menurut Banyamin bloom
(Dikutip Sudjana 2005: 30) mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar dalam
tiga kategori, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotor. Hasil
belajar diartikan juga sebagai perubahan
tingkah laku peserta didik dalam tiga aspek
akibat proses kegiatan belajar mengajar.
Dalam
Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomer 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
tersurat bahwa kompetensi kelulusan mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dan
penilaian harus mengembangkan potensi peserta didik yang berhubungan dengan
domain kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan).
Tiga aspek tersebut saling berhubungan satu sama lain dan semua pelajaran
menuntut aspek ini namun yang berbeda hanyalah penekanannya saja. Dari tiga
aspek yang dikemukanan Bloom domain kognitif
merupakan aspek psikologis yang terpenting ( Syah, 2010:50 )
Menurut
Mukharomah (2012; 21) Mengatakan ranah psikologis peserta didik yang terpenting
adalah ranah kognitif. Ranah yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber
sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa)
dan ranah psikomotor (karsa). Otak adalah sumber dan menara pengontrol bagi
seluruh kegiatan kehidupan ranah-ranah psikologis manusia. Tanpa ranah
kognitif, sulit dibayangkan seorang peserta didik dapat berpikir. Upaya
pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap
ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotor
Menurut
Daryanto (2012: 101) mengatakan bahwa
dalam hubungan dengan satuan pembelajaran, ranah kognitif memegang peranan
paling utama.yang menjadi tujuan pembelajaran di SD, SMP dan SMA pada umumnya meningkatkan kemampuan siswa
dalam aspek kognitif. Aspek kognitif menjadi tolak ukur
penting dalam tercapainya tujuan pendidikan. Apabila aspek kognitif siswa telah
tercapai maka dianggap proses pembelajaran yang dijalani telah berhasil. Aspek
kognitif dapat menggambarkan sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan
dikelas dapat meningkatkan intelektual perseta didik
Beberapa dimensi proses kognitif yang
telah disebutkan, sebagian hanya cocok diterapkan di Sekolah Dasar (ingatan,
pemahaman, dan aplikasi), sedangkan analisis, sintesis dan evaluasi baru dapat
dilatihkan di SMP, SMA, dan perguruan tinggi secara bertahap (Arikunto, 2011: 121). Meskipun demikian tahap berpikir rendah
jangan sampai membuat siswa pada tingkat SMP, SMA dan selanjutnya jadi mengesampingkan
tahap berpikir tersebut sebab setiap tahap merupakan persyaratan bagi tahap
berikutnya.
Dalam proses pembelajaran ekonomi, siswa juga kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan kognitif tingkat tinggi yaitu analisis,
evaluasi, dan kreasi. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada
kemampuan kognitif tingkat rendah saja. Hal ini terlihat dari soal latihan yang
di berikan guru yang hanya pada kemampuan kognitif ingatan dan pemahaman. Siswa
diwajibkan untuk menghafal, dan memahami
informasi yang diperoleh tanpa mampu melakukan aplikasi, analisis, penilaian
dan menciptakan sesuatu. Akibatnya ketika siswa dituntut untuk berpikir lebih
tinggi misalnya mengaplikasikan, menganalisis atau menilai sesuatu meraka akan
mengalami kesulitan. Pengembangan kemampuan kognitif tingkat tinggi sangat
diperlukan agar siswa tak hanya bisa menghafal suatu konsep tetapi juga mampu
mengaplikasikan, menganalisis, menilai bahkan menciptakan suatu konsep baru.
Observasi
dilapangan telah penulis lakukan saat menjalani Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di SMA Negeri 2 Tanjumg Raja. Dari obeservasi yang telah terlaksana dan
wawancara dengan guru ekonomi Ibu Aprilina, S.pd. di ketahui bahwa siswa kelas
X kurang menyukai pelajaran ekonomi dan mengalami kesulitan belajar dan pada
akhirnya berpengaruh pada hasil ujian semester sehingga banyak siswa belum
tuntas yang harus mengikuti remedial. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Mengajar
(KKM) yaitu 75 ternyata terdapat 25% siswa yang harus mengikuti remidial.
Rendahnya tingkat pencapaian kemampuan kognitif disebabkan juga karena siswa
tidak bisa menngalikasiskan rumus-rumus dan menganalisis masalah.
Berdasarkan uraian di atas, agar dalam pembelajaran ekonomi berjalan dengan baik maka seorang Guru harus mengetahui kemampuan kognitif belajar siswa
maka oleh sebab itu Penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Tanjumg Raja dengan judul “Analisis Kemampuan
Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Di SMA Negeri 2 Tanjung
Raja”
2.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang
menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Kemampuan Kognitif Siswa Pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 2 Tanjung Raja ?
3.
Tujunan
Penelitian
Berdasarkan
permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui Kemampuan Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA
Negeri 2 Tanjung Raja
4.
Manfaat
Penelitian
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak , adapun manfaat penelitian
ini adalah:
4.1
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
mengembangkan ilmu-ilmu pendidikan pada umumnya dan dapat memberikan
pengembangan pengetahuan yang mendukung teori-teori yang berkenaan perkembangan
kognitif siswa
4.2
Manfaat Praktis
1.
Bagi
Guru Memberikan masukan, saran ,dan informasi dalam
melihat pencapaian kemampuan kognitif siswa serta cara meningkatkan kemampuan kognitif siswa..
2.
Bagi
siswa. Bahan masukan bagi siswa mengenai kemampuan proses kognitif dalam belajar
mereka dalam pembelajaran
ekonomi.
3.
Bagi
Sekolah,
diharapkan untuk memfasilitasi dan membantu guru dalam menyediakan sarana dan
prasarana dalam proses pembelajaran
4.
Bagi
Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan sarta
pengalaman peneliti tentang pencapaian kemampuan kognitif
siswa dalam pembelajaran.
5.
Tinjauan
Pustaka
5.1. Pengertian Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa
(bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan,
kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 552-553).
Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Stephen P. Robbins & Timonthy A.
Judge, 2009: 57).
Lebih lanjut, Stephen P. Robbins & Timonthy A.
Judge (2009: 57-61) menyatakan bahwa kemampuan
keseluruhan seorang individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor,
yaitu :
a) Kemampuan
Intelektual (Intelectual Ability), merupakan kemampuan yang dibutuhkan
untuk melakukan berbagai aktifitas mental (berfikir, menalar dan memecahkan
masalah).
b) Kemampuan
Fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan melakukan tugas-tugas yang
menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa. tugas dalam
suatu pekerjaan.
Kemampuan menurut Yusdi (2010) kemampuan adalah
bersikap, berfikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari
pengetahuan sikap dan keteram
pilan yang dimiliki.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Wortham (2008:50) kemampuan sebagai
keterampilan atau kemampuan sebagai keterampilan kesanggupan dalam bidang
tertentu.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu
dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang beragam.
5.2
Kemampuan Kognitif
Menurut Neiser ( Dikutip Syah, 2009: 22) mengatakan istilah Cognitive berasal dari cognition
yang mempunyai sinonim knowing yang artinya mengetahui. Dalam arti
yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan Dalam perkembangannya istilah kognitif menjadi populer sebagai
salah satu domain atau ranah kemampuan psikologi manusia yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan. Kemampuan kejiwaan
yang berpusat di otak ini berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi
(perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. Ranah kognitif merupakan kemampuan
yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai karena penguasaan
kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.
Kemampuan
kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual yakni kemampuan siswa dalam
menggunakan dan mengoptimalkan kinerja otak untuk berpikir. Kemampuan ini
membedakan manusia dari makluk lain. Menurut Sanjaya (2008: 125) domain
kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual
atau kemampuan berpikir serta kemampuan mengigat dan kemampuan memecahkan
masalah.
Kognitif adalah
suatu proses berfikir seseorang dalam bertingkah laku serta bertindak, sehingga
ia mampu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa dan juga suatu aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang mampu
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Susanto dan Hartono
2006; 112).
Menurut Sujiono,
dkk (2008: 13) kognitif adalah suatu proses dalam berpikir, yaitu kemampuan
setiap individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu
kejadian atau peristiwa. Selanjutnya menurut Sujiono, dkk (2008: 33) kemampuan
kognitif merupakan suatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak
terletak pada pemahaman bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur dalam
berbagai aspeknya kognitif berhubungan dengan atau melibatkan kognisi.
Kemampuan kognitif adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai
hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman
sendiri. Menurut Sudijono (2009: 49) ranah kognitif adalah ranah yang mencakup
kegiatan mental (otak).
Berdasarkan pendapat diatas maka
dapat disimpulkan kognitif dapat dipandang sebagai kemampuan yang
mencakup segala bentuk pengenalan, kesadaran, pengertian yang bersifat mental
pada diri individu yang digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensial
dengan lingkungan seperti dalam aktivitas mengamati, menafsirkan memperkirakan,
mengingat, menilai dan lain-lain.
5.3
Perkembangan
Struktur Kognitif
Kognitif sebagai kapasitas kemampuan berfikir dan
segala bentuk pengenalan, digunakan individu untuk melakukan interaksi dengan
lingkungannya. Dengan berfungsinya kognitif mengakibatkan individu memperoleh
pengetahuan dan menggunakannya. Pada prosesnya kognitif mengalami perkembangan ke arah kolektivitas kemajuan secara
berkesinambungan.
Menurut
Piaget (Dikutip Djiwandono, 2008: 72) mengatakan bahwa kemampuan ataun perkembangan
kognitif adalah hasil dari hubungan
perkembangan otak dan Sistem nervous
dan pengalaman- pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan
lingkungan. Manusia secara genetik sama dan mempunyai pengalaman yang hampir
sama, mereka dapat diharapkan untuk sungguh- sungguh memperlihatkan keragaman
dalam perkembangan kognitif mereka.
Perkembangan
struktur kognitif berlangsung menurut urutan yang sama
bagi semua individu. Artinya setiap individu akan mengalami dan melewati setiap
tahapan itu, sekalipun kecepatan perkembangan dari tahapan-tahapan tersebut
dilewati secara relatif dan ditentukan oleh banyak faktor seperti kematangan
psikis, struktur syaraf, dan lamanya pengalaman yang dilewati pada setiap
tahapan perkembangan.
5.3.1 Tahapan Perkembangan Kognitif
Hartimah (2010: 36) mengatakan
bahwa Para ahli
psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung secara terus
menerus dengan tidak ada lompatan. Kemajuan kompetensi kognitif diasumsikan
bertahap dan berurutan selama masa kanak-kanak. Dalam pandangan Piaget, perkembangan mental pada hakekatnya adalah
perkembangan kemampuan penalaran logis (Development of Ability to Reason
Logically). Piaget
melukiskan urutan tersebut ke dalam empat tahap perkembangan yang berbeda
secara kualitatif yaitu:
1)
Tahap sensori motor
Tahap
sensorimotor ini ada pada usia antara 0 - 2 tahun, mulai pada masa bayi ketika
ia menggunakan pengindraan dan aktivitas motorik dalam mengenal lingkungannya ( Susanto dan Hartono, 2006: 24).
2)
Tahap praoperasional
Tahap
Praoperasional ini antara 2 – 7 tahun. Menurut Susanto dan Hartono (2006: 24)
menyatakan bahwa ciri khas masa ini adalah menggunakan simbol yang mewakili
suatu konsep. Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami
pengertian operasional yaitu proses interaksi suatu aktivitas mental, dimana
prosesnya bisa kembali pada titik awal berfikir secara logis. Anak belum mampu secara perceptual,
emosional-motivational, dan konseptual untuk mengambil perspektif orang lain ( Monks, 2004 : 221)
3)
Tahap operasional konkrit
Tahap operasional konkrit ini antara 7 –
11 tahun. Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada terjadinya perubahan
positif ciri-ciri negatif tahap preoprasional, seperti dalam cara berfikir
egosentris pada tahap operasional konkrit menjadi berkurang, ditandainya oleh
desentrasi yang benar, artinya anak mampu memperlihatkan lebih dari satu
dimensi secara serempak dan juga untuk menghubungkan
dimensi-dimensi itu satu sama lain.
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir
logis. Namun masih terdapat kekurangannya dalam cara berpikir yang operasional
konkrit. Anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu (operasi)
tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan perkataan lain, bila anak
dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit,maka ia belum mampu untuk
menyelesaikan masalah ini dengan baik (
Monks, 2004: 223)
Menurut Susanto dan Hartono (2006: 24) menyatakan bahwa pada
tahap ini anak mulai mengembangkan tiga macam operasi yaitu:
a.
Identifikasi :
mengenali sesuatu,
b.
Negasi : mengingkari sesuatu
c.
Reprokasi : mencari
hubungan timbal balik antara beberapa hal.
4)
Tahap operasional formal
Tahap
operasional formal ini pada usia 11/12 tahun ke
atas. Pada tahap
operasional formal anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat atau didengar
ataupun pada masalah yang dekat, tetapi sudah dapat membayangkan masalah dalam
fikiran. Anak sudah dapat mengoperasikan argumen-argumen tanpa
dikaitkan dengan benda empirik. Anak sudah mampu menggunakan hubungan-hubungan
di antara objek-objek apabila ternyata manipulasi objek-objek tidak
memungkinkan. Anak telah mampu melihat hubungan-hubungan abstrak dan
menggunakan proposisi-proposisi logik-formal termasuk aksioma dan
definisi-definisi verbal. Anak juga sudah dapat berpikir kombinatorial, artinya
bila anak dihadapkan kepada suatu masalah, ia dapat mengisolasi faktor-faktor
tersendiri atau mengkombinasikan faktor-faktor itu sehingga menuju penyelesaian
masalah tadi ( Sunarto 2006: 25)
Dari
setiap tahapan di atas urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak akan melalui ke
empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena
masing-masing tahapan dibangun di atas, dan berasal dari pencapaian tahap
sebelumnya. Tetapi sekalipun urutan kemunculan itu tidak berubah-ubah, tidak mustahil
adanya percepatan seseorang untuk melewati tahap-tahap itu secara lebih dini di
satu sisi dan terhambat di sisi lainnya.
5.4 Taksonomi Pendidikan
5.4.1. Pengertian Taksonomi Pendidikan
Kata taksonomi diambil dari bahasa
Yunani yaitu “tassein” yang berarti untuk mengklasifikasi dan “nomos”
yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki
dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak,
benda diam, tempat, dan kejadian, sampai pada kemampuan berfikir dapat
diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Sebelum
mengetahui pengertian
taksonomi pendidikan,
terlebih dahulu kita harus mengetahui makna dari Tujuan Instruksional. Tujuan
Instruksional adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari
hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior)
yang dapat diamati dan diukur. Ada 2 macam tujuan instruksional yaitu:
·
Tujuan
Instruksional Umum (TIU)
·
Tujuan
Instruksional Khusus (TIK)
Kepentingan
hubungan antara kegiatan belajar-mengajar dengan tujuan, oleh seorang ahli
bernama Scriven dikemukakan bahwa harus ada hubungan erat antara:
·
Tujuan
kurikulum dengan bahan pelajaran
·
Bahan pelajaran
dengan alat-alat evaluasi
·
Tujuan
kurikulum dengan alat-alat evaluasi
Tujuan
kurikulum yang dimaksud adalah tujuan yang dapat diukur. Ebel berpendapat
bahwa jika hasil pendidikan merupakan sesuatu yang penting tetapi tidak dapat
diukur maka tujuan itu harus diubah. Jika tujuan telah dirumuskan secara
operasional maka hasilnya akan dapat diukur. Suatu tanda bahwa seseorang telah
mencapai tujuannya, akan terlihat pada perubahan tingkah lakunya.Beberapa ahli
telah mencoba memberikan cara bagaimana menyebut ketiga tingkatan tujuan ini,
yang akhirnya oleh Viviane De Landsheere disimpulkan bahwa ada 3 tingkat tujuan
(termasuk taksonomi), yaitu:
1.
Tujuan
akhir atau tujuan umum pendidikan,
2.
Taksonomi,
3.
Tujuan
yang operasional.
( Arikunto, 2013: 128)
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa taksonomi pendidikan adalah
suatu bentuk klasifikasi tingkah laku siswa yang melukiskan hasil yang
dikehendaki dari pada proses pendidikan
5.4.2 Taksonomi Bloom
Benjamin Bloom (February
21, 1913 - September 13, 1999) adalah seorang ahli psikologi pendidikan
Amerika yang memberikan sumbangan pemikiran yang cukup berarti, yaitu
mengklasifikasikan tujuan pembelajaran (classification
of educational objectives) dan teori belajar tuntas (the theory of mastery learning). Dari hasil penelitiannya,
Bloom membangun taksonomi tujuan pembelajaran atau "taxonomy of
educational objectives" yang mengklasifikasikan tujuan pembelajaran
yang berbeda-beda.
Bloom dan Krathwohl telah memberikan
banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi
lain.prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah,yaitu:
1.
Prinsip metodologis. Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada
cara-cara guru dalam mengajar.
2.
Prinsip
Psikologis Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada
sekarang.
3.
Prinsip Logis Taksonomi hendaknya dikembangkan secara
logis dan konsisten.
4.
Prinsip Tujuan Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan
tingkatan-tingkatan nilai-nilai.tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya
menggambarkan corak yang netral.
Konsep taksonomi Bloom
mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu:
1.
Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual.
2.
Affective Domain (Ranah Afektif) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi.
3.
Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek terampilan.
(Sudijono,2009: 49-52)
Bloom (dikutip Majid
dan Firdaus. 2014: 50) mengatakan mengelompokan kemampuan manusia dalam dua
ranah domain utama yaitu ranah kognitif dan ranah non kognitif. Ranah non
kognitif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ranah afektif dan ranah psikomotor. Setiap ranah
diklasifikasikan secara berjenjang mulai dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks.
5.4.3.
Taksonomi Bloom Ranah Kognitif
Pada tahun 1956,
Benjamin Bloom menulis
taksonomi atas tujuan pendidikan domain kognitif, dan sejak
saat itu deskripsi dari enam tingkat proses berpikir yang
dibuatnya dengan segera
diadaptasi serta digunakan
dalam berbagai macam ragam konteks.
Daerah kognitif dari
enam tahap tersusun
mulai dari kemampuan berpikir
yang paling simpel
(rendah, sederhana) menuju
pada kemampuan berpikir yang
paling kompleks (tinggi,
rumit) yang merupakan
suatu kontinus. Seperti digambarkan
pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1
Kategori
Tingkatan Kemampuan Proses Kognitif Bloom
|
|
|
|
|
Evaluation
|
|
|
|
|
Synthesis
|
|
|
|
|
Analysis
|
|
|
|
|
Application
|
|
|
|
|
Comprehesion
|
|
|
|
|
Knowledge
|
|
|
|
|
|
(Pengetahuan)
|
(Pemahaman)
|
(Penerapan)
|
(Analisis)
|
(Sintesis)
|
(Evaluasi)
|
Jenjang 1 sampai dengan
3 digolongkan sebagai keterampilan
berpikir yang lebih
rendah (Lower Order Thinking Skills), sedangkan jenjang 4 sampai dengan 6 dimasukkan ke dalam keterampilan berpikir
yang lebih tinggi
(Higher Order Thinking Skills) (Arikunto, 2013:100).
Menurut
Bloom ( Dikutip Purwanto, 2011: 51)
mengatakan ranah kognitif meliputi :
1. Kemampuan
menghafal merupakan kemampuan kognitif paling rendah, kemampuan ini merupakan
kemampuan memamnggila kembali fakta yang disimpan dalam otak digunakan intuk
merespon suatu masalah. Dalam kemampuan tingkat ini fakta dipanggil kembali
persis seperti ketika disimpan
2. Kemampuan
pemahaman merupakan kemampuan untuk
melihat hubunganfakta dengan fakta.
3. Kemampuan
penerapan merupakan kemampuan kogniif untuk memahami aturan, hukum, rumus, dan
sebagainya yang di gunakan dalam memecahkan masalah
4. Analisis
merupakan kemampuan memahami sesuatu dengan menguraikan kedalam unsure-unsur
5. Kemampuan
sintesis merupakan kemampuan memahami dengan mengorganisasikan bagian- bagian
dalam kesatuan.
6. Evaluasi
dalah kemampuan membuat penilaian dalam mengambil keputusan dari hasil
penilaian.
Sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi serta
perkembangan tuntutan komunikasi pendidikan, Krathwohl dan Anderson revisi
taksonomi dilakukan dengan memasukan unsur metacognitive sebagai bagian
tertinggi dari domain kognitif, yang kemudian dinamakan menciptakan
menggantikan posisi evaluasi dan menarik sistesis.
Gambar
Perbedaan
Taksonomi Bloom tahun 1956 dan 2001
(Wilson, 2006)
Sanjaya (2008: 129) mengatakan
bahwa revisi taksonomi sebagai berikut:
1) Mengingat
2) Memahami
3) Menerapkan
4) Menganalisis
5) Mengevaluasi
6) Menciptakan
Rincian
domain kognitif edisi baru yang dikutip Sukmadinata (2004: 77-78) yang meliputi
tahap-tahap berpikir antara lain sebagai berikut:
Tabel
1
Tahapan
Kemampuan Kognitif
Tahapan
Proses Kognitif
|
Kemampuan/
Kompetensi Kognitif
|
1.
Mengingat
1.1 Mengenal kembali
1.2 Memunculkan Kembali
|
1.1
mengidentifikasi
1.2
menyatakan kembali
|
2.
Memahami
2.1 Menginterpretasikan
2.2 Memberi contoh
2.3 Mengklasifikasikan
2.4 Merangkum
2.5 Membandingkan
2.6 Menjelaskan
|
2.1
Mengklasifikasikan, menceritakan, menyajikan, menerjemahkan.
2.2
Mengilistrasikan, member contoh
2.3
Mengabtraksikan, menggeneralisasikan
2.5
Menyimpulkan, melengkapi, menyisipkan, memperkitakan
2.6
Membandingkan, memetakan, menjodohkan
2.7
Menyusun Model
|
3.
Menerapkan
3.1 Menggunakan
3.2 Melaksanakan
|
3.1
Menggunakan prosedur pada hal yang jelas
3.2
Menggunakan prosedur pada hal yang belum jelas.
|
4.
Menganalisis
4.1 Membedakan
4.2 Menguraikan
4.3 Mengorganisasikan
|
4.1
Mencari perbedaan, memisahkan, memilih, memusatkan
4.2 Membagi, Merincikan
4.3
Menemukan koherensi, mengintegrasikan, menyusun Outline, Memadukan, membuat
sruktur.
|
5.
Mengevaluasi
5.1 Mengecek
5.2 Memberi kritis
|
5.1
Mendeteksi, memonitor, memeriksa, menguji, mengkoordinasi
5.2
Mendeteksi Ketidaksesuaian
|
6.
Mengkreasi
6.1 Mengembangkan
6.2 Merencanakan
6.3 Membuat
|
6.1
Merumuskan Hipotesis, meningkatkan kegiatan, menyusun Program
6.3
Merencanakan Prosedur, menyusun rencana kerja kegiatan
6.3
Menciptakan suatu karya, menghasilkan suatu produk
|
Adapun
Prawiradilaga (2007: 95) mengutip revisi taksonimi Anderson dan Krathwohl
sebagai berikut
Table 2
Ringkasan Jenjang Pembelajaran
Berpikir
|
Uraian
|
Rincian
|
Mengingat
|
Memunculkan pengetahuan dari
jangka panjang
|
Mengenali
|
Mengingat
|
||
Mengerti
|
Membentuk arti dari pesan
pembelajaran (isi) : lisan, grafis atau gambar, tulisan
|
Memahami
|
Membuat contoh
|
||
Meringkas
|
||
Meramalkan
|
||
Membandingkan
|
||
Mengelompokan
|
||
Menjelaskan
|
||
Menerapkan
|
Melaksanakan atau menggunakan
prosedur dalam situasi tertentu.
|
Melaksanakan
|
Mengembangkan
|
||
Menganalisis
|
Menjabarkan komponen atau
struktur dengan membedakan dari bentuk, fungsi, tujuan dan seterusnya
|
Membedakan
|
Menyusun kembali
|
||
Menandai
|
||
Menilai
|
Menyusun pertimbangan berdasark
persyaratan dan criteria tertentu
|
Mengecek
|
Mengkritik
|
||
Berkreasi
|
Menyusun, sesuatu hal baru;
memodifikasi suatu model lama, menjadi sesuatu yang berbeda, dan seterusnya
|
Menghasilkan
|
Merencanakan
|
||
Membentuk
|
Menurut Wilson (2006) mengutip revisi taksonomi
Anderson dan Krathwohl seperti berikut:
1)
Mengingat adalah mengambil, mengingat,
atau mengenali pengetahuan dari memori. Mengingat untuk menghasilkan defenisi,
fakta, daftar, membaca dan mengambil material.
2)
Memahami adalah membangun makna dari
berbagai jenis fungsi yang akan mereka gambarkan atau grafik pesan kegiatan
seperti interpreting, mencontohkan, mengklasifikasi, meringkas, menyimpulkan,
membandingkan, dan menjelaskan.
3)
Penerapan adalah melaksanakan atau
menggunakan prosedur melalui implementasi dan evaluasi. Menerapkan terkait pada
situasi seperti melalui model, presentasi, wawancara atau simulasi.
4)
Menganalisis adalah konsep kedalam
bagian , menentukan bagaimana bagian tersebut salaing berhubungan satu sama
lain atau ke struktur keseluruhan. Tindakan dari fungsi ini antara lain
membedakan, mengorganisasikan, menghubungkan serta mampuantara komponen. Ketika
seseorang sedang menganalisisia akan mengambarkan fungsi mental dengan
menciptakan grafik, survey, diagram atau representasi grafis.
5)
Mengevalusi adalah membuat penilaian,
berdasarkan criteria dan standar melalui pemerikasaan dan mengkritisi. Kritik,
rekomendasi, dan laporan adalah beberapa produk yang dapat dibuat untuk
menunjukan proses evaluasi.
6)
Membuat adalah menempatkan elemen bersama
sama untuk membentuk keseluruhan koheren atau fungsional,elemen reorganisasi
kedalam pola baru atau struktur melalui perencanaan atau memproduksi.
Dari
beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa ranah kognitif meliputi:
1. Mengingat
adalah memunculkan atau menyebutkan kembali defenisi suatu konsep yang telah diberikan
2. Memahami
adalah proses menjelaskan,member contoh dan mengkasifikasi defenisi yang ada.
3. Menerapkan
menggunakan suatu prosedur dan rumus pada suatu yang jelas dalam materi
pembelajaran.
4. Menganalisis
adalah mencari suatu perbedaan,dari defenisi yang dijabarkan
5. Mengevaluasi
adalah membuat suatu penilaian, mengkritis berdasarkan criteria tertentu dalam
menditeksi kesesuaian
6. Mengkreasi
adalah menciptakan atau mengembangkan sesuatu yang sudah ada agar lebih
menarik.
5.4.4 Menyusun Tes Kemampuan Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom
Dengan memahami taksonomi Bloom revisi, maka dapat menerapkan jenjang-jenjang
proses kognitif
itu sesuai dengan kondisi siswa di dalam kelasnya. Dengan menggunakan Taksonomi Bloom kita dapat menentukan level kedalaman soal yang diujikan untuk siswa. Mengetahui level soal dapat membantu dalam proses pemetaan tingkat kemampuan proses kognitif siswa.
1.
Mengingat (remembering)
Proses
mengingat
adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang . Mengingat berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mengenali kembali
tentang nama, istilah, atau rumus dan sebagainya. Dalam hal ini mengingat
disebut juga dengan pengetahuan hafalan.Pengetahuan adalah
kemampuan seseorang untuk mengingat kembali (recall) atau mengenali
kembali tentang nama, istilah, atau rumus dan sebagainya (Sudijono, 2001:50).
Dalam hal ini pengetahuan disebut juga dengan pengetahuan hafalan atau untuk
diingat.
Soal ingatan adalah pertanyaan yang jawabannya dapat dicari dengan mudah pada
buku atau catatan. Pertanyaan ingatan biasanya dimulai dengan kata-kata
mendeskripsikan, mengidentifikasikan, menjodohkan, menyebutkan dan menyatakan
(Arikunto, 2013:169). Tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan
aspek pengetahuan adalah tipe melengkapi, tipe isian dan tipe benar salah.
2. Pemahaman (Understanding)
Pada jenjang ini siswa diharapkan tidak hanya mengetahui,
mengingat tetapi juga harus mengerti. Memahami berarti mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi dengan kata lain siswa
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih
rinci dengan menggunakan kata-katanya sendiri (Sudijono,
2008:50).
Pemahaman dibedakan ke dalam tiga kategori:
1)
Pemahaman terendah adalah pemahaman terjemahan.
2)
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya,
membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
3)
Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah
pemahaman ekstrapolasi. Dengan ini seseorang diharapkan mampu melihat di balik
yang tertulis
(Sudjana :2011)
Menurut
Arikunto (2013: 170) menyatakan bahwa pertanyaan pemahaman biasanya menggunakan
kata-kata perbedaan, perbandingan, menduga, menggenarisasikan, memberikan
contoh, menuliskan kembali, memperkirakan.
3. Aplikasi/Penerapan (applying)
Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi
konkret. Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum, aturan atau prosedur,
metode umum dan juga dalam bentuk prinsip, ide dan teori secara teknis yang
harus diingat dan diterapkan.
Sementara
itu menurut Arikunto (2013:170) Soal aplikasi adalah soal yang mengukur
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan) pengetahuannya untuk
memecahkan masalah sehari-hari atau persoalan yang dikarang sendiri oleh
penyusun soal dan bukan keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat.
Bloom (dalam Sudjana,2006: ) membedakan delapan tipe aplikasi dalam rangka
menyusun item tes tentang aplikasi:
1.
Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk
situasi baru yang dihadapi.
2.
Dapat menyusun kembali masalahnya sehingga dapat menetapkan
prinsip atau generalisasi mana yang sesuai.
3.
Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu
prinsip atau generalisasi.
4.
Dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip
dan generalisasi.
5.
Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan
generalisasi tertentu.
6.
Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan
prinsip dan generalisasi tertentu.
7.
Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam
menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang
relevan.
8.
Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi
bagi situasi baru yang dihadapi.
4. Menganalisis
(analyzing)
Menganalisis
melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan
bagaimana hubungan antar bagian dan struktur keseluruhanya. Soal analisis
adalah soal yang menuntut kemampuan siswa untuk menganalisis atau menguraikan
sesuatu persoalan untuk diketahui bagian- bagianya (Arikunto, 2013: 171).
Menurut Sudjana (2006:221) Untuk membuat item tes kecakapan analisis perlu mengenal
berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis, yakni:
1.
Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase atau
pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan kriteria tertentu.
2.
Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak
disebutkan secara jelas.
3.
Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit
atau yang perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materin
4.
Dapat mengetengahkan pola, tata atau pengaturan materi dengan
menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab-akibat dan peruntutan.
5.
Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi dan
pola-pola materi yang dihadapi.
6.
Dapat meramalkan sudut pandang, kerangka acuan dan tujuan
materi yang dihadapinya.
5. Penilaian (evaluating)
Mengevaluasi adalah kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. Soal evaluasi
adalah soal yang berhubungan dengan menilai, mengambil kesimpulan,
membandingkan, mengkritik, membedakan, menerangkan, memutuskan dan menafsirkan ( Arikunto, 2013:172). Untuk mengetes kecakapan evaluasi seseorang setidaknya
dapat dikategorikan kedalam enam tipe:
1.
Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau
dokumen.
2.
Dapat memberikan evaluasi satu sama lain antara asumsi,
evidensi, dan kesimpulan.
3.
Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang
dalam mengambil suatu keputusan.
4.
Dapat mengevaluasi suatu karya dengan membandingkannya dengan
karya lain yang relevan.
5.
Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria
yang telah ditetapkan.
6.
Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan
menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.
6. Mencipta (Creating)
Mencipta adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke
dalam bentuk menyeluruh atau merupakan suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjadi suatu proses yang
berstruktur atau berbentuk pola baru.
Kecakapan ini dibagi ke dalam beberapa tipe, sebagai berikut:
1.
Kemampuan mengkomunikasikan gagasan, perasaan dan pengalaman
dalam bentuk tulisan.
2.
Kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari
suatu tugas atau problem yang diketengahkan.
3.
Kemampuan mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data dan
hasil observasi menjadi terarah, skema, model, hipotesis.
Penyusunan soal dalam bentuk mencipta,
pertanyaan-pertanyaannya disusun dengan baik sehingga meminta siswa untuk
menggabungkan atau menyusun kembali hal-hal yang spesifik agar dapat
mengembangkan struktur yang baru. Soal mencipta yaitu menyimpulkan,
mengkategorikan, mengkombinasikan, mengarang, membuat disain,
mengorganisasikan, menghubungkan, membuat rencana dan menciptakan (Arikunto, 2013:173).
5.6 Mata Pelajaran Ekonomi
5.6.1.Pengertian
Ekonomi
Kata ekonomi
berasal dari bahasa latin yaitu oikonomia
yang berasal dari dua kata yaitu oikos
dan nomos. Oikos yang mempunyai arti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan jadi secara garis besar ekonomi adalah
aturan rumah tangga. Manurung (2006:2) ilmu ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk
menggunakan sumber daya yang terbatas dalam upaya meningkatkan kualitas
hidupnya. Solvator dan Dwi Lion (dikutip Barata (2004:14) Ilmu ekonomi adalah
ilmu sosial yang mempelajari individu-individu dan organisasi-organisasi yang berkecimpung dalam kegiaatan produksi,
pertukaran dan konsumsi barang dan jasa.
Alam
(2006: 1) mengatakan bahwa ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan
tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan
berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan
prosuksi, konsumsi, dan distribusi,. Akan tetepi untuk saat ini segala sesuatu
yang dilakukan oleh masyarakat membutuhkan uang. Adji (2007:3) ekonomi adalah
ilmu yang mempelajari tenteng penggunaan sumber daya yang terbatas untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
Sedangkan Sukirno (2010:9) menyatakan bahwa Ilmu ekonomi
adalah suatu studi mengenai individu dan masyarakat dalam membuat pilihan,
dengan atau tanpa menggunakan uang, dengan mengunakan sumber daya yang terbatas
tapi dapat digunakan berbagai cara untuk menghasilkan barang dan jasa,dan
mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi sekarang dan dimasa yang akan
datang kepada berbagai individu dan golongan masyarakat. Menurut
Rasyid (2002:7) Ilmu ekonomi adalah
salah satu cabang ilmu pengetahuan berdaya upaya untuk memberikan pengetahuan
dan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul karena perbuatan
manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan atau mencapai kemakmuran.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan jumlah alat pemuas yang
terbatas.
5.6.2 Fungsi Mata Pelajaran Ekonomi
Fungsi mata
pelajaran ekonomi adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi,
memahami konsep dan teori serta berlatih memecahkan masalah ekonomi yang
terjadi dilingkungan masyarakat (Depdiknas, 2006:4)
5.6.3. Tujuan
Mata
Pelajaran
Ekonomi
Mata
pelajaran ekonomi mempunyai beberapa tujuan. Adapun tujuan mata pelajaran
ekonomi adalah peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut: Depdiknas
(2006:1):
1.
Memahami sejumlah
konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan
sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga,
masyarakat dan negara.
2.
Menampilkan sikap
ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami
ilmu ekonomi
3.
Membentuk sikap
bijak, rasional dan bertanggung jawab
dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan
akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri,rumah tangga, masyarakat dan
negara.
4.
Membuat keputusan
yang bertanggung jawab mengenai nilai nilai sosial
5.7
Analisis Kemampuan Kognitif Siswa
Menurut Efendi (2012:56)
mengatakan bahwa kemampuan kognitif siswa berbeda-beda. Dalam penelitianya
didapat bahwa siswa banyak kesulitan ketika mengerjakan soal pada tingkatan
analisis ( C4). Menurutnya hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa
mengerjakan soal analisis, guru hanya memberikan soal pada tingkat ingatan
(C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3) saja sehingga kemampuan siswa belum
terlatih untuk mengarjakan soal pada jenjang yang lebih sulit.
Sya’adah (2013:57)
kemampuan kognitif siswa harus dikembangkan pada tingkat yang lebih tinggi.
Kemampuan kognitif pada tingkat analisis, evaluasi dan kreasi sangat diperlukan
dalam pembelajaran agar siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan tidak
hanya berfokus pada kemampuan mengingat, memahami, dan menerapkan saja.
Kemampuan kognitif
mencakup enam tingkatan yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi,
dan kreasi. Menurut Sulistyorini dkk (2013:25) mengatakan bahwa guru seharusnya
tidak hanya menekankan pada materi pada tingkat kognitif rendah. Namun harus
seimbang antara penekanan materi tingkat rendah dan tinggi. Dari hasil
penelitiannya dikatakan bahwa pada tingkat kognitif analisis hanya mencapai
69.45 % sedangkan Aplikasi 75 % hal ini menunjukan bahwa kemampuan analisis
siswa kurang baik karena siswa masih mengalami kesulitan saat menganalisis
maksud soal yang diberikan.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa kemampuan kognitif harus menjadi
perhatian guru dalam melaksanankan pembelajaran. Pemberian soal yang lebih
menantang yang mengasah kemampuan kognitif siswa tingkat tinggi dapat melatih kemampuan
kognitif siswa menjadi lebih baik
6.
Metedologi
Penelitian
6.1
Variabel Penelitian
Variable dalam
penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran ekonomi.
6.2
Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Kemampuan
kognitif siswa adalah kemampuan berfikir, kemampuan memperoleh pengetahuan
,kemampuan yang berkaitan dengan perolehan pengetahuan, pengenalan pemahaman,
pengaplikasisan, analisis, evaluasi dan berpikir kreatif. Kemampuan kognitif
siswa disini dilihat dari kemampuan siswa mengerjakan soal-soal ekonomi sesuai
dengan aspek kognitif . Soal yang digunakan untuk melihat kemampuan kognitif
siswa berbentuk uraian terdiri dari 6 butir soal dengan materi Lembaga Keuangan
dan OJK.
6.3
Populasi dan Sampel
6.3.1. Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Tanjung Raja semester
genap tahun Pelajaran 2014 / 2015 yang berjumlah 150 siswa terdiri dari:
Table
3
Populasi
Penelitian
Kelas
|
Jumlah
|
X
MIA 1
|
30
Siswa
|
X
MIA 2
|
30
siswa
|
X
MIA 3
|
30
siswa
|
X
IS 1
|
30
siswa
|
X
IS 2
|
30
siswa
|
Jumlah
|
150
siswa
|
6.3.2 Sampel
Dalam menentukan pengambilan
sampel untuk penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel Cluster random sampling .
Tabel
Sampel Penelitian
Kelas
|
Sampel
|
X
MIA 1
|
30
|
X
MIA 2
|
30
|
X
IS 1
|
30
|
Jumlah
|
90
|
6.4
Rancangan Penelitian
1) Tahap
Persiapan
Kegiatan
yang dilakukan pada tahap persiapan adalah:
a) Melakukan
observasi awal untuk mengidentifikasi masalah dan analisis akar penyebab
masalah melalui wawancara dengan guru ekonomi.
b) Menentukan
subjek penelitian dan sampel.
c) Menyusun
instrumen penelitian. Intrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes.
d) Memvalidasi
instrumen penelitian
2) Tahap
Pelaksanaan
Melakukan
pengumpulan data tentang kemampuan kognitif siswa dengan menggunakan tes. Tes
diberikan kepada sampel untuk melihat sejauh mana kemampuan kognitif siswa
kelas X SMA Negeri 2 Tanjung Raja.
3) Tahap
Akhir
Melakukan
pembahasan dan penyimpulan hasil penelitian secara deskriptif dari analisis
data tes.
6.5
Tehnik Pengumpulan Data
6.5.1. Tes
Arikunto
(2011:150) menyatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa dalam mengyelesaikan
soal-soal ekonomi. Sedangkan jenis tes yang akan digunakan adalah tes harian
(formatif) dalam bentuk instrumen Soal
Uraian (Essay) terdiri dari 6 butir pada materi Lembaga Keuangan dan OJK.
6.5.1.1 Uji
Validitas
Instrument
dapat dikatakan valid jika dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Sebelum diberikan
kepada sampel, soal terlebih dahulu diuji tingkat validitasnya kepada responden yang bukan termasuk sampel.
Untuk mencari validitas digunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:
Dimana:
= koefisien korelasi
= Jumlah skor item
= Jumlah skor total (seluruh item)
n = Jumlah responden
Tabel
4
Indeks
Korelasi (r)
Antara 0,800 – 1,000
|
Sangat tinggi
|
Antara 0,600 – 0,799
|
Tinggi
|
Antara 0,400 – 0,599
|
Cukup tinggi
|
Antara 0,200 – 0,399
|
Rendah
|
Antara 0,00 – 0,199
|
Sangat rendah (tidak valid)
|
(Riduwan,
2011:98)
6.5.1.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan denlgan masalah kepercayaan. Untuk
mengukur apakah instrument tes reliable atau tidak, Untuk menguji reliabilitas instrument tes
yaitu menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung
total skor
2. Menghitung
korelasi product moment dengan rumus
:
3. Menghitung
reliabilitas seluruh item dengan rumus
Spearman Brown
yaitu :
4. Mencari
rtabel dengan signifikansi = 0,05 dan dk = n-2
5. Membuat
keputusan dengan membandingkan r11 dengan rtabel dengan
kriteria pengujian jika : r11 > rtabel berarti reliabel dan
r11 <
rtabel berarti tidak reliabel
(Riduwan, 2011:102)
6.6
Teknik Analisis Data
6.6.1 Analisis Data Tes
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data hasil
tes tertulis menggunakan rumus penilaian sebagai berikut:
Keterangan:
NP = Nilai persen yang
dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang
diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal
dari tes yang bersangkutan
100% = Bilangan persen tetap
Tabel 5
Interpretasi Kemampuan Proses Kognitif Siswa
No.
|
Prosentase
|
Kriteria
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
81% - 100%
61% - 80%
41% - 60%
21% - 40%
0% - 20%
|
Sangat baik
Cukup baik
Kurang baik
Sangat kurang baik
Tidak baik
|
(Arikunto, 2011:134)
DAFTAR PUSTAKA
Adji,
Wahyu. 2007. Ekonomi Untuk SMA/MA kelas X.
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Alam.2006. Ekonomi untuk SMA dan Ma kelas X Jakarta: erlangga
Anderson, Lorin W., dan Krathwohl, David R., Kerangka untuk Landasan, Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Arikunto,
Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara.
Barata, Atep Adya.
2004. Memahami Ekonomi SMK.
Bandung:Ermico.
Daryanto.
H. 2012. Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas.2006. Standar
kompetensi Pembelajaran Ekonomi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djiwandono,Sri
Esti Wuryani. 2006. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Grasindo.
Efendi,Mahmud. 2012..Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar
Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek. Skripsi Bandung: STAIN
Tulungangung.
Karina,
Mega. 2010. Analisis Kemampuan Kognitif Siswa Pada Tingkat Aplikasi (Taksonomi
Bloom) pada Pelajaran Fisika Kelas X SMA Se- kecamatan Indralaya. Skripsi. Indralaya: Universitas
Sriwijaya.
Majid, Abdul dan Aep S. Firdaus. 2014. Penilaian
Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung: Interes Media.
Monks, F, J.2004. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mukharomah, Lailatul.
2012. Analisis Aspek Kognitif Perserta Didik Kelas XI pada Pembelajaran Titrasi
Asam Basa di SMA Nu 01 Al Hidayat Kendal. Skripsi.
Semarang. Universitas Negeri Islam Walisongo.
Prawiradilaga,Dewi.S.
2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada.
Raharja dan Manurung. 2006. Pengantar Ilmu Ekonomi (Makro Ekonomi dan Mikro Ekonomi). Jakarta: FE Universitas
Indonesia.
Rasyid. 2002. Pengantar
Ilmu Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Riduwan.2011. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan
dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya.
2008. Perancanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta; Kencana Prenada Media Group.
Suderadjat,
Hari. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Peningkatan Mutu Pendidikan
Melalui Implementasi KBK. Bandung: Cipta Lekas Garafika.
Sukmadinata.
2004. Kurikulum dan Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.
Sudjana,
Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sudijono,
Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sujiono, Yuliani
Nuraini, dkk. 2008. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sukirno, Sadono. Mikro
Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Stephen
P. Robbins & Timonthy A. Judge, 2009. Perilaku
Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Sulistyorini,
Ayu Kirana, dkk. 2013. Analisis Pencapaian Kompetensi Kognitif Tingkat Aplikasi
(C3) dan Analisis (C4) dalam Pembelajaran Fisika kelas XI SMA Program RSBI. Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol. 1 No 1.
Hal 25.
Susanto,
H dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sya’adah,
Rika Siti. 2013. Skripsi. Analisis Domain Kognitif Siswa SMA Kelas XI pada
Subpokok Bahasan Sifat Koloid Melalui Praktikum Kimia Kelas Kecil. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Syah,
Muhibin. 2010. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.
Wilson,
LO.2006. Bayond Bloom sebuah revisi barudari taksonomi kognitif. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http//www.uwsp.edu/education/lwilson/cuttic/newtaxonomy.htm.diakses tanggal
1 Februari 2015.
Yusdi,
Milman . 2010. pengertian Kemampuan http://milmanyusdi.blogspot.com/2011/07/pengertian-kemampuan.htm.
diakses 25 januari 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar