Jumat, 13 Maret 2015

kognitif



ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X DI SMA NEGERI 2 TANJUNG RAJA

1.      Latar belakang 
Pendidikan yang menjadi pondasi kuat berkembangnya suatu negara adalah pendidikan yang bermutu. Sudradjad (2005:17) menyatakan bahwa “pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan manusia dengan pribadi yang integral (integrated personality) yaitu mereka yang mampu mengintegrasikan iman, ilmu, dan amal”. Pengertian ini merujuk pada pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 yang berbunyi:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negaranya.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun bangsa dan negara sebagaimana yang tercantum dalam Tujuan Nasional pendidikan Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Menurut Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 berbunyi:
   Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan  kehidupan bangsa dalam yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
 Salah satu lembaga formal yang berperan dalam mewujudkan tujuan tersebut yaitu sekolah. Sekolah sebagai tempat seseorang untuk mendapatkan ilmu diluar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. sekolah merupakan lembaga yang memang dirancang khusus untuk pengajaran para peserta didik (siswa) di bawah pengawasan para guru dan peserta didik akan dibekali ilmu melalui pembelajaran yang dilakukan dikelas.
Dalam proses pembelajaran tidak pernah lepas dari peran seorang guru. Guru sebagai seseorang yang memengang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Seorang guru harus mampu membuat pembelajaran di kelas berkesan untuk peserta didik agak materi yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Namun seorang guru juga harus mengetahui kemampuan-kemampuan apa saja yang dimiliki peserta didik yang harus dikembangkan dan digali dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
Hasil belajar yang diperoleh peserta didik dari pembelajaran harus dapat memenuhi tiga aspek.  Menurut Banyamin bloom (Dikutip Sudjana 2005: 30) mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar dalam tiga kategori, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotor. Hasil belajar diartikan juga sebagai perubahan  tingkah laku peserta didik dalam tiga aspek akibat proses kegiatan belajar mengajar.
 Dalam Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomer 19 tahun  2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tersurat bahwa kompetensi kelulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan potensi peserta didik yang berhubungan dengan domain kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Tiga aspek tersebut saling berhubungan satu sama lain dan semua pelajaran menuntut aspek ini namun yang berbeda hanyalah penekanannya saja. Dari tiga aspek yang dikemukanan Bloom domain kognitif  merupakan aspek psikologis yang terpenting (  Syah, 2010:50 )
Menurut Mukharomah (2012; 21) Mengatakan ranah psikologis peserta didik yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Otak adalah sumber dan menara pengontrol bagi seluruh kegiatan kehidupan ranah-ranah psikologis manusia. Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang peserta didik dapat berpikir. Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotor
Menurut Daryanto (2012: 101)  mengatakan bahwa dalam hubungan dengan satuan pembelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama.yang menjadi tujuan pembelajaran di SD, SMP dan  SMA pada umumnya meningkatkan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Aspek kognitif menjadi tolak ukur penting dalam tercapainya tujuan pendidikan. Apabila aspek kognitif siswa telah tercapai maka dianggap proses pembelajaran yang dijalani telah berhasil. Aspek kognitif dapat menggambarkan sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dikelas dapat meningkatkan intelektual perseta didik
Beberapa dimensi proses kognitif yang telah disebutkan, sebagian hanya cocok diterapkan di Sekolah Dasar (ingatan, pemahaman, dan aplikasi), sedangkan analisis, sintesis dan evaluasi baru dapat dilatihkan di SMP, SMA, dan perguruan tinggi secara bertahap (Arikunto, 2011: 121). Meskipun demikian tahap berpikir rendah jangan sampai membuat siswa pada tingkat SMP, SMA dan selanjutnya jadi mengesampingkan tahap berpikir tersebut sebab setiap tahap merupakan persyaratan bagi tahap berikutnya.
Dalam proses pembelajaran ekonomi, siswa juga kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan kognitif tingkat tinggi yaitu analisis, evaluasi, dan kreasi. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan kognitif tingkat rendah saja. Hal ini terlihat dari soal latihan yang di berikan guru yang hanya pada kemampuan kognitif ingatan dan pemahaman. Siswa diwajibkan untuk menghafal, dan memahami  informasi yang diperoleh tanpa mampu melakukan aplikasi, analisis, penilaian dan menciptakan sesuatu. Akibatnya ketika siswa dituntut untuk berpikir lebih tinggi misalnya mengaplikasikan, menganalisis atau menilai sesuatu meraka akan mengalami kesulitan. Pengembangan kemampuan kognitif tingkat tinggi sangat diperlukan agar siswa tak hanya bisa menghafal suatu konsep tetapi juga mampu mengaplikasikan, menganalisis, menilai bahkan menciptakan suatu konsep baru.
Observasi dilapangan telah penulis lakukan saat menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 2 Tanjumg Raja. Dari obeservasi yang telah terlaksana dan wawancara dengan guru ekonomi Ibu Aprilina, S.pd. di ketahui bahwa siswa kelas X kurang menyukai pelajaran ekonomi dan mengalami kesulitan belajar dan pada akhirnya berpengaruh pada hasil ujian semester sehingga banyak siswa belum tuntas yang harus mengikuti remedial. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) yaitu 75 ternyata terdapat 25% siswa yang harus mengikuti remidial. Rendahnya tingkat pencapaian kemampuan kognitif disebabkan juga karena siswa tidak bisa menngalikasiskan rumus-rumus dan menganalisis masalah.
Berdasarkan uraian di atas, agar dalam pembelajaran ekonomi berjalan dengan baik maka seorang Guru harus mengetahui kemampuan  kognitif belajar siswa maka oleh sebab itu Penulis tertarik untuk melakukan penelitian  di SMA Negeri 2  Tanjumg Raja dengan judul “Analisis Kemampuan Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Di SMA Negeri 2 Tanjung Raja”
2.      Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Kemampuan Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 2 Tanjung Raja ?
3.      Tujunan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kemampuan Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 2 Tanjung Raja
4.      Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak , adapun manfaat penelitian ini adalah:
4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu-ilmu pendidikan pada umumnya dan dapat memberikan pengembangan pengetahuan yang mendukung teori-teori yang berkenaan perkembangan kognitif siswa
4.2 Manfaat Praktis
1.      Bagi Guru Memberikan masukan, saran ,dan informasi dalam melihat pencapaian kemampuan kognitif siswa serta cara  meningkatkan kemampuan kognitif siswa..
2.      Bagi siswa. Bahan masukan bagi siswa mengenai kemampuan proses kognitif dalam belajar mereka dalam pembelajaran ekonomi.
3.      Bagi Sekolah, diharapkan untuk memfasilitasi dan membantu guru dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran
4.      Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan sarta pengalaman peneliti tentang pencapaian kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran.

5.      Tinjauan Pustaka
5.1.  Pengertian Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 552-553). Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge, 2009: 57).
Lebih lanjut, Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge (2009: 57-61) menyatakan bahwa kemampuan keseluruhan seorang individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor, yaitu :
a)      Kemampuan Intelektual (Intelectual Ability), merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental (berfikir, menalar dan memecahkan masalah).
b)      Kemampuan Fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa. tugas dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan menurut Yusdi (2010) kemampuan adalah bersikap, berfikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan sikap dan keteram                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 pilan yang dimiliki. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Wortham (2008:50) kemampuan sebagai keterampilan atau kemampuan sebagai keterampilan kesanggupan dalam bidang tertentu.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang beragam.

5.2 Kemampuan Kognitif
Menurut Neiser ( Dikutip Syah, 2009: 22)  mengatakan  istilah Cognitive berasal dari cognition yang mempunyai sinonim knowing yang artinya mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan Dalam perkembangannya istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau ranah kemampuan psikologi manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan. Kemampuan kejiwaan yang berpusat di otak ini berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.
Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual yakni kemampuan siswa dalam menggunakan dan mengoptimalkan kinerja otak untuk berpikir. Kemampuan ini membedakan manusia dari makluk lain. Menurut Sanjaya (2008: 125) domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir serta kemampuan mengigat dan kemampuan memecahkan masalah.
Kognitif adalah suatu proses berfikir seseorang dalam bertingkah laku serta bertindak, sehingga ia mampu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa dan juga suatu aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Susanto  dan Hartono  2006; 112).
Menurut Sujiono, dkk (2008: 13) kognitif adalah suatu proses dalam berpikir, yaitu kemampuan setiap individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Selanjutnya menurut Sujiono, dkk (2008: 33) kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak terletak pada pemahaman bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai aspeknya kognitif berhubungan dengan atau melibatkan kognisi. Kemampuan kognitif adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri. Menurut Sudijono (2009: 49) ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan kognitif dapat dipandang sebagai kemampuan yang mencakup segala bentuk pengenalan, kesadaran, pengertian yang bersifat mental pada diri individu yang digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensial dengan lingkungan seperti dalam aktivitas mengamati, menafsirkan memperkirakan, mengingat, menilai dan lain-lain.

5.3 Perkembangan Struktur Kognitif
Kognitif sebagai kapasitas kemampuan berfikir dan segala bentuk pengenalan, digunakan individu untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya. Dengan berfungsinya kognitif mengakibatkan individu memperoleh pengetahuan dan menggunakannya. Pada prosesnya kognitif mengalami perkembangan ke arah kolektivitas kemajuan secara berkesinambungan.
Menurut Piaget (Dikutip Djiwandono, 2008: 72) mengatakan bahwa kemampuan ataun perkembangan kognitif  adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan Sistem nervous dan pengalaman- pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungan. Manusia secara genetik sama dan mempunyai pengalaman yang hampir sama, mereka dapat diharapkan untuk sungguh- sungguh memperlihatkan keragaman dalam perkembangan kognitif mereka.
Perkembangan struktur kognitif berlangsung menurut urutan yang sama bagi semua individu. Artinya setiap individu akan mengalami dan melewati setiap tahapan itu, sekalipun kecepatan perkembangan dari tahapan-tahapan tersebut dilewati secara relatif dan ditentukan oleh banyak faktor seperti kematangan psikis, struktur syaraf, dan lamanya pengalaman yang dilewati pada setiap tahapan perkembangan.

 5.3.1  Tahapan Perkembangan Kognitif
Hartimah (2010: 36) mengatakan bahwa Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung secara terus menerus dengan tidak ada lompatan. Kemajuan kompetensi kognitif diasumsikan bertahap dan berurutan selama masa kanak-kanak. Dalam pandangan Piaget, perkembangan mental pada hakekatnya adalah perkembangan kemampuan penalaran logis (Development of Ability to Reason Logically). Piaget melukiskan urutan tersebut ke dalam empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif yaitu:
1)      Tahap sensori motor
Tahap sensorimotor ini ada pada usia antara 0 - 2 tahun, mulai pada masa bayi ketika ia menggunakan pengindraan dan aktivitas motorik dalam mengenal lingkungannya ( Susanto dan Hartono, 2006: 24).
2)      Tahap praoperasional
Tahap Praoperasional ini antara 2 – 7 tahun.  Menurut Susanto dan Hartono (2006: 24) menyatakan bahwa ciri khas masa ini adalah menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep. Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami pengertian operasional yaitu proses interaksi suatu aktivitas mental, dimana prosesnya bisa kembali pada titik awal berfikir secara logis.  Anak belum mampu secara perceptual, emosional-motivational, dan konseptual untuk mengambil perspektif orang lain ( Monks, 2004 : 221)
3)      Tahap operasional konkrit
Tahap operasional konkrit ini antara 7 – 11 tahun. Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada terjadinya perubahan positif ciri-ciri negatif tahap preoprasional, seperti dalam cara berfikir egosentris pada tahap operasional konkrit menjadi berkurang, ditandainya oleh desentrasi yang benar, artinya anak mampu memperlihatkan lebih dari satu dimensi secara serempak dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi itu satu sama lain.
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir logis. Namun masih terdapat kekurangannya dalam cara berpikir yang operasional konkrit. Anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu (operasi) tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan perkataan lain, bila anak dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit,maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik ( Monks, 2004: 223)
Menurut Susanto dan Hartono (2006: 24) menyatakan bahwa pada tahap ini anak mulai mengembangkan tiga macam operasi yaitu:
a.          Identifikasi : mengenali sesuatu,
b.         Negasi  : mengingkari sesuatu
c.          Reprokasi : mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal.
4)      Tahap operasional formal
Tahap operasional formal ini pada usia 11/12 tahun ke atas. Pada tahap operasional formal anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat atau didengar ataupun pada masalah yang dekat, tetapi sudah dapat membayangkan masalah dalam fikiran. Anak sudah dapat mengoperasikan argumen-argumen tanpa dikaitkan dengan benda empirik. Anak sudah mampu menggunakan hubungan-hubungan di antara objek-objek apabila ternyata manipulasi objek-objek tidak memungkinkan. Anak telah mampu melihat hubungan-hubungan abstrak dan menggunakan proposisi-proposisi logik-formal termasuk aksioma dan definisi-definisi verbal. Anak juga sudah dapat berpikir kombinatorial, artinya bila anak dihadapkan kepada suatu masalah, ia dapat mengisolasi faktor-faktor tersendiri atau mengkombinasikan faktor-faktor itu sehingga menuju penyelesaian masalah tadi ( Sunarto 2006: 25)
Dari setiap tahapan di atas urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak akan melalui ke empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena masing-masing tahapan dibangun di atas, dan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya. Tetapi sekalipun urutan kemunculan itu tidak berubah-ubah, tidak mustahil adanya percepatan seseorang untuk melewati tahap-tahap itu secara lebih dini di satu sisi dan terhambat di sisi lainnya.

5.4 Taksonomi Pendidikan
5.4.1. Pengertian Taksonomi Pendidikan
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu “tassein” yang berarti untuk mengklasifikasi dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian, sampai pada kemampuan berfikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Sebelum mengetahui pengertian taksonomi pendidikan, terlebih dahulu kita harus mengetahui makna dari Tujuan Instruksional. Tujuan Instruksional adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur. Ada 2 macam tujuan instruksional yaitu:
·         Tujuan Instruksional Umum (TIU)
·         Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Kepentingan hubungan antara kegiatan belajar-mengajar dengan tujuan, oleh seorang ahli bernama Scriven dikemukakan bahwa harus ada hubungan erat antara:
·         Tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran
·         Bahan pelajaran dengan alat-alat evaluasi
·         Tujuan kurikulum dengan alat-alat evaluasi
Tujuan kurikulum yang dimaksud adalah tujuan yang dapat diukur. Ebel berpendapat bahwa jika hasil pendidikan merupakan sesuatu yang penting tetapi tidak dapat diukur maka tujuan itu harus diubah. Jika tujuan telah dirumuskan secara operasional maka hasilnya akan dapat diukur. Suatu tanda bahwa seseorang telah mencapai tujuannya, akan terlihat pada perubahan tingkah lakunya.Beberapa ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana menyebut ketiga tingkatan tujuan ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landsheere disimpulkan bahwa ada 3 tingkat tujuan (termasuk taksonomi), yaitu:
1.    Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan,
2.    Taksonomi,
3.    Tujuan yang operasional.
( Arikunto, 2013: 128)
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa taksonomi pendidikan adalah suatu bentuk klasifikasi tingkah laku siswa yang melukiskan hasil yang dikehendaki dari pada proses pendidikan

5.4.2 Taksonomi Bloom
Benjamin Bloom (February 21, 1913 - September 13, 1999) adalah seorang ahli psikologi pendidikan  Amerika yang memberikan sumbangan pemikiran yang cukup berarti, yaitu mengklasifikasikan tujuan pembelajaran (classification of educational objectives) dan teori belajar tuntas (the theory of mastery learning).  Dari hasil penelitiannya, Bloom membangun taksonomi tujuan pembelajaran atau "taxonomy of educational objectives" yang mengklasifikasikan tujuan pembelajaran yang berbeda-beda.
Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain.prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah,yaitu:
1.      Prinsip metodologis. Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar.
2.       Prinsip Psikologis Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang. 
3.      Prinsip Logis Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.
4.      Prinsip Tujuan Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai.tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral.
Konsep taksonomi Bloom mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu:
1.      Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual.
2.      Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi.
3.      Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek terampilan.
               (Sudijono,2009: 49-52)
Bloom (dikutip Majid dan Firdaus. 2014: 50) mengatakan mengelompokan kemampuan manusia dalam dua ranah domain utama yaitu ranah kognitif dan ranah non kognitif. Ranah non kognitif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ranah  afektif dan ranah psikomotor. Setiap ranah diklasifikasikan secara berjenjang mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

5.4.3. Taksonomi Bloom Ranah Kognitif
Pada  tahun  1956,  Benjamin  Bloom  menulis  taksonomi  atas  tujuan pendidikan domain kognitif, dan sejak saat itu deskripsi dari enam tingkat proses berpikir  yang  dibuatnya  dengan  segera  diadaptasi  serta  digunakan  dalam berbagai macam  ragam  konteks.  Daerah  kognitif  dari  enam  tahap  tersusun  mulai  dari kemampuan  berpikir  yang  paling  simpel  (rendah,  sederhana)  menuju  pada kemampuan  berpikir  yang  paling  kompleks  (tinggi,  rumit)  yang  merupakan  suatu kontinus. Seperti digambarkan pada tabel berikut ini.


Tabel 2.1
Kategori Tingkatan Kemampuan Proses Kognitif Bloom





Evaluation




Synthesis




Analysis




Application




Comprehesion




Knowledge





(Pengetahuan)
(Pemahaman)
(Penerapan)
(Analisis)
(Sintesis)
(Evaluasi)
                                                                                            

Jenjang 1 sampai dengan 3 digolongkan sebagai keterampilan  berpikir yang lebih rendah  (Lower Order Thinking Skills), sedangkan jenjang 4 sampai dengan 6 dimasukkan ke dalam keterampilan berpikir  yang  lebih  tinggi  (Higher  Order  Thinking Skills) (Arikunto, 2013:100).
Menurut Bloom  ( Dikutip Purwanto, 2011: 51) mengatakan ranah kognitif meliputi :
1.      Kemampuan menghafal merupakan kemampuan kognitif paling rendah, kemampuan ini merupakan kemampuan memamnggila kembali fakta yang disimpan dalam otak digunakan intuk merespon suatu masalah. Dalam kemampuan tingkat ini fakta dipanggil kembali persis seperti ketika disimpan
2.      Kemampuan pemahaman merupakan  kemampuan untuk melihat hubunganfakta dengan fakta.
3.      Kemampuan penerapan merupakan kemampuan kogniif untuk memahami aturan, hukum, rumus, dan sebagainya yang di gunakan dalam memecahkan masalah
4.      Analisis merupakan kemampuan memahami sesuatu dengan menguraikan kedalam unsure-unsur
5.      Kemampuan sintesis merupakan kemampuan memahami dengan mengorganisasikan bagian- bagian dalam kesatuan.
6.      Evaluasi dalah kemampuan membuat penilaian dalam mengambil keputusan dari hasil penilaian.
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi serta perkembangan tuntutan komunikasi pendidikan, Krathwohl dan Anderson revisi taksonomi dilakukan dengan memasukan unsur metacognitive sebagai bagian tertinggi dari domain kognitif, yang kemudian dinamakan menciptakan menggantikan posisi evaluasi dan menarik sistesis.
Gambar
Perbedaan Taksonomi Bloom tahun 1956 dan 2001
(Wilson, 2006)
Sanjaya (2008: 129) mengatakan bahwa revisi taksonomi sebagai berikut:
1)      Mengingat
2)      Memahami
3)      Menerapkan
4)      Menganalisis
5)      Mengevaluasi
6)      Menciptakan
Rincian domain kognitif edisi baru yang dikutip Sukmadinata (2004: 77-78) yang meliputi tahap-tahap berpikir antara lain sebagai berikut:
Tabel 1
Tahapan Kemampuan Kognitif
Tahapan Proses Kognitif
Kemampuan/ Kompetensi Kognitif
1.      Mengingat
1.1 Mengenal kembali
1.2 Memunculkan Kembali

1.1 mengidentifikasi
1.2 menyatakan kembali
2.      Memahami
2.1 Menginterpretasikan

2.2 Memberi contoh
2.3 Mengklasifikasikan
2.4 Merangkum

2.5 Membandingkan
2.6 Menjelaskan

2.1 Mengklasifikasikan, menceritakan, menyajikan, menerjemahkan.
2.2 Mengilistrasikan, member contoh
2.3 Mengabtraksikan, menggeneralisasikan
2.5 Menyimpulkan, melengkapi, menyisipkan, memperkitakan
2.6 Membandingkan, memetakan, menjodohkan
2.7 Menyusun Model
3.      Menerapkan
3.1 Menggunakan
3.2 Melaksanakan

3.1 Menggunakan prosedur pada hal yang jelas
3.2 Menggunakan prosedur pada hal yang belum jelas.
4.      Menganalisis
4.1 Membedakan

4.2 Menguraikan
4.3 Mengorganisasikan

4.1 Mencari perbedaan, memisahkan, memilih, memusatkan
4.2  Membagi, Merincikan
4.3 Menemukan koherensi, mengintegrasikan, menyusun Outline, Memadukan, membuat sruktur.
5.      Mengevaluasi
5.1 Mengecek

5.2 Memberi kritis

5.1 Mendeteksi, memonitor, memeriksa, menguji, mengkoordinasi
5.2 Mendeteksi Ketidaksesuaian
6.      Mengkreasi
6.1 Mengembangkan

6.2 Merencanakan
6.3 Membuat

6.1 Merumuskan Hipotesis, meningkatkan kegiatan, menyusun Program
6.3 Merencanakan Prosedur, menyusun rencana kerja kegiatan
6.3 Menciptakan suatu karya, menghasilkan suatu produk

Adapun Prawiradilaga (2007: 95) mengutip revisi taksonimi Anderson dan Krathwohl sebagai berikut
Table 2
Ringkasan Jenjang Pembelajaran
Berpikir
Uraian
Rincian
Mengingat
Memunculkan pengetahuan dari jangka panjang
Mengenali
Mengingat
Mengerti
Membentuk arti dari pesan pembelajaran (isi) : lisan, grafis atau gambar, tulisan
Memahami
Membuat contoh
Meringkas
Meramalkan
Membandingkan
Mengelompokan
Menjelaskan
Menerapkan
Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu.
Melaksanakan
Mengembangkan
Menganalisis
Menjabarkan komponen atau struktur dengan membedakan dari bentuk, fungsi, tujuan dan seterusnya
Membedakan
Menyusun kembali
Menandai
Menilai
Menyusun pertimbangan berdasark persyaratan dan criteria tertentu
Mengecek
Mengkritik
Berkreasi 
Menyusun, sesuatu hal baru; memodifikasi suatu model lama, menjadi sesuatu yang berbeda, dan seterusnya
Menghasilkan
Merencanakan
Membentuk

Menurut Wilson (2006) mengutip revisi taksonomi Anderson dan Krathwohl seperti berikut:
1)      Mengingat adalah mengambil, mengingat, atau mengenali pengetahuan dari memori. Mengingat untuk menghasilkan defenisi, fakta, daftar, membaca dan mengambil material.
2)      Memahami adalah membangun makna dari berbagai jenis fungsi yang akan mereka gambarkan atau grafik pesan kegiatan seperti interpreting, mencontohkan, mengklasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
3)      Penerapan adalah melaksanakan atau menggunakan prosedur melalui implementasi dan evaluasi. Menerapkan terkait pada situasi seperti melalui model, presentasi, wawancara atau simulasi.
4)      Menganalisis adalah konsep kedalam bagian , menentukan bagaimana bagian tersebut salaing berhubungan satu sama lain atau ke struktur keseluruhan. Tindakan dari fungsi ini antara lain membedakan, mengorganisasikan, menghubungkan serta mampuantara komponen. Ketika seseorang sedang menganalisisia akan mengambarkan fungsi mental dengan menciptakan grafik, survey, diagram atau representasi grafis.
5)      Mengevalusi adalah membuat penilaian, berdasarkan criteria dan standar melalui pemerikasaan dan mengkritisi. Kritik, rekomendasi, dan laporan adalah beberapa produk yang dapat dibuat untuk menunjukan proses evaluasi.
6)      Membuat adalah menempatkan elemen bersama sama untuk membentuk keseluruhan koheren atau fungsional,elemen reorganisasi kedalam pola baru atau struktur melalui perencanaan atau memproduksi.
Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa ranah kognitif meliputi:
1.      Mengingat adalah memunculkan atau menyebutkan kembali defenisi suatu konsep  yang telah diberikan 
2.      Memahami adalah proses menjelaskan,member contoh dan mengkasifikasi defenisi yang ada.
3.      Menerapkan menggunakan suatu prosedur dan rumus pada suatu yang jelas dalam materi pembelajaran.
4.      Menganalisis adalah mencari suatu perbedaan,dari defenisi yang dijabarkan
5.      Mengevaluasi adalah membuat suatu penilaian, mengkritis berdasarkan criteria tertentu dalam menditeksi kesesuaian
6.      Mengkreasi adalah menciptakan atau mengembangkan sesuatu yang sudah ada agar lebih menarik.

5.4.4 Menyusun Tes Kemampuan Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom
Dengan memahami taksonomi Bloom revisi, maka dapat menerapkan jenjang-jenjang proses kognitif itu sesuai dengan kondisi siswa di dalam kelasnya. Dengan menggunakan Taksonomi Bloom kita dapat menentukan level kedalaman soal yang diujikan untuk siswa. Mengetahui level soal dapat membantu dalam proses pemetaan tingkat kemampuan proses kognitif siswa.
1.      Mengingat (remembering)
Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang . Mengingat berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mengenali kembali tentang nama, istilah, atau rumus dan sebagainya. Dalam hal ini mengingat disebut juga dengan pengetahuan hafalan.Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, atau rumus dan sebagainya (Sudijono, 2001:50). Dalam hal ini pengetahuan disebut juga dengan pengetahuan hafalan atau untuk diingat.
            Soal ingatan adalah pertanyaan yang jawabannya dapat dicari dengan mudah pada buku atau catatan. Pertanyaan ingatan biasanya dimulai dengan kata-kata mendeskripsikan, mengidentifikasikan, menjodohkan, menyebutkan dan menyatakan (Arikunto, 2013:169).  Tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan aspek pengetahuan adalah tipe melengkapi, tipe isian dan tipe benar salah.
2. Pemahaman (Understanding)
Pada jenjang ini siswa diharapkan tidak hanya mengetahui, mengingat tetapi juga harus mengerti. Memahami berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan menggunakan kata-katanya sendiri (Sudijono, 2008:50).
Pemahaman dibedakan ke dalam tiga kategori:
1)      Pemahaman terendah adalah pemahaman terjemahan.
2)      Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
3)      Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ini seseorang diharapkan mampu melihat di balik yang tertulis
(Sudjana :2011)
Menurut Arikunto (2013: 170) menyatakan bahwa pertanyaan pemahaman biasanya menggunakan kata-kata perbedaan, perbandingan, menduga, menggenarisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, memperkirakan.
3. Aplikasi/Penerapan (applying)
Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret. Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum, aturan atau prosedur, metode umum dan juga dalam bentuk prinsip, ide dan teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan.
Sementara itu menurut Arikunto (2013:170) Soal aplikasi adalah soal yang mengukur kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan) pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat. 
Bloom (dalam Sudjana,2006: )  membedakan delapan tipe aplikasi dalam rangka menyusun item tes tentang aplikasi:
1.      Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi.
2.      Dapat menyusun kembali masalahnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai.
3.      Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi.
4.      Dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip dan generalisasi.
5.      Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.
6.      Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.
7.      Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan.
8.      Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi.
4. Menganalisis (analyzing)                         
Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan struktur keseluruhanya. Soal analisis adalah soal yang menuntut kemampuan siswa untuk menganalisis atau menguraikan sesuatu persoalan untuk diketahui bagian- bagianya (Arikunto, 2013: 171). Menurut Sudjana (2006:221) Untuk membuat item tes kecakapan analisis perlu mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis, yakni:
1.      Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase atau pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan kriteria tertentu.
2.      Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas.
3.      Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materin
4.      Dapat mengetengahkan pola, tata atau pengaturan materi dengan menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab-akibat dan peruntutan.
5.      Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi dan pola-pola materi yang dihadapi.
6.      Dapat meramalkan sudut pandang, kerangka acuan dan tujuan materi yang dihadapinya.
5. Penilaian (evaluating)
Mengevaluasi adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. Soal evaluasi adalah soal yang berhubungan dengan menilai, mengambil kesimpulan, membandingkan, mengkritik, membedakan, menerangkan, memutuskan dan menafsirkan ( Arikunto, 2013:172). Untuk mengetes kecakapan evaluasi seseorang setidaknya dapat dikategorikan kedalam enam tipe:
1.      Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen.
2.      Dapat memberikan evaluasi satu sama lain antara asumsi, evidensi, dan kesimpulan.
3.      Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang dalam mengambil suatu keputusan.
4.      Dapat mengevaluasi suatu karya dengan membandingkannya dengan karya lain yang relevan.
5.      Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan.
6.      Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.
6. Mencipta (Creating)
Mencipta adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh atau merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjadi suatu proses yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
Kecakapan ini dibagi ke dalam beberapa tipe, sebagai berikut:
1.      Kemampuan mengkomunikasikan gagasan, perasaan dan pengalaman dalam bentuk tulisan.
2.      Kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang diketengahkan.
3.      Kemampuan mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data dan hasil observasi menjadi terarah, skema, model, hipotesis.
Penyusunan soal dalam bentuk mencipta, pertanyaan-pertanyaannya disusun dengan baik sehingga meminta siswa untuk menggabungkan atau menyusun kembali hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan struktur yang baru. Soal mencipta yaitu menyimpulkan, mengkategorikan, mengkombinasikan, mengarang, membuat disain, mengorganisasikan, menghubungkan, membuat rencana dan menciptakan (Arikunto, 2013:173).
5.6 Mata Pelajaran Ekonomi
5.6.1.Pengertian Ekonomi
Kata ekonomi berasal dari bahasa latin yaitu oikonomia yang berasal dari dua kata yaitu oikos dan nomos. Oikos yang mempunyai arti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan jadi secara garis besar ekonomi adalah aturan rumah tangga. Manurung (2006:2) ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya yang terbatas dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya. Solvator dan Dwi Lion (dikutip Barata (2004:14) Ilmu ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari individu-individu dan organisasi-organisasi yang berkecimpung dalam kegiaatan produksi, pertukaran dan konsumsi barang dan jasa.
Alam  (2006: 1) mengatakan bahwa ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan prosuksi, konsumsi, dan distribusi,. Akan tetepi untuk saat ini segala sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat membutuhkan uang. Adji (2007:3) ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tenteng penggunaan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
Sedangkan Sukirno (2010:9) menyatakan bahwa Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu dan masyarakat dalam membuat pilihan, dengan atau tanpa menggunakan uang, dengan mengunakan sumber daya yang terbatas tapi dapat digunakan berbagai cara untuk menghasilkan barang dan jasa,dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi sekarang dan dimasa yang akan datang kepada berbagai individu dan golongan masyarakat. Menurut Rasyid (2002:7) Ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan berdaya upaya untuk memberikan pengetahuan dan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul karena perbuatan manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan atau mencapai kemakmuran.
 Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan jumlah alat pemuas yang terbatas.
5.6.2  Fungsi Mata Pelajaran Ekonomi
Fungsi mata pelajaran ekonomi adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta berlatih memecahkan masalah ekonomi yang terjadi dilingkungan masyarakat (Depdiknas, 2006:4)
5.6.3. Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi
         Mata pelajaran ekonomi mempunyai beberapa tujuan. Adapun tujuan mata pelajaran ekonomi adalah peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut: Depdiknas (2006:1):
1.      Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan negara.
2.      Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi
3.      Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggung jawab  dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri,rumah tangga, masyarakat dan negara.
4.      Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai nilai sosial

5.7 Analisis Kemampuan Kognitif Siswa
Menurut Efendi (2012:56) mengatakan bahwa kemampuan kognitif siswa berbeda-beda. Dalam penelitianya didapat bahwa siswa banyak kesulitan ketika mengerjakan soal pada tingkatan analisis ( C4). Menurutnya hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa mengerjakan soal analisis, guru hanya memberikan soal pada tingkat ingatan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3) saja sehingga kemampuan siswa belum terlatih untuk mengarjakan soal pada jenjang yang lebih sulit.
Sya’adah (2013:57) kemampuan kognitif siswa harus dikembangkan pada tingkat yang lebih tinggi. Kemampuan kognitif pada tingkat analisis, evaluasi dan kreasi sangat diperlukan dalam pembelajaran agar siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan tidak hanya berfokus pada kemampuan mengingat, memahami, dan menerapkan saja.
Kemampuan kognitif mencakup enam tingkatan yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreasi. Menurut Sulistyorini dkk (2013:25) mengatakan bahwa guru seharusnya tidak hanya menekankan pada materi pada tingkat kognitif rendah. Namun harus seimbang antara penekanan materi tingkat rendah dan tinggi. Dari hasil penelitiannya dikatakan bahwa pada tingkat kognitif analisis hanya mencapai 69.45 % sedangkan Aplikasi 75 % hal ini menunjukan bahwa kemampuan analisis siswa kurang baik karena siswa masih mengalami kesulitan saat menganalisis maksud soal yang diberikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif  harus menjadi perhatian guru dalam melaksanankan pembelajaran. Pemberian soal yang lebih menantang yang mengasah kemampuan kognitif siswa tingkat tinggi dapat melatih kemampuan kognitif siswa menjadi lebih baik
6.      Metedologi Penelitian
6.1 Variabel Penelitian
Variable dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran ekonomi.

6.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Kemampuan kognitif siswa adalah kemampuan berfikir, kemampuan memperoleh pengetahuan ,kemampuan yang berkaitan dengan perolehan pengetahuan, pengenalan pemahaman, pengaplikasisan, analisis, evaluasi dan berpikir kreatif. Kemampuan kognitif siswa disini dilihat dari kemampuan siswa mengerjakan soal-soal ekonomi sesuai dengan aspek kognitif . Soal yang digunakan untuk melihat kemampuan kognitif siswa berbentuk uraian terdiri dari 6 butir soal dengan materi Lembaga Keuangan dan OJK.

6.3 Populasi dan Sampel
6.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Tanjung Raja semester genap tahun Pelajaran 2014 / 2015 yang berjumlah 150 siswa terdiri dari:



Table 3
Populasi Penelitian
Kelas
Jumlah
X MIA 1
30 Siswa
X MIA 2
30 siswa
X MIA 3
30 siswa
X IS 1
30 siswa
X IS 2
30 siswa
Jumlah
150 siswa

 6.3.2 Sampel
             Dalam menentukan pengambilan sampel untuk penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel Cluster random sampling .
Tabel
Sampel Penelitian
Kelas
Sampel
X MIA 1
30
X MIA 2
30
X IS 1
30
Jumlah
90


6.4 Rancangan Penelitian
1)   Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah:
a)      Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah dan analisis akar penyebab masalah melalui wawancara dengan guru ekonomi.
b)      Menentukan subjek penelitian dan sampel.
c)      Menyusun instrumen penelitian. Intrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes.
d)     Memvalidasi instrumen penelitian
2)   Tahap Pelaksanaan
Melakukan pengumpulan data tentang kemampuan kognitif siswa dengan menggunakan tes. Tes diberikan kepada sampel untuk melihat sejauh mana kemampuan kognitif siswa kelas X SMA Negeri 2 Tanjung Raja.
3)   Tahap Akhir
Melakukan pembahasan dan penyimpulan hasil penelitian secara deskriptif dari analisis data tes.
6.5 Tehnik Pengumpulan Data
6.5.1. Tes
Arikunto (2011:150) menyatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa dalam mengyelesaikan soal-soal ekonomi. Sedangkan jenis tes yang akan digunakan adalah tes harian (formatif) dalam bentuk instrumen Soal Uraian (Essay) terdiri dari 6 butir pada materi Lembaga Keuangan dan OJK.
6.5.1.1 Uji Validitas
             Instrument dapat dikatakan valid jika dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebelum diberikan kepada sampel, soal terlebih dahulu diuji tingkat validitasnya kepada  responden yang bukan termasuk sampel. Untuk mencari validitas digunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:
                                           
Dimana:
 = koefisien korelasi
                    = Jumlah skor item
        = Jumlah skor total (seluruh item)
n            = Jumlah responden
Tabel 4
Indeks Korelasi (r)
Antara 0,800 – 1,000
Sangat tinggi
Antara 0,600 – 0,799
Tinggi
Antara 0,400 – 0,599
Cukup tinggi
Antara 0,200 – 0,399
Rendah
Antara 0,00 – 0,199
Sangat rendah (tidak valid)
                                                                        (Riduwan, 2011:98)
6.5.1.2 Uji Reliabilitas
            Reliabilitas berhubungan denlgan masalah kepercayaan. Untuk mengukur apakah instrument tes reliable atau tidak,  Untuk menguji reliabilitas instrument tes yaitu menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menghitung total skor
2.      Menghitung korelasi product moment dengan rumus :
3.     Menghitung reliabilitas seluruh item dengan rumus Spearman Brown
yaitu :
4.      Mencari rtabel dengan signifikansi  = 0,05 dan dk = n-2
5.      Membuat keputusan dengan membandingkan r11 dengan rtabel dengan kriteria pengujian jika : r11 >  rtabel  berarti reliabel dan
r11 <  rtabel berarti tidak reliabel
   (Riduwan, 2011:102)
6.6 Teknik Analisis Data
6.6.1 Analisis Data Tes
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data hasil tes tertulis menggunakan rumus penilaian sebagai berikut:
Keterangan:
NP            = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R              = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM           = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100%        = Bilangan persen tetap

Tabel  5
Interpretasi Kemampuan Proses Kognitif Siswa
No.
Prosentase
Kriteria
1.
2.
3.
4.
5.
81% - 100%
61% - 80%
41% - 60%
21% - 40%
0% - 20%
Sangat baik
Cukup baik
Kurang baik
Sangat kurang baik
Tidak baik
(Arikunto, 2011:134)














DAFTAR PUSTAKA
Adji, Wahyu. 2007. Ekonomi Untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Alam.2006. Ekonomi untuk SMA dan Ma kelas X Jakarta: erlangga
Anderson, Lorin W., dan Krathwohl, David R., Kerangka untuk Landasan, Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara.
Barata, Atep  Adya. 2004. Memahami Ekonomi SMK. Bandung:Ermico.
Daryanto. H. 2012. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas.2006. Standar kompetensi Pembelajaran Ekonomi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djiwandono,Sri Esti Wuryani. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Efendi,Mahmud. 2012..Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek. Skripsi Bandung: STAIN Tulungangung.
Karina, Mega. 2010. Analisis Kemampuan Kognitif Siswa Pada Tingkat Aplikasi (Taksonomi Bloom) pada Pelajaran Fisika Kelas X SMA Se- kecamatan Indralaya. Skripsi. Indralaya: Universitas Sriwijaya.
Majid, Abdul dan Aep S. Firdaus. 2014. Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung: Interes Media.
Monks, F, J.2004. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mukharomah, Lailatul. 2012. Analisis Aspek Kognitif Perserta Didik Kelas XI pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa di SMA Nu 01 Al Hidayat Kendal. Skripsi. Semarang. Universitas Negeri Islam Walisongo.
Prawiradilaga,Dewi.S. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada.
Raharja dan Manurung. 2006. Pengantar Ilmu Ekonomi (Makro Ekonomi dan Mikro   Ekonomi). Jakarta: FE Universitas Indonesia.
Rasyid. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Riduwan.2011. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya. 2008. Perancanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta; Kencana Prenada Media Group.
Suderadjat, Hari. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Implementasi KBK. Bandung: Cipta Lekas Garafika.
Sukmadinata. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sujiono, Yuliani Nuraini, dkk. 2008. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sukirno, Sadono. Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge, 2009. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Sulistyorini, Ayu Kirana, dkk. 2013. Analisis Pencapaian Kompetensi Kognitif Tingkat Aplikasi (C3) dan Analisis (C4) dalam Pembelajaran Fisika kelas XI SMA Program RSBI. Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol. 1 No 1. Hal 25.
Susanto, H dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sya’adah, Rika Siti. 2013. Skripsi. Analisis Domain Kognitif Siswa SMA Kelas XI pada Subpokok Bahasan Sifat Koloid Melalui Praktikum Kimia Kelas Kecil. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Syah, Muhibin. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.
Wilson, LO.2006. Bayond Bloom sebuah revisi barudari taksonomi kognitif. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http//www.uwsp.edu/education/lwilson/cuttic/newtaxonomy.htm.diakses tanggal 1 Februari 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar